Pesawat Indonesia Buatan PTDI Dipesan Militer Filipina

Pada 30 Desember 2013, PTDI (PT Dirgantara Indonesia) berhasil memenangkan tender pengadaan pesawat untuk militer Filipina. Atas kemenangan ini, Budiman Saleh selaku Direktur Niaga dan Restukturisasi PTDI berujar, "Kita menang 2 unit NC2l2i diproyek Light Lift Aircraft nilai bujet US$ 18 juta."

Sebagaimana dilansir Tribunnews.com, NC2l2i merupakan pesawat buatan Indonesia generasi terbaru dari pesawat tipe NC212-200 atau NC212-400. Meski dari segi ukuran jauh lebih kecil.

Pesawat Indonesia Buatan PTDI Dipesan Militer Filipina

Pesawat terbang buatan Indonesia ini dapat dipakai untuk beragam keperluan. Seperti komersial, angkut personel militer, kargo, misi khusus, sampai transportasi VIP. Semisal digunakan untuk penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasangi 24 kursi untuk penumpang.

Dalam penjelasannya, Budiman mengaku jika PTDI berencana memasukkan pesawat Indonesia tipe CN235 Maritime Patrol Aircraft, yang dibuat putra bangsa, dalam tender pengadaan pesawat tipe medium di Kemenhan Filipina. "Januari 2014, kita akan ikut tender berikutnya untuk 3-4 maritime patrol/military transport CN235," ungkapnya.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sah Dimiliki TNI AL

Pada 30 Desember 2013, telah dilangsungkan upacara serah terima pesawat udara jenis latih Bonanza G-36 di pangkalan udara Skuadron 200, Lapangan Udara TNI AL, Bandara Juanda, Surabaya.

Spesifikasi pesawat Indonesia produksi Beechcraft, Wichita, Kansas, AS ini adalah mesin tunggal, bertenaga 300 HP, 6 silinder, dan bahan bakar avgas. Kapasitas pesawat terbang ini adalah 4 orang dengan kecepatan 326/jam dan daya jelajah 1713 km di ketinggian maksimal 5639 m.

Mengutip lansiran Tempo, inilah foto-fotonya yang diambil Fully Syafi.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Sejumlah pilot berdiri di depan pesawat Bonanza G-36 selepas upacara serah terima.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Wakasal (Wakil Kepala Staf Angkatan Laut) Laksamana Madya TNI Hari Bowo membuka kain penutup lambang skuadron di badan pesawat terbang Indonesia Bonanza G-36.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Seorang pilot penerbang berpose di depan pesawat Bonanza G-36.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Seorang pilot penerbang berdiri di atas sayap pesawat Bonanza G-36.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Seorang teknisi melintas di depan pesawat Bonanza G-36.

[Foto] Pesawat Udara Jenis Latih Bonanza G-36 Sudah Sah Dimiliki TNI AL
Dua pesawat Bonanza G-36 dengan nomor seri L-213 dan L-214.

Militer Indonesia Inginkan Pesawat Tempur Tercanggih Sukhoi SU-35

Pada 29 Desember 2013, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan bahwa Tentara Nasional Indonesia tengah mempelajari untuk memperkuat armada kapal selam Indonesia dengan kapal selam kilo dari Rusia untuk wilayah perairan Indonesia.

Militer Indonesia Inginkan Pesawat Tempur Tercanggih Sukhoi SU-35

Sementara untuk wilayah darat, TNI juga sedang menunggu kedatangan tank Leopard. Dan untuk wilayah udara, militer Indonesia sedang mengincar pesawat tempur tercanggih Sukhoi SU-35. Pesawat ini merupakan seri terbaru dari pesawat tempur Sukhoi SU-35.

Militer Indonesia Inginkan Pesawat Tempur Tercanggih Sukhoi SU-35

Bila tidak ada halangan berarti, Jenderal Moeldoko berharap alutsista yang telah dipesan ini bisa tampil di HUT TNI pada 5 Oktober 2014, yang akan diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur. "Hal ini untuk mengirim pesan bahwa presiden telah mengambil langkah progresif menuju modernisasi sistem pertahanan Indonesia. Untuk standar ASEAN, alutsista kita akan menjanjikan," katanya sebagaimana dilansir Antaranews.

Perbatasan Kalimantan Sangat Membutuhkan Tank Leopard!

Pada 28 Desember 2013, Pangdam Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman menyatakan bahwa perbatasan Kalimantan sangat rawan. Khususnya, terkait keamanan karena Kalimantan mempunyai titik perbatasan dengan Malaysia dan Singapura yang banyak. Karena itu, MBT (Main Battle Tank) Leopard sangat dibutuhkan untuk menjaga perbatasan Kalimantan.

"Di perbatasan masih sering terjadi pembalakan liar, pertambangan liar dan pencurian ikan. Orang luar seperti sudah ingin caplok sekitar perbatasan kita. Dengan adanya Leopard akan membuat moril lawan jatuh," katanya saat menerima kunjungan wartawan dari Jakarta, di Markas Komando Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru.

Perbatasan Kalimantan Sangat Membutuhkan Tank Leopard!

Menurut dia, keberadaan Leopard akan semakin memperkuat alutsista canggih yang ada di jajaran Kodam VI/Mulawarman. Saat ini, tank yang ada di Kodam merupakan tank ringan berjenis AMX dan Scorpion. "Paling tidak, satu kompi tank Leopard (delapan unit) dapat ditempatkan di Kalimantan," tuturnya.

Dalam waktu dekat ini Kodam Mulawarman akan menerima Multi Launcher Roket System (MLRS). Selain itu sudah terbentuk Skuadron Penerbad yang diperkuat 4 heli tempur dan 4 heli angkut.

Saat ini, kata Dicky, Kodam Mulawarman juga sudah menyiapkan satu batalyon kavaleri. Sebelumnya, Kodam ini hanya memiliki detasemen kavaleri.

Kodam Mulawarman juga memperbanyak pos-pos gabungan dengan Malaysia untuk menjaga perbatasan. Keberadaan pos ini untuk mempersempit upaya adanya pemindahan patok perbatasan dan untuk menghalau para pembalak yang notabene berasal dari Malaysia.

Kodam Mulawarman bertanggung jawab menjaga perbatasan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Dicky mengatakan daerah perbatasan itu cukup rawan. Baru-baru ini, pihaknya menangkan 11 bandar shabu-shabu."Bukti yang berhasil disita adalah 6,6 gram shabu dan uang tunai Rp2,6 miliar. Uang itu diperkirakan dari hasil transaksi shabu," katanya.

Atas temuan itu, Dicky juga melakukan operasi gabungan dengan kepolisian dan kejaksaan karena dikhawatirkan banyak narkoba masuk melalui perbatasan ini. "Biasanya mereka menyamar sebagai nelayan dan memasukkan narkoba melalui jalur sungai," katanya. (Republika)

Penerimaan Alutsista Terbaru Leopard di Yongkav 8/2 Kostrad

Pada 23 Desember 2013, Komandan Batalyon Kavaleri  8/2 Kostrad Letkol Kav Otto Sollu, SE beserta Persit dan Prajurit Narasinga menerima kedatangan alutsista terbaru Kavaleri TNI AD jenis Tank Leopard 24A dan Tank Marder. Penerimaan ini dilakukan di pintu gerbang utama Yonkav 8/2 Kostrad dalam acara tradisi yang sederhana tapi khidmat.

Penerimaan Alutsista Terbaru Leopard di Yongkav 8/2 Kostrad

Alutsista baru Tank Leopard 24A dan Tank Marder tiba, setelah sebelumnya dipamerkan di pameran alutsista ketika Hari Juang Kartika TA. 2013 di Makodam V/Brawijaya. Alutsista ini diantarkan menggunakan trailer khusus yang dikawal petugas dari Pomdam V dan perwakilan dari Pussenkav.

Penerimaan Alutsista Terbaru Leopard di Yongkav 8/2 Kostrad

Acara ini merupakan momen bersejarah bagi satuan Yonkav 8. Karena, diberikan amanah oleh TNI AD dan pemerintah Indonesia untuk mengawaki alutsista Indonesia terbaru Kavaleri TNI AD. Berupa Tank Jenis MBT (Main Battle Tank) -salah satu tank terbaik di dunia saat ini.

Kedatangan tank tersebut meningkatkan kekuatan militer Indonesia di mata dunia. Sehingga, negara Indonesia memiliki bargaining position di kancah internasional.

Kemenhan Berutang Rp 8 Triliun untuk Penuhi Kebutuhan BBM Kendaraan Tempur TNI

Pada 18 Desember 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengaku jika Kemenhan kekurangan dana APBN khusus BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk menjalankan operasional operasi militer. Bahkan, sampai berutang demi mencukupi kebutuhan BBM kendaraan tempur milik Tentara Nasional Indonesia.

"Di sisi lain bujet, belum cukup dari APBN untuk kendaraan operasi kita hanya 40 persen dianggarkannya. Maka dari itu kita diakhir tahun utang kanan kira," kata Purnomo di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, seperti dikutip Merdeka.com (18/12/13).

Kemenhan Berutang Rp 8 Triliun untuk Penuhi Kebutuhan BBM Kendaraan Tempur TNI
KRI Diponegoro 365 | Merdeka.com

Setidaknya TNI membutuhkan BBM sebanyak 0,4 juta liter tiap tahunnya. Dengan demikian Kemenhan harus berutang sebesar Rp 8 triliun untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Maklum saja, alutsista Indonesia milik TNI sudah tua. Jadi, boros BBM. Purnomo menuturkan, "Memang kita membutuhkan BBM, kita di akhir tahun harus membayar 8 triliun untuk BBM. Ditambah lagi peralatan-peralatan militer kita sudah pada tua."

Kemenhan pun menggandeng Pertamina untuk memenuhi kebutuhan BBM ini. Dengan demikian, diharapkan kebutuhan operasional bisa terpenuhi.

Menhan: Industri Pertahanan (Alutsista) Tanah Air Jangan Tergantung Terus Pada Pemerintah

Pada 17 Desember 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia mendorong terus pertumbuhan industri pertahanan (alutsista) Tanah Air. Namun, Menhan mengingatkan untuk tidak terus-terusan tergantung pada pemerintah. Maksudnya tergantung pada pemerintah adalah hanya mengandalkan pesanan dari pemerintah saja, tanpa memikirkan ekspansi ke luar.

Menhan: Industri Pertahanan (Alutsista) Tanah Air Jangan Tergantung Terus Pada Pemerintah

"Kedepan kami ingin terus mendorong industri pertahanan dalam negeri. Industri pertahanan harus memiliki inisiatif untuk berkembang tanpa tergantung kepada instansi-instansi pemerintah. PT DI harus dapat lakukan itu, sehingga tidak selamanya tergantung dari pemerintah," demikian Menhan menjelaskan di sebuah acara serah terima pesawat di Kawasan Produksi II PT DI, Bandung.
 
Lebih lanjut Menhan menegaskan, sejak 2010 pemerintah Indonesia telah membentuk KKIP yang merupakan kependekan dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan. Berkat support dari KKIP, empat hingga lima tahun terakhir ini, industri pertahanan -dalam hal ini PT DI- dinilai mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan, sebuah maskapai penerbangan internasional disebut-sebut telah mempercayai PT DI untuk mengerjakan pesawat komersil mereka. [Beritasatu]

3 Pesawat Kepresidenan dari Waktu ke Waktu

Waktu Jusuf Kalla masih menjabat wapres, ada pengalaman buruk yang pernah dialaminya saat naik pesawat kepresidenan. Bulan Juli 2006, wapres terbang dari Jakarta ke Bandara Polonia, Medan, dengan pesawat kepresidenan Fokker 28 TNI AU.

Apa yang terjadi?

Sejumlah kaca kokpit retak. Pesawat cadangan pun dikirim dari Halim. Wapres segera mengemukakan planning lamanya yang sempat tertunda untuk mengganti pesawat kepresidenan yang sudah ada. "Umurnya kan sudah 30 tahun. Jadi, harus diganti yang lebih baik lagi," ujar Kalla ketika itu.

Sudah sejak masa Presiden Soekarno, beragam pesawat digunakan untuk kunjungan resmi. Berikut ini ulasannya.

3 Pesawat Kepresidenan dari Waktu ke Waktu

1. Pesawat Kepresidenan Bung Karno

Saat menjabat presiden, Bung Karno memakai dua pesawat kepresidenan dari jenis C-140 Jetstar. Pesawat yang diproduksi oleh Lockheed itu dinamai Pancasila dan Saptamarga. Kini, salah satu pesawat ini menghuni Museum Dirgantara di Yogyakarta. Sesudah memakai Jetstar, pesawat yang kemudian dipakai Bung Karno adalah Ilyushin Il-14, hibah dari Pemerintah Rusia. Pesawat berbaling-baling ganda yang dinamai Dolok Martimbang itu dioperasikan Skadron 17 AURI.

2. Pesawat Kepresidenan Soeharto


Presiden Soeharto menggunakan beberapa jenis pesawat. Pada masa awal pemerintahan, untuk kunjungan dalam negeri, Presiden Soeharto menggunakan Hercules C-130 milik TNI AU. Pesawat Douglas DC-8 juga sempat digunakan untuk kunjungan ke luar negeri. Kunjungan dalam negeri lainnya, Soeharto kerap menggunakan beberapa pilihan. Ada Avro RJ-185 milik Pelita Air Service.

Lalu Fokker F-28, yang dioperasikan perusahaan penerbangan Pelita Air Service. Pesawat lainnya adalah British Aerospace 146, yang mampu membawa 100 penumpang. Untuk kunjungan ke luar negeri, Soeharto menggunakan Airbus A330 milik Garuda.

3. Pesawat Kepresidenan SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih menggunakan beberapa pesawat yang digunakan pendahulunya, seperti Airbus A330-341 dan A330-300 milik Garuda. Pesawat itu dimodifikasi sesuai tingkat kebutuhan presiden dan bisa memuat maksimal 140-an penumpang. Airbus biasa digunakan SBY bila berkunjung ke luar negeri. Untuk mengunjungi pelosok Indonesia, SBY tetap memakai Avro RJ-185 milik Pelita Air Service.

Pesawat buatan tahun 1992 ini dibeli Pertamina pada era Presiden Soeharto dan dijadikan pesawat khusus kepresidenan. Semua, presiden--dari Presiden Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputr--memilih pesawat ini jika bepergian di dalam negeri.

Fokker 28 milik TNI AU termasuk yang masih digunakan SBY. Pesawat yang dibuat tahun 1975 biasanya dipilih untuk menemani kunjungan dalam negeri. Pesawat lain yang juga dipakai SBY adalah Boeing 737-200 milik TNI AU yang diproduksi pada 1981. Untuk helikopter, SBY biasa mengunakan helikopter Super Puma SA-330 dan SA-332 milik TNI AU.

Di penghujung kepemimpinanya, Presiden SBY mengklaim memberikan warisannya bagi penerusnya. "Kalau (pesawat) itu jadi, pada 2013, saya hanya setahun menggunakannya. Bagus kalau pemerintahan yang akan datang bisa lebih efisien dan bisa menggunakan yang lebih baik," katanya pada 13 Februari 2012. [TEMPO]

Hadapi Malaysia, TNI AD Andalkan Diplomasi sebagai Kekuatan Militer

Pada 16 Desember 2013, KSAD Jenderal Budiman menyatakan jika Indonesia selalu mengedepankan upaya diplomasi sebagai kekuatan militer untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi dengan negara tetangga. Pernyataan ini dikatakan dalam sebuah seminar TNI AD yang digelar di Balai Kartini.

Hadapi Malaysia, TNI AD Andalkan Diplomasi sebagai Kekuatan Militer

Melansir MetroTV, apa yang disampaikan KSAD sesuai dengan kesepakatan ASEAN. "Kami melakukan diplomasi seperti diplomasi ASEAN yang memiliki tiga pilar kesepakatan di bidang ekonomi, politik-keamanan, serta budaya."

KSAD juga mengatakan upaya yang dikedepankan bila terjadi konflik dengan negara ASEAN di bidang politik-keamanan adalah diplomasi, termasuk menghadapi Malaysia. Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap Tentara Nasional Indonesia, khusus Angkatan Darat, dalam menyikapi berbagai konflik yang pernah terjadi di perbatasan tanah air.

Tambah Kekuatan Militer, Indonesia Harus Jaga Juga Kedaulatan dari Bawah Laut

Pada 6 Desember 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia telah sepakat dengan pemerintah Rusia dalam hal pengadaan kapal selam kelas Kilo.

Kerja sama dengan Rusia ini merupakan bagian dari rencana pembangunan armada kapal selam secara besar-besaran. Keberadaan kapal selam sangat dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia yang lebih dari dua pertiga meliputi lautan.

Saat ini jumlah kapal selam Indonesia hanya dua buah, yaitu KRI Cakra dan KRI Nenggala. Dua kapal ini akan genap berusia 40 tahun pada 2020 mendatang. Pemerintah Indonesia juga sedang memesan tiga kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan (Korsel) yang di antaranya dikerjakan bersama PT PAL. Nah, untuk membeli kapal selam ini, pemerintah mempunyai dua opsi pembiayaan.

Tambah Kekuatan Militer, Indonesia Harus Jaga Juga Kedaulatan dari Bawah Laut

Pertama, menggunakan state credit dari Rusia, di mana dari alokasi USD1 miliar, baru terpakai sebesar USD300-an juta. Kedua negara telah menyetujui perpanjangan state credit tanpa ada ketentuan untuk melampirkan daftar alutsisa yang akan dibeli.

Sehingga bisa dipergunakan untuk segala jenis alusista yang dibutuhkan Indonesia. Opsi kedua yaitu menggunakan dana on top. Pada awal Kabinet Indonesia Bersatu II, Kemhan mendapatkan dana on top dalam jumlah besar, sampai saat ini sisa dana tersebut masih banyak dan dapat digunakan untuk pembelian kapal selam.

Sisa dana on top yang masih ada ini harus diselesaikan pada tahun depan seiring dengan selesainya masa tugas Kabinet Indonesia Bersatu II. Kebutuhan kapal selam didasarkan pada posisi Indonesia yang memiliki tiga Alur Laut Kepulauan I n d o n e s i a (ALKI) yakni mulai Laut Cina Selatan– Selat Karimata– Selat Sunda.

Kemudian ALKI yang melintasi Laut Sulawesi– Selat Makassar–Luatan Flores– Selat Lombok. Sedangkan, ALKI ketiga membentang mulai Sumadra Pasifik– LautMaluku–LautSeram– LautBanda– Alor. Pada ALKI ketiga choke point ini terpecah menjadi tiga jalur. (lihat grafis).

Sejumlah ALKI ini merupakan choke pointmenurut UNCLOS yang bisa dipakai kapal asing untuk masuk ke Indonesia. Di sanalah kapal-kapal selam itu nantinya akan ditempatkan. Kapal selam akan lebih efektif menghalau kapal asing yang melanggar teritorial dibanding kapal perang biasa.

"Satu kapal selam mampu menghadapi 10 kapal perang," kata Purnomo. Kapal selam yang dipilih merupakan kelas medium yang dilengkapi dengan rudal Club S, yaitu rudal anti kapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air.

Club S termasuk kategori killer missile karena mempunyai jarak tembak 300–400 kilometer. Rudal ini akan melengkapi rudal jarak jauh lain yang telah dioperasikan TNI AL, yaitu Yakhont. Saat ini Rusia mempunyai ratusan kapal selam kelas Kilo yang sedang beroperasi di perairan mereka.

Akan ada tim yang diberangkatkan ke Rusia yang akan mengecek spesifikasi teknis yang diperlukan. Seperti kelengkapan kebutuhan persenjataan dan lainnya. Jika tim kemudian memilih pembangunan kapal selam baru, maka juga akan dibicarakan spesifikasi dan berapa lama kapal itu akan dipakai.

Pengadaan kapal selam menurut Purnomo bukan karena ada ancaman dari Australia. Pengadaan ini merupakan sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) yang sudah ditetapkan pada 2010 lalu. Pemerintah telah menetapkan tiga renstra, yaitu renstra pertama dari 2010–2014, renstra kedua 2015–2019 dan 2020–2024 untuk renstra ketiga.

Kehadiran kapal selam Rusia akan melengkapi kapal selam sebelumnya yang berteknologi Jerman. Baik KRI Cakra dan KRI Nenggala maupun kapal selam asal Korsel yang sedang diproduksi menggunakan teknologi Jerman U209.

Kapal selam teknologi Rusia akan berkombinasi dengan teknologi Jerman itu dalam pertahanan negara. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio menyebutkan, Indonesia setidaknya membutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga kedaulatan laut.

Direktur National Maritime Institute (Namarin) Jakarta Siswanto Rusdi menyebutkan saat ini doktrin pertahanan Indonesia masih terlihat menganut Hankamrata (Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta).

Doktrin pertahanan yang juga melibatkan sipil ini merupakan cara menghadapi musuh ketika berada dalam teritorial Indonesia. Padahal sudah seharusnya Indonesia melakukan pertahanan yang berorientasi ke luar. Armada laut Indonesia harus melakukan operasi di laut internasional untuk mencegah masuknya musuh.

"Berapa jumlah armada yang ditambah akan kurang optimal karena hanya bermain di laut dalam negeri. Padahal di dalam laut kita sendiri sudah jenuh dengan berbagai kapal dari sejumlah instansi seperti Kepolisian Air, Kementerian Kelautan, Kementerian Perhubungan dan Bea Cukai," kata Siswanto.

Saat ini banyak negara yang sudah menerapkan blue water navy, yaitu kekuatan maritim yang mampu beroperasi di perairan dalam lautan terbuka. Bukan hanya negara besar seperti Amerika Serikat dan China yang sudah menerapkan bluewaternavy, sejumlahnegara Asia seperti India bahkan Singapura sudah mulai menerapkan blue water navyini. (Islahuddin/Sindo)

Ada Sekolah Pasukan Khusus Intai Amfibi Marinir Loh...

Pada 6 Desember 2013, sejumlah siswa Sekolah Khusus Pendidikan Pasukan Khusus Intai Amfibi (Diktaifib) Marinir Angkatan Ke-40 membersihkan diri di danau, ketika mengikuti hellweek (minggu neraka) dengan materi latihan Ilmu Medan Membaca Peta (IMMP) di Desa Wedoro Anom, Driyorejo Gresik. 

Ada Sekolah Pasukan Khusus Intai Amfibi Marinir Loh...
Ada Sekolah Pasukan Khusus Intai Amfibi Marinir Loh...

Sebanyak 40 siswa Diktaifib Angkatan Ke-40 menjalani hellweek, sebelum mengikuti pendidikan pasukan khusus Intai Amfibi (Taifib) Marinir selama 10 bulan. (Antara)

Perkuat Alutsista, Indonesia Incar Kapal Selam Rudal Made In Rusia

Pada 6 Desember 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyatakan Indonesia sedang menjajaki pembelian lima kapal selam Rusia dari jenis Kilo dan Amur. "Ini (kapal selam, red.) untuk melengkapi kekuatan sistem pertahanan maritim yang masih sangat terbatas," tuturnya.

Dijelaskan oleh Purnomo jika pihak Rusia menawarkan dua jenis kapal selam tipe Kilo Class dan Amur Class 950. Keduanya dilengkapi senjata seperti seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan antipeluru kendali, serta rudal Yakhont.

Perkuat Alutsista, Indonesia Incar Kapal Selam Rudal Made In Rusia

"Rudal ini yang kita belum punya. Rudal ini mempunyai daya jelajah 300-400 kilometer dan bisa ditembakkan dari dalam laut ke permukaan," katanya.

Penjajakan ini untuk melengkapi kekuatan militer Indonesia khususnya ranah maritim dari sisi upaya penangkalan, sekaligus melengkapi satuan pemukul.

Lima kapal selam Rusia ini akan melengkapi dua kapal selam jenis U-209/1400 dari Jerman, tiga kapal selam jenis U-209 yang sedang dibangun di Korea Selatan, dan dua kapal selam jenis Scorten buatan Perancis.

Indonesia terakhir membeli kapal selam pada tahun 1980-an. Purnomo mengatakan, wajar setelah 30 tahun pemerintah melakukan perbaikan dan melengkapi sistem pertahanan maritim. (VIVAnews)

KSAL: Indonesia Butuh 12 Kapal Selam

Pada 6 Desember 2013, KSAL (Kepala Staf Angkatan Laut) menyatakan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) mempunyai rencana untuk menambah armada kapal selam guna menyokong pertahanan laut. Penambahan kapal selam ini sedemikian dibutuhkan mengingat 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan. "Jumlah ini sesuai dengan poin yang ada di wilayah laut Indonesia," kata Slamet di Jakarta, Jumat 6 Desember 2013.

Disamping itu alat sistem utama pertahanan (alutsista) yang berfungsi sebagai pendukung operasi laut masih jauh dari batas ideal minimum pertahanan. Setidaknya, Indonesia harus punya 12 kapal selam untuk mendukung pertahanan laut.

Saat ini TNI AL memiliki tujuh unit kapal selam. Dua kapal selam jenis U-209/1400 dari Jerman. Dua jenis kapal selam jenis Scorten buatan Perancis dan tiga kapal selam jenis U-209 dari Korea Selatan. "Kita akan menambah kekurangan kapal selam buatan Rusia jenis Kilo Class (B/M), dua kapal selam Kilo (S/H) dan dua Amur Class 950 (B/M). Keduanya dilengkapi senjata seperti seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, anti peluru kendali dan rudal Yakhont," ujarnya.

KSAL: Indonesia Butuh 12 Kapal Selam

Slamet menilai, kapal selam buatan negeri beruang merah ini cocok untuk beroperasi di wilayah perairan dalam Indonesia. "Kedalaman laut kita itu 150 meter lebih. Ini cocok buat kapal selam yang akan kita beli dari Rusia," ujarnya.

Ia mengakui pembelian kembali kapal selam dari Rusia membuka memori lama sejarah kekuatan kapal selam Indonesia. Di mana pada era 80-an kekuatan kapal selam di dominasi buatan Rusia. "Sekarang kita punya kekuatan kombinasi dengan kekuatan kapal buatan Jerman, Korea Selatan, Prancis dan Rusia," kata Slamet.

Kapal selam ini kedepan menjadi andalan pertahanan terutama di seluruh wilayah perbatasan. "Kapal selam ini sangat efektif untuk pertempuran, terutama yang akan kita beli dari Rusia. Daya hancurnya satu banding 10 dengan kapal yang beroperasi di permukaan laut," katanya.

Untuk merealisasikan pembelian ini TNI AL sedang menyiapkan tim untuk mengecek dan menguji coba kapal selam yang ditawarkan Rusia. (VIVAnews)

Menhan Bantah Pembelian Kapal Selam Kilo Class dari Rusia untuk Hadapi Ancaman Australia

Pada 6 Desember 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro membantah bila rencana pembelian kapal selam jenis Kilo Class dari Rusia ditujukan untuk menghadapi ancaman Australia. Hal ini disampaikannya di kantor Kementerian Pertahanan, Medan Merdeka, Jakarta Pusat. "Saya tidak pernah mengatakan ancaman dari selatan dalam buku putih. Dalam rencana itu, dalam konteks regional yang diprioritaskan, itu di perbatasan."

Pembelian ini, menurut Purnomo sudah direncanakan lama oleh Kementerian Pertahanan untuk menambah kekuatan militer Indonesia. Ini lantaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) dibuat dalam MEF dalam tiga tahapan; tahap pertama (2010-2014), tahap kedua (2015-2019), dan tahap ketiga (2020-2024). Terkait rencana pembelian kapal selam, ia mengatakan, pembelian alutsista bisa saja dipercepat sesuai dengan kemampuan anggaran.

Menhan Bantah Pembelian Kapal Selam Kilo Class dari Rusia untuk Hadapi Ancaman Australia
"Selama kami memiliki dukungan dari pemerintah dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), itu kita lakukan," ucapnya. Purnomo mengatakan, rencana pembelian kapal selam dari Rusia untuk menjaga checkpoint perairan Indonesia. Indonesia, katanya, memiliki lima checkpoint, yaitu Selat Sunda, Selat Lombok, dan tiga checkpoint di wilayah timur perairan Indonesia.

Ia mengatakan, kapal selam ini nantinya akan ditempatkan di wilayah timur karena perairannya yang cukup dalam. Ia mengatakan, kapal selam jenis Kilo Class yang dibeli dari Rusia adalah kapal selam bekas yang akan dimodernisasi, termasuk dilengkapi peluru kendali jarak jauh. Namun, ia mengatakan kapal selam itu masih dioperasionalkan oleh AL Rusia.

"Di dalam military base-nya, mereka punya ratusan kapal selam yang masih digunakan," kata Purnomo. Terkait dengan alokasi dana, Purnomo mengatakan, kementeriannya tidak memiliki masalah dengan anggaran. Mengenai nilai pembeliannya, ia juga mengaku masih bernegosiasi dengan pihak Rusia, termasuk soal opsi jenis pembiayaan yang akan digunakan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetiyo mengatakan saat ini TNI-AL sudah mengirimkan sebuah tim untuk memeriksa spesifikasi teknis kapal selam tersebut. Namun, ia menggarisbawahi salah satu keunggulan dari kapal selam buatan Rusia tersebut.

"Kemampuannya yang memiliki peluru kendali yang bisa ditembakkan dari bawah permukaan (laut) dengan jarak jauh. Itu yang kita enggak punya," tandasnya. (Kompas)

Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi dengan Formasi Penghancuran

Pada 5 Desember 2013, digelar latihan teknis dan taktis tingkat kompi (Latnis Tis Ki), di pusat latihan tempur (Puslatpur) Marinir, Grati, Pasuruan, Jatim. Latihan ini dikhususkan untuk melatih formasi penghancuran dari puluhan kendaraan tempur (Ranpur). Khususnya, tank jenis Scorpion dan stromer dan prajurit Batalyon Kavaleri 8 Divisi 2 Kostrad dengan formasi saf.

Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi dengan Formasi Penghancuran
Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi dengan Formasi Penghancuran
Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi dengan Formasi Penghancuran
Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi dengan Formasi Penghancuran

Latnis Tis Ki dengan formasi bersaf tersebut dilakukan untuk melakukan serbuan, untuk penghancuran dan merebut sasaran yang dikuasai musuh. (Antara)

Kasal: Tingkatkan Kekuatan Militer Indonesia, TNI AL Tambah Alutsista Terbaru

Pada 5 Desember 2013, Laksamana TNI Marsetio menyatakan bahwa "Kita tetap merencanakan tiga Komando Armada di bawah Komando Pertahanan Laut, tiap Armada membawahi Guspurla dan Guskamla. Sedangkan, Lantamal yang akan dikembangkan menjadi 14 di bawah kendali langsung Kohanla RI. Untuk proyeksi kekuatan ke darat, akan dikembangkan 3 Divisi Marinir, 3 Satlinlamil dan 3 Wing Udara."

Pernyataan ini untuk dalam rangka proses pemenuhan Kekuatan Pokok Minimum atau MEF (Minimum Essential Force) yang dilakukan guna mengembangkan organisasi dan pembangunan alutsista. Untuk pengembangan organisasi dilaksanakan validasi organisasi yang bertujuan supaya bisa bekerja secara efektif dan efisien yang saat ini sedang dalam proses menunggu Keputusan Presiden.

Sebagaimana umumnya, kekuatan militer Indonesia harus terus ditingkatkan, baik dari sisi kemampuan tempur prajurit maupun pertahanan NKRI. Untuk itu, Tentara Nasional Inonesia Angkatan laut (TNI AL) akan berupaya meningkatkan alutsista terbaru yang ada. Sejauh ini TNI AL terus berupaya untuk meningkatkan persenjataan yang dimiliki, agar kekuatan yang dimiliki semakin diperhitungkan oleh negara-negara tetangga.

Lebih lanjut ia mengatakan untuk membangun alutsista, TNI AL akan melakukan pengadaan alutsista yang mengedepankan pemanfaatan industri dalam negeri, agar dapat memberikan dampak positif untuk mewujudkan kemajuan dan kemandirian alutsista nasional. "Sampai dengan tahun 2013, TNI AL sedang membangun alutsista dari luar negeri, yaitu 3 unit Kapal Selam Diesel Electric dimana Kapal Selam ke tiga akan dibangun di Galangan PT. PAL Indonesia," ujarnya.

Selain kapal Selam, kata Kasal, juga akan dilakukan pengadaan 3 Kapal Multi Role Light Fregate (MRLF), 2 unit Kapal PKR, 2 unit Kapal Bantu Hidro Oceanografi (BHO), 1 unit Kapal Latih, 37 Unit Tank Amfibi BMP-3F dan 5 Unit BTR-4. Untuk pengadaan dari dalam negeri terdiri dari 3 Unit Kapal Patroli 43 meter, 3 Unit Kapal Cepat Rudal 60 meter, 2 Unit Kapal Bantu Cair Minyak, 1 Unit Trimaran, 3 Unit KCR 40 meter, 3 Unit Kapal Angkut Tank, 2 Unit Pesud CN-235 MPA, 11 Unit Heli AKS, 3 Unit Heli Angkut dan 4 Unit Pesawat Latih.

Sekadar diketahui, dalam upacara peringatan HUT Armada RI yang dipusatkan di Koarmatim tadi, dilakukan pula penyerahan tanda kehormatan Satya Lencana Kesetiaan 32 Tahun, 24 Tahun, 16 Tahun dan 8 Tahun kepada perwakilan prajurit yang berhak menerima, serta pemberian Penghargaan Bendera KRI Teladan dari Kasal kepada KRI yaitu Teladan I di terima KRI Frans Kaisiepo-368 milik Satkor Koarmatim, Teladan II diterima KRI Patiunus-384 milik Satkor Koarmabar, dan Teladan III KRI Banda Aceh-593 milik Satlinlamil Jakarta.

Tank Tempur Utama Leopard 2A4 TNI-AD Hadir dalam Peringatan Hari Juang Kartika

Para personel Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sibuk. Hal ini karena TNI AD akan menghelat peringatan Hari Juang Kartika di Jember, Jawa Timur. Disamping itu, berbarengan dengan itu akan diadakan pula pameran alutsista Indonesia tanggal 14-17 Desember.

Tank Tempur Utama Leopard 2A4 TNI-AD Hadir dalam Peringatan Hari Juang Kartika

Sejumlah persiapan pun sudah dilakukan sejak sekarang, soalnya tempat pelaksanaan kegiatannya cukup jauh. Seperti mempersiapkan personel dan alutsistanya. Bahkan tank tempur utama TNI-AD Leopard 2A4 juga dipersiapkan. Ini mematahkan asumsi jika Leopard 2A4 hanya pinjaman yang dikembalikan selepas HUT TNI. Nantinya seusai acara Hari Juang Kartika ini Leopard akan langsung dikandangkan di garasi Batalyon Kavaleri 8.

Tank Tempur Utama Leopard 2A4 TNI-AD Hadir dalam Peringatan Hari Juang Kartika

Alutsista lain yang akan ikut tampil, yakni: Panser Tarantula, Panser Anoa, Tank Marder, dan masih banyak lainnya. (ARC)

Denma Koopsau I Adakan Latihan Menembak untuk Menambah Kekuatan Militer Indonesia

Pada 4 Desember 2013, Denma Koopsau I mengadakan latihan menembak untuk semua anggota Makoopsau I, baik Bintara maupun Tamtama. Latihan ini bertempat di lapangan tembak Batalyon 467 Paskhas.

Latihan menembak ini bertujuan agar prajurit Tentara Nasional Indonesia mampu menembak secara benar dan tepat sasaran. Dengan begitu, kekuatan militer Indonesia akan siap menghadapi tugas di medan manapun. "Dalam latihan menembak seluruh anggota supaya mengutamakan faktor keamanan, dalam arti selalu waspada, hati-hati dan tidak ceroboh agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," tutur Kasi Senjata Lanud Halim Perdanakusuma Mayor Tek Zulkhali Duki dalam arahannya pada para petembak.

Denma Koopsau I Adakan Latihan Menembak untuk Menambah Kekuatan Militer Indonesia

Lebih lanjut ia mengutarakan bahwa senjata yang digunakan untuk latihan adalah senjata laras panjang SS 1 produksi PT Pindad dan M-16. "Amunisi yang digunakan berjumlah 30 butir peluru untuk penilaian dan 3 butir peluru sebagai percobaan dengan jarak tembak 100 meter. Adapun sikap tembak dibagi tiga sikap, diantaranya: sikap tiarap, sikap duduk dan sikap berdiri," terangnya.

Sementara itu Dandenma Koopsau I Letkol Kal M. Choirudin menjelaskan jika latihan menembak ini merupakan salah satu program kerja Denma Koopsau I. (TNI AU)

Menhan Australia: Perbaikan Hubungan Australia - Indonesia Akan Makan Waktu

Pada 4 Desember 2013, harian Sydney Morning Herald yang dikutip VivaNews melansir jika pemerintahan koalisi dibawah pimpinan PM Tony Abbott tetap mau menjalin hubungan yang kuat dengan Indonesia. "Meski sekarang Indonesia menghentikan kerjasama bilateral kedua negara di bidang pertahanan. Tapi, pemerintah Australia tetap komit untuk memperkuat dan memperdalam hubungan pertahanan," demikian Abbott menyatakan waktu makan malam di Institut Kebijakan Strategis Australia.

Sementara itu, Menhan Australia, David Johnston menyatakan jika akan butuh waktu lama untuk memulihkan hubungan Australia - Indonesia. Sebab, Presiden SBY mengajukan enam hal taktis yang tak diketahui tenggat waktunya, bila Australia tetap mau bekerjasama dengan Indonesia.

Presiden SBY juga menghentikan kerjasama bilateral dalam hal pertukaran informasi intelijen, militer, dan kepolisian. Namun Johnston optimistis hubungan kedua negara akan pulih. "Ini semua (perbaikan hubungan) akan memakan waktu. Tapi pada akhirnya kedua negara akan kembali berbaikan," kata Johnston.

Johnston menyatakan, Indonesia akan kembali menemukan Australia sebagai mitra yang stabil, dapat diandalkan, dan bersedia bekerja secara dekat dalam mempertahankan hubungan pertahanan dan keamanan kedua negara.

"Selaku Menhan, saya akan melakukan yang terbaik untuk berkontribusi dalam pemulihan hubungan tersebut. Salah satunya dengan sering berkunjung ke Indonesia," kata Johnston. Menurutnya, kunjungan ke Indonesia mutlak diperlukan karena kontak personal diperlukan dalam membangun rasa saling percaya.
Menlu Australia ke Jakarta

Pemimpin Oposisi, Bill Shorten, berharap hasil kunjungan Menlu Australia Julie Bishop ke Indonesia esok Kamis akan berbuah positif. Bishop akan bertemu dengan mitranya, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa, di Jakarta.

Marty mengatakan tujuan pertemuan bilateral dengan Menlu Bishop yaitu ingin mengetahui niat Australia dalam menormalisasi hubungan dengan Indonesia. "Kami ingin mengetahui hal-hal yang telah terjadi di masa lampau, dan bagaimana pandangan Australia soal langkah ke depan yang akan mereka pilih," ujar Marty.

Marty mengatakan hubungan RI-Australia saat ini tidak menjadi lebih buruk. Dia bahkan menyebut hubungan kedua negara stabil. "Stabil tidak berarti hubungan kedua negara semakin baik. Hubungan kami memang baik, stabil, sehingga komunikasi di antara kedua belah pihak dapat dilakukan dengan terukur dan dapat dikelola. Kita lihat nanti apa tujuan dan harapan dari Australia," kata dia.

Untuk mengembalikan hubungan kedua negara menjadi normal, Presiden SBY mensyaratkan enam langkah. Langkah pertama akan dimulai Kamis besok. Lima langkah lainnya yaitu penyusunan kode etik, pengkajian terhadap isi kode etik, pengesahan kode etik oleh kedua pemimpin negara, pengkajian pelaksanaan kode etik di tataran implementasi lapangan, dan pembahasan kemungkinan dibukanya kembali kerjasama kedua negara. (VivaNews)