Pesawat Tempur TNI F5 Mendarat Mendadak di Halim

Pada 18 November, dilaporkan ada pesawat tempur TNI dari jenis F5 mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma. Katanya pesawat yang dipakai untuk latihan ini mengalami gangguan teknis.

Pesawat Tempur TNI F5 Mendarat Mendadak di Halim

"Jadi, hari ini ada latihan yang namanya 'Tangkis Petir'. Misi latihan ini CAP (Combat Air Patrol) memakai pesawat F5. Pesawat ini kembali ke Halim sekisaran pukul 9 pagi tadi, karena setelah dicek ada malfungsi. Bagian hidroliknya," tutur Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto selaku Kadispen TNI AU, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Detik (18/11).

Pendaratan darurat ini sempat membuat jadwal penerbangan pesawat reguler di Halim delay selama 20 menit. "Harus prioritas landing. Jadi nge-delay pesawat reguler kira-kira 20 menit lamanya. Pesawat itu mendapat prioritas landing karena rodanya kurang angin. Lalu, ditarik masuk ke parkir ramp," jelas Tjahjanto.

Sekarang, jadwal penerbangan telah kembali normal tanpa gangguan. Namun, pihaknya masih mencari lebih dalam terkait malfungsi hidrolik pesawat F5 ini.

KRI Sutedi Senaputra Tangkap Dua Kapal Nelayan (Malaysia dan Thailand)

Pada 14 November 2014, KRI Sutedi Senaputra-378 di bawah komando Mayor Laut P Hendra Astawan menangkap dua kapal nelayan asing yang sedang 'mencuri' ikan di wilayah perairan Indonesia. Tepatnya di wilayah Laut Natuna, Kepulauan Riau. Dua kapal itu berbendera Malaysia serta Thailand.


Dijelaskan oleh Ariris Miftachurrachman bahwa penangkapan dilakukan saat radar KRI Sutedi Senaputra, yang tengah melakukan Operasi Rakata Jaya di sekisaran perairan yang memang kerap dilanggar itu, menangkap dua titik yang diketahui kapal nelayan yang sedang 'mencuri' ikan. Mengetahui hal itu, komandan KRI memerintahkan kedua kapal itu menghentikan aktivitasnya dan segera merapat ke lambung KRI Sutedi Senaputra.

Pihak TNI AL ini segera melaksanakan prosedur geledah dan periksa. Saat itu diketahui bahwa dua kapal ini berbendera Malaysia (MV KNF 7424 dengan ABK 9 orang) dan Thailand (MV Kour Son 77 dengan ABK 6 orang). "Kedua kapal ini langsung dikawal ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tarempa untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Letkol Ariris seperti yang Blog Militer Indonesia kutip dari Detik (15/11).

Militer Indonesia Datangkan 5 Pesawat Tanpa Awak (Drone)

Pada 13 November 2014, Jenderal TNI Moeldoko sebagai Panglima TNI menyampaikan bahwa militer Indonesia mendatangkan lima pesawat tanpa awak atau lebih dikenal dengan istilah pesawat drone untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Menyampaikan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Moeldoko enggan menyebut negara asal dan spesifikasi detail kelima drone tersebut.

Militer Indonesia mendatangkan 5 pesawat tanpa awak atau lebih dikenal dengan pesawat drone untuk memperkuatan pertahanan perbatasan.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko - Puspen.

Moeldoko mengaku jika sebetulnya pihak TNI sudah punya drone buatan industri pertahanan dalam negeri. Tapi, kelima drone asal luar negeri itu bisa menjadi bahan bermanfaat guna mengembangkan teknologi pesawat drone dalam negeri. PT Pindad dibantu Dislitbang AU, dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sempat membuat serta mengembangkan pesawat tanpa awak itu.

Sebelumnya, Menhan Ryamizard Ryacudu sempat mengutarakan niatnya untuk untuk mendatangkan drone baru untuk memperkuat kekuatan militer Indonesia. Di mana, nantinya drone itu akan dimaksimalkan untuk menjaga wilayah perbatasan Indonesia yang biasanya luput perhatian.

Meskipun demikian, ia menegaskan akan mencoba membeli drone lebih canggih daripada yang sudah ada, supaya teknologinya bisa dikembangkan oleh industri pertahanan nasional. "Untuk sementara, kami akan coba beli lagi, yang jauh lebih canggih. Nantinya dari pembelian itu akan kami kembangkan lagi," tuturnya yang dikutip dari Republika (14/11).

Menhan Optimis Produsen Alutsista Buatan Dalam Negeri Ramai 3 Tahun Lagi

Pada 14 November, VOA Indonesia melaporkan bahwa Menhan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, optimis produsen alutsista buatan dalam negeri ramai 3 tahun lagi. Ini disampaikannya sewaktu mengunjungi PT Pindad belum lama ini.

Ia menyampaikan bahwa PT Pindad harus mampu memproduksi senjata sesuai perkembangan. Hal ini lantaran peralatan modern nan canggih sangat dibutuhkan menjaga kedaulatan negara. Saat ini, kendaraan tempur yang dipakai militer Indonesia antara lain: panser Anoa, Komodo, dan Badak.

Menhan optimis produsen alutsista buatan dalam negeri ramai 3 tahun lagi.
Karyawan PT Pindad - VOAindonesia/Teja Wulan.

“(Kualitas produk Pindad) Maju pesat. Alutsista TNI permintaan baru sesuai dengan visi misinya mandiri. Kita diusahakan untuk semuanya mandiri, walaupun belum 100 persen. Mungkin kalau 100 persen, satu, dua, atau tiga tahun lagi lah ya. Pemerintahan baru Pak Jokowi sangat memperhatikan (alutsista) ini. Kemungkinan kita ajukan dana untuk kemajuan (alutsista) ini, kita harapkan bisa diberikan," ujarnya, yang dikutip Blog Militer Indonesia dari voaindonesia (14/11).

Jenderal Gatot Nurmantyo selaku Kepala Staf Angkatan Darat menyampaikan bahwa TNI butuh 200 unit lebih alutsista produksi PT Pindad. Ia menilai pasukan yang memakai kendaraan atau alat tempur produksi PT Pindad bisa bersaing dengan negara-negara lain.

“Bicara soal kebutuhan semuanya memang telah terpenuhi. Tapi, kita kan bicara soal mengikuti perkembangan alutsista. Pemenuhan alutsista itu tidak bisa dengan tahapan-tahapan, tetapi langsung loncatan karena teknologi kan berkembang terus. Jadi kita mengambil yang terbaru, terbaik, dan sudah teruji di medan pertempuran," ujarnya.

Sena Maulana selaku juru bicara PT Pindad mengatakan jika perusahaan mereka tengah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk alutsista. Mereka menargetkan pada 2023 bisa menjadi produsen alutsista handal dan terkemuka se-Asia.

“Kita telah melaksanakan peningkatan kemampuan produksi dan kemampuan desain serta kapasitas produksi sudah direncanakan tiga tahun. Jadi per 2015, 2019, dan 2023 itu visi Pindad tahun 2023 kita akan menjadi industri alutsista terkemuka di Asia. Karena kan setiap tahun desain-desain atau memang kebutuhan dari TNI itu di-review kembali," pungkasnya.

Menhan Menarget Kekuatan Militer Indonesia di Mata Dunia Tembus 10 Besar Tahun 2019

Pada 13 November 2014, Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan targetnya untuk membuat kekuatan militer Indonesia di mata dunia bisa tembus 10 besar. Komitmen ini disampaikannya dalam pertemuan bersama sejumlah perwira tinggi di Mabes TNI, Cilangkap, JakTim. ‪”... Menhan punya obsesi, berharap sampai 2019 akan membuat proyeksi, kekuatan pertahanan kita masuk 10 besar dunia," kata Moeldoko, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Tribunnews (13/11).‬

Menhan Ryamizard Ryacudu menargetkan kekuatan militer Indonesia di mata dunia bisa tembus 10 besar tahun 2019.

Moeldoko mengaku optimis dengan target Menhan tersebut. Pasalnya, berdasarkan informasi yang didapat, tentara Indonesia masuk peringkat 19 dunia, atau peringkat 9 di negara-negara Asia Pasifik. “... kami harus optimis, karena pembangunan ekonomi kita akan berjalan dengan baik,” sambungnya.

Untuk memenuhi target itu tentu bukan tanpa kendala. Tapi, Menhan Ryamizard menilai, ada harapan untuk memunculkan semangat mencapai target tersebut. “Kita pertama kali ada target, ... melewati 15 besar. Kita lihat 5 Oktober kemarin, kita semua itu sudah membanggakan. Itu sudah baik kemampuan laut udara, darat juga sudah baik," katanya.

Produksi Alutsista Indonesia Harus Ditingkatkan Biar TNI Lebih Mandiri

Pada 10 November 2014, Ryamizard Ryacudu melakukan kunjungan ke PT Pindad. Ia mengapresiasi kinerja perusahaan pemroduksi alutsista Indonesia yang terus meningkat. “Saya melihat banyak kemajuan, sangat pesat. Tapi apa yang sudah dicapai, harus dilanjutkan,” ujarnya, seperti Blog Militer Indonesia kutip dari Okezone (10/11).

Menhan meminta produksi alutsista Indonesia terus digenjot untuk lebih memandirikan TNI.
Foto: Tri Ispantoro/Okezone.

Ryamizard berharap PT Pindad terus meningkatkan produksi guna menyokong visi-misi TNI lebih mandiri. Dalam pandangannya, tingkat kemandirian TNI belumlah mencapai angka 100 persen. “Untuk mencapai 100 persen, mungkin bisa satu sampai dua tahun ke depan, sekarang bertahap dulu,” jelasnya.

Karena itu, demi mendukung visi-misi itu, pihaknya berencana mengajukan penambahan anggaran pada Presiden Jokowi. “Pak Joko Widodo juga memperhatikan ketahanan, untuk pengajuan anggaran, nanti akan diajukan kalau memang diperlukan ada penambahan, kita harapkan bisa diberi,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Letjen Gatot Nurmantyo selaku Kastaf AD bahwa kemandirian TNI baru akan tercapai tiga tahun ke depan. Karena itu, ia juga berharap PT Pindad Untuk itu, Gatot sangat berharap agar PT Pindad sanggup bersaing dengan perusahaan pertahanan lainnya supaya dapat memenuhi kebutuhan alusita TNI.

Biar Alutsista Tak Ketinggalan, Militer Indonesia Akan Impor Senjata Tercanggih

Pada 5 November 2014, Jenderal TNI Moeldoko selaku Panglima TNI menyatakan takkan menutup kemungkinan bagi pihaknya untuk mengadakan impor senjata tercanggih. Tujuannya supaya teknologi persenjataan militer Indonesia tak ketinggalan negara lain.

Moeldoko memberi contoh bahwa pihak TNI telah berencana membeli pesawat tempur baru unttuk menggantikan F5 Tiger. Beberapa produsen pesawat, seperti Gripen, Sukhoi, dan F16, telah masuk daftar kandidat pengganti F5 Tiger. Pembelian ini dinilai perlu sebab TNI harus menjaga kualitas teknologi persenjataan dengan negara-negara lain. “Jika tidak, kami akan ketinggalan...” kata Moeldoko yang Blog Militer Indonesia kutip dari Republika (5/11) di pameran Indo Defence Expo 2014.

Jenderal TNI Moeldoko mengatakan bahwa militer Indonesia akan impor senjata tercanggih.

Walau demikian, Panglima TNI ini menegaskan bahwa TNI tetap akan memprioritaskan untuk membeli produk-produk buatan dalam negeri untuk melengkapi kebutuhan alutsista yang ada. Salah satunya adalah pembelian senjata tercanggih.

Ketentuan ini sesuai dengan aturan perundang-undangan tentang industri pertahanan, yaitu UU No. 16 tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut, TNI/Polri diwajibkan membeli senjata dari industri lokal. Bila teknologi lokal belum memadai, baru diizinkan mengimpor senjata dengan ketentuan transfer of tecnology (TOT).

''Produk-produk lokal itu bisa membackup kebutuhan alutsista. Sehingga kalau kami beli produk dari luar, terjadinya transfer teknologi. Nantinya industri pertahanan bisa memproduksi sendiri 100 persen,'' pungkasnya.

Modernisasi Alutsista TNI AL Prioritas!

Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) akan diprioritaskan untuk TNI AL. Hal itu sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah Kabinet Kerja yang berencana membangun tol laut. Presiden Jokowi telah meminta secara khusus kepada Menhan untuk memaksimalkan pengamanan seluruh alur perairan di kepulauan Indonesia.

Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa modernisasi alutsista TNI AL menjadi prioritas
Menhan Ryamizard Ryacudu - VOA.

Karena itulah, modernisasi alutsista TNI AL menjadi prioritas untuk sekarang ini. ''Kami akan lihat, tapi untuk sementara ke laut, karena Pak Jokowi kan konsepnya ke laut,'' ujar Ryamizard, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Republika (10/11).

Pada 2015, ada tujuh Kementerian Negara dan Lembaga yang akan memperoleh dana alokasi dari APBN besar – lebih dari 40 triliun Rupiah. Salah satunya adalah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), yang setidaknya akan mendapat gelontoran dana sebesar 95 triliun Rupiah.

Alokasi dana ini akan dipakai untuk melanjutkan pemenuhan kekuatan dasar yang diperlukan (Minimum Essential Forces/MEF), meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan melalui peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri, baik produksi alutsista maupun pemeliharaannya.

Prasetyo Hadi, Personel TNI AD Jadi Wasit Pertandingan Final ISL

Ada yang menarik dalam pertandingan final Indonesia Super League (ISL) 2014 antara Persib melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang. Apa itu? Salah seorang personel TNI AD, yakni Prasetyo Hadi, memimpin jalannya pertandingan.

Prasetyo Hadi, personel TNI AD yang juga berprofesi sebagai wasit ISL.

Ia ditahbiskan sebagai wasit terbaik asal Surabaya di LSI bulan Juni kemarin, yang kerap memimpin laga-laga penting. Diketahui pangkat Prasetyo Hadi di TNI Angkatan Darat, Kodam V/Brawijaya adalah Pelda (Pembantu Letnan Dua).

Kapal Perang Indonesia Siap Diekspor ke Filipina

Pada 6 November 2014, Turitan Indaryo, Kepala Project SSV, menyatakan kapal perang Indonesia siap diekspor ke Filipina. Membuktikan industri alat pertahanan dalam negeri makin maju serta diakui di kancah internasional.

"Kita ekspor ke Filipina 2 unit. Jenisnya kapal SSV (strategic sealift vessel). Ini kebanggaan karena ini pertama Indonesia mengekspor kapal perang," ujarnya di booth PT PAL dalam acara Indo Defence 2014 Expo & Forum di JIE Kemayoran, Jakpus.

Kapal yang sudah masuk dalam proses desain ini, menurut Turitan, merupakan pengembangan dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang berfungsi sebagai kapal pengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. Indonesia memiliki 4 kapal LPD, di mana 2 di antaranya diproduksi PT PAL.

Menurut Turitan, Filipina membeli 2 kapal SSV seharga sekitar hampir Rp 1 triliun. Kapal ini disebutnya sangat cocok digunakan di negara-negara kepulauan. Senjata yang akan disematkan pada kapal ini salah satunya adalah meriam kaliber 76 mm. "SSV bisa menampung 120 kru, dan 500 pasukan tentara. Start produksi Januari 2015, sekarang masih desain. Intinya PT PAL bisa bangun sesuai dengan harapan yang diminta. Faktanya kita bisa," kata Turitan.

Tak hanya siap mengekspor kapal perang, PT PAL juga tengah mempersiapkan membangun kapal selam sendiri. Kemenhan saat ini memang sedang membeli 3 kapal selam di mana 2 dibeli di Korea Selatan, dan 1 akan dibuat oleh PT PAL di Dermaga Ujung Surabaya, Jatim.

"Kita lagi transfer teknologi dan persiapan fasilitas. Ada 206 orang dari tim kita baik bagian produksi, teknisi dan manajemen yang dikirim ke Korsel untuk transfer teknologi," ungkap Humas PT PAL, Bayu Witjaksono di lokasi yang sama.

Menurut Bayu, setelah 2 kapal selam yang dibangun di Korsel selesai, PT PAL pun bisa segera membangun 1 kapal selam yang dimaksud. "Tahun depan kita bangun fasilitas pembuatan kapal selam, harapannya kapal kesatu dan kedua selesai, kapal ketiga langsung dibangun di sini. Yang paling crusial adalah kemandiran untuk buat alutsista sendiri," tutup Bayu.

Beli Pesawat Tempur, Onderdil Harus Buatan Indonesia

Pada 7 November, mengutip dari Antara, Budi Santoso selaku Dirut PTDI mengungkapkan jika militer Indonesia mau mengadakan pembelian pesawat tempur dari luar negeri, maka akan ada syarat khususnya. “Jika mau menjual pesawat ke Indonesia, maka jangan menjual unitnya saja,” ujarnya, di Jakarta, “Rakitnya juga harus di Indonesia juga.”

India merupakan negara Asia yang sanggup menekan pabrikan. Dengan demikian komponen serta perakitannya dilakukan oleh mereka sendiri. Seperti diketahui, negeri Taj Mahal berada itu pernah membeli 178 unit Dassault Rafale dari perusahaan Dassault Aviation asal Perancis. Mereka bahkan cuma mengimpor 28 pesawat utuh dan sisanya dirakit di India. Namun di balik itu, tradisi manufaktur produk teknologi tinggi dan tradisi kedirgantaraan India sudah berjalan lama secara berkesinambungan dan diakui dunia. India juga memiliki pabrikan-pabrikan pesawat terbang dan komponen pesawat terbang di negaranya.

Menurut Santoso, dengan proses perakitan di Indonesia maka peluang mempelajari teknologi pesawat dapat dilakukan secara baik, sehingga mampu mematangkan kemandirian pertahanan Indonesia. Juga untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan pesawat tempur itu. "Pokoknya buat pabrik perakitannya di Indonesia, di manapun silahkan. Tidak harus di PT DI," kata Santoso, menjelaskan.

DIrut PTDI syaratkan milter Indonesia jika mau beli pesawat tempur harus pakai onderdil buatan dalam negeri.

Indonesia tengah menentukan calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU, yang telah hadir sejak dasawarsa '80-an. Sejauh ini, tiga besar calon pengganti telah masuk daftar untuk di-"peras" lagi menjadi hanya satu kandidat. Ketiga pesawat tempur itu adalah Sukhoi Su-35 Flanker (Rusia/Rosoboronexport), JAS-39 Gripen (SAAB/Swedia), dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon (General Dynamics/Amerika Serikat).

Sebelumnya, McDonnel-Douglas F-18 Hornet (Amerika Serikat) dan Dassault Rafale (Dassault Aviation/Prancis) juga masuk dalam daftar awal itu. Belakangan, Eurofighter Typhoon dari konsorsium Eurofighter (Jerman, Italia, Inggris, dan Spanyol), mencoba peruntungan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu. Tim pemasaran dan teknis didatangkan secara khusus ke Jakarta sebagai bagian Eurofighter dalam kesertaannya di Indo Defence 2014.

Alutsista Indonesia Tidak Kalah dengan Negara Tertangga

Pada 5 November 2014, Ryamizard Ryacudu yang menjabat sebagai Menhan menyatakan bahwa alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki militer Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga. Hanya saja, perlu dimodernisasi untuk menggantinya dari lama ke baru.

"Sudah ada semua sekarang alutsista Indonesia tidak kalah juga dengan negara tetangga," kata Ryamizard di JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Viva (5/11).

Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa alutsista Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga.

Salah satu buktinya, Ryamizard mengungkapkan bahwa sepekan terakhir ini personel TNI berhasil menangkap lima kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia secara ilegal. "Itu kan ada yang nyelonong, ada yang tidak sengaja kan gitu. Mudah-mudahan tidak ada lagi lah. Tapi bagus lah sudah ketangkep," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, seminggu ini, KRI TNI AL berhasil menangkap lima kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia. Lima di antaranya adalah KM Sudita 11, KM Cahaya Baru, dan tiga buah kapal asing yang diawaki warga negara Vietnam (KG 90433 TS. ATS 006, KG 94366 TS. ATS 005, dan KG 94266 TS. ATS 012) yang melanggar di perairan Indonesia.

Kelima kapal yang tertangkap melakukan pelanggaran wilayah perairan Indonesia, yang melakukan pelanggaran dan tidak dilengkapi dokumen sah tersebut, selanjutnya dikawal menuju PangkalanTNI AL terdekat guna proses pemeriksaan lebih lanjut.

Lima Orang Lebih Pemasok Amunisi dan Senjata Api di Papua Dicokok Polisi

Pada 2 November 2014, Kepolisian Daerah Papua berhasil mencokok lima orang lebih yang ditengarai pemasok amunisi dan senjata api di Jl. Raya Rendani, Manokwari, Papua Barat. Saat melakukan penangkapan di rumah A, polisi juga berhasil menggagalkan penjualan 180 butir amunisi serta senjata rakitan mirip revolver.

Lima orang yang diduga merupakan gerombolan pemasok amunisi dan senjata di Manokwari ini antara lain: SD (26) asal Ternate (pekerjaan tukang ojek), SS (37) (pekerjaan tukang batu), SH alias A (45) (pekerjaan tukang bangunan), LT alias L (34), dan HL (19) Mahasiswa Unipa.

Irjen Pol Yotje Mende selaku Kapolda Papua membenarkan penangkapan ini. Karena itu, pihaknya masih terus bekerja mengembangkan kasusnya. "Benar. Tapi kami belum bisa memberikan keterangan lanjutan. Tunggu pengembangannya ya," jelas Yotje di Mapolda Papua, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Liputan6 Minggu (2/11/2014).

Barang bukti yang berhasil disita dalam penggerebekan ini adalah sepucuk senjata rakitan, 180 butir amunisi kaliber 5,56 mm 5 TJ, sepucuk senjata rakitan berbentuk revolver, satu buah amunisi kaliber 38 spesial, 5 buah telepon seluler, uang tunai sebesar Rp 21 juta – diduga hasil penjualan senpi rakitan milik L –; dan uang tunai sebesar Rp 950.000 untuk upah penjualan senpi milik S.

Sementara itu, dalam pengembangan kasus tersebut, polisi juga mencokok A (34) warga Jalan Trikora Andai, Manokwari Selatan. Karena, diketahui memiliki dan menyimpan senpi yang tidak dilengkapi dengan dokumen. "A diduga membeli senjata dari komplotan ini seharga Rp 3 juta," kata salah satu penyidik di Polres Manokwari.

Tiga Pesawat Tempur Indonesia, Hawk 100/200, Ikut Latihan Maverick di SumUt

Pada 31 Oktober 2014, pesawat tempur Indonesia dari jenis Hawk 100/200 – terbagi dalam tiga Flight (Panther Flight, Macan Flight dan Hawk Flight) – telah berangkat ke Lanud Soewondo, Medan. Keberangkatan ini berada di bawah pimpinan Danskadron Udara 12, Letkol Pnb Jajang Setiawan dan dilepas Danlanud Rsn, Kolonel Pnb M. Khairil Lubis di Shelter Skadron Udara 12, Lanud Rsn.

Tujuan keberangkatan mereka adalah untuk melangsungkan kegiatan latihan Maverick seminggu penuh di kawasan darat serta perairan Sumatera Utara. Latihan Maverick yang bakal dilakukan adalah latihan menembak rudal dari udara, di mana sasarannya berada di darat dan laut, memakai rudal Maverick.

Tiga pesawat tempur Indonesia dari jenis Hawk 100/200 terbang ke Sumatera Utara untuk ikut latihan Maverick.
Pesawat Hawk 100/200 TNI AU - Antarasumbar.

Tentunya ini bertujuan meningkatkan kemampuan para penerbang. Namun, bukan hanya itu saja. Latihan yang memakai Smart Bombing ini punya tujuan juga untuk mencapai Currancy dalam melaksanakan penembakan menggunakan Rudal Maverick atau Air Guided Misille (AGM/TGM) 65. Pada saat merilis Rudal tersebut para penerbang menggunakan parameter yang ada di radar pesawat dan Multi Purpose Display (MPD).

Latihan ini merupakan latihan rutin Skadron Udara 12 yang dilaksanakan secara periodik. Sementara itu sejumlah personel pendukung dan peralatan yang digunakan selama latihan di Medan diangkut menggunakan pesawat Hercules C-130.

Kemenhan Gelar Pameran Alutsista di “Indo Defence 2014 Expo”

Pada 31 Oktober kemarin, Timbul Siahaan selaku Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa Kemenhan akan mengadakan pameran alutsista yang bertajuk: “Indo Defence 2014 Expo” di JIE (Jakarta International Expo). Dalam gelaran yang akan diadakan tanggal 5-8 November ini, akan dipamerkan produk persenjataan dari 700 perusahaan peralatan pertahanan 56 negara.

"Event ini diharapkan mampu mendorong kerjasama dengan negara lain untuk pemenuhan kebutuhan alat utama sistem senjata TNI," katanya seperti Militer Indonesia kutip dari Tempo.

 Kemenhan akan adakan pameran alutsista "Indo Defence 2014 Expo" di JIE tanggal 5-8 November.

Nantinya, Presiden Jokowi didampingi Menhan Ryamizard Ryacudu akan membuka event dua tahun yang biasa digelar Kemenhan. Tahun 2014 ini merupakan tahun keenam penyelenggaraan. Beberapa perusahaan asing terkemuka pembuat persenjataan yang akan ikut memamerkan produknya, antara lain: General Dynamics, Sukhoi Aviation, dan Beretta Defence Technologies. Sementara, perusahaan dalam negeri – baik milik pemerintah maupun swasta – yang akan mengikuti pameran ini, antara lain: PT Pindad, PT LEN, PT Industri Kapal Indonesia, dll.

Timbul menegaskan jika produk yang dipamerkan oleh produsen dalam dan luar negeri merupakan produk unggulan.

Mati Tertembus Penembak Jitu Belanda, Nama Soeroso Diabadikan Nama Jalan di Cianjur

Jalan Suroso merupakan kawasan super macet di Cianjur pada jam-jam sibuk. Maklumlah, di jalan ini terdapat Pasar Induk yang menjadi tempat beraktivitas utama sehari-hari masyarakat di sana. Hal ini diperparah dengan jejeran angkutan kota, sado, becak, hingga ojek yang ngetem di Pasar Induk. Selain itu, tidak adanya petugas kepolisian yang melancarkan lalu lintas juga menambah buruk lalu lintas di jalan ini.

Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan dalam kisah sejarah lokal. Bagi mahasiswa jurusan sejarah, tentu tahu apa yang saya maksud dengan sejarah lokal ini. Sejarah lokal adalah sejarah Indonesia yang tidak masuk dalam tabulasi periodisasi sejarah nasional, karena sifat kedaerahannya – kurang lebih begitulah maksudnya. Dalam kesempatan kali ini, saya ingin bercerita tentang sejarah kenapa jalan ini bisa dinamai Jalan Suroso ini?

Soeroso, pahlawan Indonesia, yang ditembak penembak jitu Belanda dijadikan nama jalan di Cianjur.
Foto diambil dari Garudamiliter.

Ada yang tahu? Jadi sekira 68 tahun silam, di salah satu sudut jalan ini, seorang Indonesia mati ditembak oleh penembak jitu serdadu Belanda. Nama Indonesian ini adalah Soeroso (ejaan sekarang Suroso). Siapa Soeroso ini?

Soeroso merupakan pengikut setia Tan Malaka. Loyalitas ini membuatnya diangkat sebagai pemimpin Lasykar Barisan Banteng kawasan Cianjur, terlebih pemimpin sebelumnya Mochamad Ali (juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Cianjur) meninggal mendadak. Masa kepemimpinannya, ia menggerakkan Lasykar Barisan Banteng dengan lebih radikal dan militan. Ini dibuktikan dengan makin kerapnya markas militer Belanda di kawasan Joglo (kini Toserba Slamet, Markas PM, dan Kodim 0608) dijadikan bulan-bulanan hampir tiap malam.

Belanda mengambil langkah antisipasi supaya keadaan tidak makin kacau dengan menjebak pria yang dijuluki Jawara Barba Cianjur ini. Skenario yang dibuat adalah mengundang Soeroso ke wilayah Satoe Doeit oleh seorang Indonesia pengkhianat yang diduga antek NICA. Di tengah-tengah makan siangnya, tempat pertemuan ini digerebek satu peleton tentara NICA. Tidak berbasa-basi, Soeroso melawan untuk meloloskan diri dari kepungan militer Belanda.

Dia berhasil kabur sampai di pertigaan Ampera (kini deipan persis Pasar Induk dan Studio Radio Sturada), ketika seorang penembak jitu Belanda tengah mengekernya dari balik teleskop senjata snipernya. Dan dorr... Soeroso terjengkang ke tanah. Mati seketika ia! Teman-temannya langsung mengamankan jasad pria kelahiran Jawa Tengah itu untuk dimakamkan di Panembong.

Artikel Militer Indonesia ini ditulis ulang dari artikel Garuda Militer.