Dua Kapal Perang RI Diikutkan Latihan Bersama RSN

Dua Kapal Perang RI Diikutkan Latihan Bersama RSN

Pada tanggal 21 Februari 2016, dua kapal perang RI dari jajaran KOARMATIM (Komando Armada RI Kawasan Timur) berangkat dari dermaga Koarmartim Surabaya ke Singapura. Kedua kapal itu diikutkan latihan bersama RSN (Republic Singapore Navy) dengan tema “ Exercise Eagle Indopura 2016 Maritime Security Cooperation to Strengthen Friendship”.

Latihan yang digelar tanggal 21 Februari s/d 6 Maret 2016 ini sekaligus menandai 40 tahun kerjasama Indonesia-Singapura.

Dua kapal perang TNI Angkatan Laut yang diikutsertakan adalah KRI Sultan Hasanudin (SHN)-366 dan KRI Sultan Iskandar Muda-367 (SIM). (Blog Militer Indonesia)

Sumber berita + foto via Republika.

Kapal Perang Indonesia Siap Diekspor ke Filipina

Pada 6 November 2014, Turitan Indaryo, Kepala Project SSV, menyatakan kapal perang Indonesia siap diekspor ke Filipina. Membuktikan industri alat pertahanan dalam negeri makin maju serta diakui di kancah internasional.

"Kita ekspor ke Filipina 2 unit. Jenisnya kapal SSV (strategic sealift vessel). Ini kebanggaan karena ini pertama Indonesia mengekspor kapal perang," ujarnya di booth PT PAL dalam acara Indo Defence 2014 Expo & Forum di JIE Kemayoran, Jakpus.

Kapal yang sudah masuk dalam proses desain ini, menurut Turitan, merupakan pengembangan dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang berfungsi sebagai kapal pengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. Indonesia memiliki 4 kapal LPD, di mana 2 di antaranya diproduksi PT PAL.

Menurut Turitan, Filipina membeli 2 kapal SSV seharga sekitar hampir Rp 1 triliun. Kapal ini disebutnya sangat cocok digunakan di negara-negara kepulauan. Senjata yang akan disematkan pada kapal ini salah satunya adalah meriam kaliber 76 mm. "SSV bisa menampung 120 kru, dan 500 pasukan tentara. Start produksi Januari 2015, sekarang masih desain. Intinya PT PAL bisa bangun sesuai dengan harapan yang diminta. Faktanya kita bisa," kata Turitan.

Tak hanya siap mengekspor kapal perang, PT PAL juga tengah mempersiapkan membangun kapal selam sendiri. Kemenhan saat ini memang sedang membeli 3 kapal selam di mana 2 dibeli di Korea Selatan, dan 1 akan dibuat oleh PT PAL di Dermaga Ujung Surabaya, Jatim.

"Kita lagi transfer teknologi dan persiapan fasilitas. Ada 206 orang dari tim kita baik bagian produksi, teknisi dan manajemen yang dikirim ke Korsel untuk transfer teknologi," ungkap Humas PT PAL, Bayu Witjaksono di lokasi yang sama.

Menurut Bayu, setelah 2 kapal selam yang dibangun di Korsel selesai, PT PAL pun bisa segera membangun 1 kapal selam yang dimaksud. "Tahun depan kita bangun fasilitas pembuatan kapal selam, harapannya kapal kesatu dan kedua selesai, kapal ketiga langsung dibangun di sini. Yang paling crusial adalah kemandiran untuk buat alutsista sendiri," tutup Bayu.

Kapal Tempur Indonesia Dewa Ruci Merapat ke Pelabuhan Benoa

Pada 2 Juni 2014, para personel TNI Angkatan Laut beserta para Pramuka sambut kedatangan kapal tempur Indonesia bernama Dewa Ruci di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali.

Kapal Tempur Indonesia Dewa Ruci Merapat ke Pelabuhan Benoa
Kapal Tempur Indonesia Dewa Ruci Merapat ke Pelabuhan Benoa

Mengutip Republika, kedatangan kapal yang namanya diambil dari salah satu suluk pewayangan ini adalah untuk menurunkan 70 kadet AAL (Akademi Angkatan Laut). Bali menjadi tempat akhir perjalanan mereka dari misi Kartika Jala Krida 2014 usai menyambangi beberapa negara, seperti Cina, Korea, Jepang, serta daerah di Indonesia.

Kapal Tempur Indonesia Dewa Ruci Merapat ke Pelabuhan Benoa

Tak cuma personel TNI AL dan Pramuka saja yang menyambut kedatangan KRI Dewa Ruci. Para seniman juga ikut meramaikan kedatangannya.

KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 Latihan Passage Exercise (Passex) Bersama Kapal Perang Jepang

Pada 7 Mei, telah diberitakan latihan Passex dengan durasi 3 jam dengan lancar dan aman. Latihan Passex ini diikuti oleh dua kapal, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaefuddin dengan Komandan Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., dengan kapal perang Jepang Japan Maritime Self Defense Forces (JMSDF), JDS Sazanami (DD-113), dan JDS Samidare (DD-106), di perairan Laut Jawa.


Latihan Passex bersama kapal perang Jepang dilakukan saat KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 berangkat dalam rangka melakukan Operasi Rakata Jaya. Pelaksanaan Passex dilakukan materi latihan: Comms Check, Flaghoist, Photo Exercise (Photex), Tactical Manouvering (Manuvra taktis), SAU Procedure (Prosedur pencarian dan penghancuran kontak kapal selam), Semaphore, dan Sailing Pass.

Kedua kapal perang Jepang yang melakukan Passex itu adalah kapal perang jenis Destroyer Guided Missile (Perusak Kawal Rudal) yang dikomandani Commander Yasuhiro Hayashi dan Commander Takashi Saito. Kapal perang adalah merupakan salah satu unsur CTF-151 yang telah selesai penugasannya dalam Gugus Tugas Angkatan Laut Internasional, sebagai respons atas berbagai tindakan pembajakan atas pelayaran kapal-kapal di sepanjang garis pantai Somalia dan sekitar perairan Teluk Aden.[TNI]

Lima Kapal Perang Indonesia Dikerahkan untuk Mencari MH370

Pada 9 Maret 2014, lima kapal perang Indonesia ditambah satu helikopter telah dikerahkan untuk membantu mencari pesawat terbang Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370. Hal ini disampaikan oleh Laksamana TNI Marsetio selaku Kasaf TNI AL di Jakarta. "Tadi saya berkomunikasi dengan Panglima Tentera Laut Diraja Malaysia, Laksamana Tan Sri Abdul Aziz. Intinya, mereka meminta kami membantu mencari pesawat terbang Malaysia Airlines yang dinyatakan hilang kontak itu," kata Marsetio, yang dikutip Antara.

Lima Kapal Perang Indonesia Dikerahkan untuk Mencari MH370

Lima kapal perang yang ditugaskan tersebut tergabung dalam Komando Armada Indonesia Kawasan Barat Indonesia TNI AL. Dan wilayah operasi pencariannya ada di wilayah perairan Indonesia di Selat Malaka. "Kami kerahkan kekuatan militer yang kita miliki agar misi pencarian ini segera menunjukkan hasil. Kami senantiasa berkoordinasi dan saling membagi informasi dengan rekan-rekan internasional kami dalam misi pencarian ini," kata Marsetio.

Informasi menyebutkan, radar Tentera Udara Diraja Malaysia dikabarkan "menangkap" pantulan gelombang radar satu wahana udara di sekitar ruang udara Penang, Semenanjung Malaka. MH370 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing pada pukul 00.41 waktu setempat, Sabtu (8/3). Seharusnya, dia mendarat di Beijing pada 06.40 waktu setempat pada hari sama dalam penerbangan tanpa henti itu.

Akan tetapi, radar Pengendali Ruang Udara Subang, Malaysia, kehilangan kontak - baik di layar monitor radar ataupun suara - dengan MH370 pada pukul 02.41 waktu setempat. Di dalam MH370 yang memakai Boeing B-777-200ER itu terdapat tujuh warganegara Indonesia; semula dikabarkan ada 12.

Menlu RI Tidak Mau Menanggapi Pelarangan Kapal Perang KRI Usman Harun di Singapura

Dalam pemberitaan sebelumnya dikabarkan jika Ng Eng Hen, Menteri Pertahanan Singapura, menegaskan jika pihaknya tetap tidak menyetujui penamaan kapal perang Indonesia dengan nama KRI Usman Harun. Karena itu, pihaknya menyatakan akan melarang kapal tersebut untuk masuk wilayah perairannya, terlebih merapat ke pelabuhan dan pangkalan AL-nya (baca beritanya: "Singapura Larang KRI Usman Harun").

Melansir dari Detik, di tempat lain, pada 18 Februari 2014, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa tidak mau menanggapi pernyataan Ng Eng Hen tersebut dan tak mau memperuncing hubungan kedua negara. "Sudahlah, saya tidak ada tanggapan apa-apa. Masalahnya sudah di belakang kita," demikian Marty menyatakan di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.

Menlu RI Tidak Mau Menanggapi Pelarangan Kapal Perang KRI Usman Harun di Singapura

Marty menilai dalam hal ini terdapat perbedaan pandangan antara Indonesia dan Singapura. Bahkan, dia sendiri sudah menegaskan kepada Singapura jika tak ada niatan buruk di balik penamaan kapal perang ini. "Bagi Indonesia, masalahnya sudah di belakang kita, jadi bagi Indonesia penamaan kapal ini tidak masalah. Tapi, bagi Singapura kan masih. Ya sudah, kita memang beda pandangan," kata Marty.

Lebih lanjut, Marty menambahkan agar semua pihak menerima kenyataan bahwa kali ini terjadi perbedaan pendapat kedua negara berbeda pandangan. Namun, ia tak mau hal ini membuat hubungan Indonesia-Singapura makin memanas. "Indonesia dan Singapura kan negara tetangga, sesama anggota ASEAN. Kepentingannya selaras. Kebetulan kali ini ada perbedaan pandangan. Kenapa kita tidak menerima saja kalau memang ada perbedaan pandangan. Bukan berarti kita sekarang harus ada suatu proses, ada tingkatan perseturuan yang makin meruncing. Kan tidak perlu," pungkas Marty.

Ng Eng Hen: Singapura Takkan Mengizinkan Kapal Perang KRI Usman Harun Melintasi Wilayah Lautnya

Ketegangan Indonesia-Singapura terkait penamaan KRI Usman-Harun belumlah selesai. Pada 18 Februari 2014, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan bahwa kapal perang Usman Harun dilarang memasuki pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan AL Singapura.

Ng Eng Hen: Singapura Takkan Mengizinkan Kapal Perang KRI Usman Harun Melintasi Wilayah Lautnya
Ng Eng Hen | Straitstimes

"Singapura tak akan mengizinkan kapal tempur bernama Usman Harun ini untuk meminta masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan Angkatan Laut," kata Ng saat berpidato di depan parlemen Singapura, yang dikutip kantor berita AFP, yang dikutip Detik.

Lebih lanjut Ng menyatakan bahwa militer Singapura (SAF) takkan sudi melakukan latihan bersama kapal militer Indonesia tersebut. "Mustahil bagi SAF (Singapore Armed Forces) sebagai pelindung negara ini untuk berlayar berdampingan atau melakukan latihan bersama kapal ini."

Ng juga menyatakan dalam pidatonya yang emosional itu bahwa Kemenhan Singapura dan SAF kecewa atas penamaan kapal perang Indonesia dengan nama Usman-Harun. Walaupun hal itu tidak bertujuan buruk, tapi nama tersebut takkan bisa membangun hubungan baik kedua negara. Pejabat tinggi Singapura itu menegaskan bahwa keberadaan KRI Usman Harun akan mengingatkan Singapura atas agresi militer dan kejahatan yang dilakukan dua marinir Indonesia itu.

Australia Membantah Kapal Perang Miliknya Sengaja Masuk Perairan Indonesia

Pada 14 Februari 2014, Guardian mempublikasikan laporan TNI AL terkait pelanggaran wilayah Indonesia yang dilakukan secara sengaja oleh kapal perang Australia. Laporan ini ditandatangani oleh seorang petinggi AL yang namanya tidak disebutkan oleh Guardian. Laporan ini bersifat resmi setelah pencari suaka tiba di Pulau Rote dalam keadaan hidup pasca didepak pemerintah Australia tanggal 6 Januari 2014.

Dilansir Okezone, laporan ini dibantah oleh Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison. Karena itu, dia akan mengeluarkan laporan resmi terkait pelanggaran kedaulatan wilayah Indonesia tersebut.

Australia Membantah Kapal Perang Miliknya Sengaja Masuk Perairan Indonesia

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut tersebut, disebutkan bahwa tiga kapal perang negeri Kangguru telah memasuki perairan Indonesia dengan sengaja. Bahkan, kapal-kapal tersebut masuk dengan mudah tanpa terpantau radar militer Indonesia. Disebutkan pula jika pelanggaran yang dilakukan Australia makin kerap terjadi.

Morrison mengklaim tahu dengan pasti jika kapal perang Australia memasuki perairan Indonesia. "Tentunya, saya mengetahui berapa kali kapal perang Australia memasuki wilayah Indonesia. Saya tahu, karena saya tahu faktanya," ungkap Morrison seperti dilansir ABC Australia.

Namun, Morrison membantah jika semua itu dilakukan dengan sengaja. "Semua itu salah. (Pelanggaran wilayah Indonesia) itu tidak disengaja. Penyelidikan komprehensif tentang hal ini sudah dilakukan dan laporannya akan dikeluarkan," tegas Morrison.

Panglima TNI: Penamaan Pahlawan Nasional - Usman dan Harun - untuk Kapal Perang TNI Takkan Diubah!

Pada 10 Februari 2014, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan takkan mengubah nama KRI Usman Harun sebagaimana protes yang dilayangkan Singapura terkait nama kapal ini. "Tetap, nggak ada yang berubah," tutur Moeldoko di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta.

Beliau menjelaskan bila penamaan nama "Usman Harun" untuk kapal perang Indonesia sudah sesuai prosedur. Melansir dari Kompas (10/2/14), pemilihan nama kapal TNI AL ini diambil dari nama-nama para tokoh atau pejuang yang berjasa bagi Indonesia. Dengan kata lain pahlawan nasional Indonesia.

Panglima TNI: Penamaan Pahlawan Nasional - Usman dan Harun - untuk Kapal Perang TNI Takkan Diubah!
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko | Kompas.

Dalam pandangannya, apa yang dijadikan soal oleh Singapura ini sudah lama selesai. Pada 1973, PM Singapura Lee Kuan Yew pernah menaburkan bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan. "Pemberian nama ini sudah lama, bukan kemarin-kemarin. Sebenarnya hubungan psikologis ini sudah dianggap selesai," tuturnya.

Singapura memprotes penamaan Usman dan Harun untuk KRI terkait kejadian tahun 1965. Ceritanya, dua orang Indonesia ini - Usman Haji Muhammad Ali dan Harus Said - pernah membom Singapura pada Maret 1965. Serangan ini salah satu bagian dari upaya yang dilakukan Presiden Sukarno dalam melawan federasi yang baru terbentuk di Malaysia, mencakup Singapura. Singapura memisahkan diri dari Malaysia tanggal 9 Agustus 1965. Kedua orang ini akhirnya dihukum mati di negara tersebut. Nah, untuk mengenang peristiwa yang dianggap heroik oleh bangsa Indonesia ini maka diputuskanlah untuk dikasihkan ke kapal perang.

Sementara itu, Djoko Suyanto selaku Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan mengatakan Indonesia punya otoritas dan pertimbangan matang untuk menghormati para pahlawannya. Hal ini termasuk juga mengabadikan nama kedua pahlawan nasional tersebut untuk kapal perang TNI. Tidak boleh ada satu negara pun mengintervensinya, termasuk Singapura.

Wakasal TNI AL Tinjau Pembuatan Kapal Tempur di Lampung

Pada 5 Februari 2014, Wakasal TNI AL Laksda Hari Bowo didampingi jajarannya mengunjungi Lampung untuk melihat progress pembuatan kapal tempur yang tengah dikerjakan PT Daya Radar Utama. "Kami sekarang sedang melengkapi semua (alutsista terbaru) dalam rangka membangun kekuatan militer AL," jelas Hari di Balai Keratun, Pemprov Lampung.

Wakasal TNI AL Tinjau Pembuatan Kapal Tempur di Lampung

Sebagaimana mengutip Tribunnews, dalam membangun kekuatan militernya, Hari menjelaskan jika kesatuan TNI AL memiliki tiga target: jangka pendek, menengah, dan panjang. Hari pun menjelaskan jika pihak Angkatan Laut sedang membuat beberapa kapal tempur di dalam dan di luar negeri.

Kapal perang tersebut, yang dibuat di Lampung itu, nantinya diperuntukkan untuk mengangkut angkutan perang yang dipunyai TNI AD. "Kegunaannya kapal untuk angkut tank. Sekarang kan Angkatan Darat beli MBT (Main Battle Tank). Nah, kapal ini yang akan mengakutnya," jelas Hari.

Dua Kapal Perang Merapat di Pelabuhan Pulau Baai

Pada 3 Januari 2014, pukul 8.30 WIB, dua kapal perang Indonesia - KRI Todak dan KRI Lemadang - merapat di Pelabuhan P. Baai, Bengkulu. Kedatangan dua kapal ini bertujuan untuk menyambut sekaligus mengamankan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Bengkulu tanggal 8 Februari besok.

Dua Kapal Perang Merapat di Pelabuhan Pulau Baai

"Dua kapal ini berada dalam gugus tugas armada barat, kali ini memang mendapatkan tugas pengamanan kunjungan Presiden ke Bengkulu," tukas Letkol Laut (P) Gadafi, yang mengomandani kapal laut Todak, seperti dilansir Tribunnews.

KRI Todak dikomandani oleh Letkol Laut (P) Gadafi dan KRI Lemadang dikomandani oleh

KRI Bung Tomo 357, Mendongkrak Kekuatan Militer TNI AL

Pada 29 Januari 2014, tim TNI AL dikirim ke Jerman untuk menjemput KRI Bung Tomo 357 dari jenis korvet kembali ke Indonesia. Saat ini, kapal perang Indonesia tersebut sedang diretrofit (diperbaiki) di galangan kapal Lusern.

Dikutip dari Koran-Sindo, sebelumnya KRI Bung Tomo 357 merupakan korvet kepunyaan Brunei Darussalam, KDM Nakhoda Ragam Class, yang dijual kepada militer Indonesia dengan harga sangat murah, USD 300 juta untuk tiga kapal sejenis (tidak termasuk bea retrofit). Sementara, dua kapal lainnya, KDB Bendahara Sakam dan KDB Jerambak akan menyusul selanjutnya. Dan direncanakan nantinya kedua kapal tersebut juga akan dinamai dari pahlawan nasional Indonesia, yaitu KRI Usman Harun dan KRI John Lie.

kri-bung-tomo-357-mendongkrak-kekuatan
Gambar kapal militer Indonesia.

Ditilik dari kelayakan, pihak militer Indonesia memandang kapal tersebut masih sangat layak untuk digunakan. Bahkan, sistem persenjataan dan komunikasinya lebih canggih dibandingkan korvet sigma yang dibeli dari Belanda. Yap, KRI Bung Tomo memang dibekali sistem senjata Oto Melara, VLS Mica, Exo Block II, dan torpedo Stinger.

Kedatangan kapal perang tersebut, tentu saja akan mendongkrak moral para prajurit. Sehingga, secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan militer Indonesia juga. Dan... kekuatan korvet ragam class yang sebanding dengan kelas sigma, van speijk, kcr, kapal selam, dan kapal untuk perang lainnya, tentu akan memperkuat daya tawar Indonesia di lautan di kancah internasional.

KASAL Meninjau Pembangunan Kapal Perang BCM

Pada 28 Januari 2014, KASAL (Kepala Staf Angkatan Laut) Laksamana TNI Dr. Marsetio meninjau pembangunan kapal perang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut jenis BCM (Bantu Cair Minyak) di galangan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, Pondok Dayung, Jakarta Utara. Dalam melakukan peninjauan, KASAL didampingi oleh Dirut PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, Riry Syeried Jetta.

Kapal BCM yang sedang dikerjakan PT Dok dan Perkapalan memiliki spesifikasi panjang 122,4 m, panjang garis tegak 113, 90 m, lebar 16,50 m, dan tinggi 9 m. Sementara dari sisi performa kapal ini mempunyai kecepatan 18 knots (maksimal), daya jelajah sampai 7.680 nm, dan kapasitas muatan cair 5.500 m kubik. Mesinnya sendiri dilengkapi tenaga penggerak utama dengan jumlah dua berdaya 6.114 PS dengan sistem propulsi twin screw dan fixed pitch propeller. Dan berat bajanya 2.400 ton.

KASAL Meninjau Pembangunan Kapal Perang BCM
Photo: tnial.mil.id.

PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari merupakan salah satu industri yang cukup strategis kepunyaan Indonesia. Di mana, perusahaan ini telah memperoleh berbagai kepercayaan untuk membuat berbagai kapal perang TNI AL.

Mengutip dari laman TNIAL.mil.id, dalam peninjauan ini, KASAL juga didampingi oleh Wakasal Laksamana Madya TNI Hari Bowo, M.Sc., Asrena Kasal Laksamana Muda Ade Supandi, S.E., Asops Kasal Didit Herdiawan, M.P.A.,M.B.A., Aslog Kasal Laksda TNI Suyitno, S.pi., M.M., Kadisadal Laksma TNI Agus Setiadji, Kadismatal Laksma TNI Ir. Bambang Naryono, M.M., Kadiskomlekal Laksma TNI Fedhy E. Wiyana. Kadissenlekal Laksma TNI Bambang Sugeng, S.E., dan Kadispenal Laksma TNI Untung Suropati.

Pembangunan Dermaga Kapal Perang TNI AL Tunggu Izin Pertamina

Pada 3 Januari 2014, Pasintel Lanal Balikpapan Mayor Laut Robinson Hendrik Atwiyori menyatakan awal Desember 2013 pihaknya telah merampungkan survei di areal yang ditunjuk untuk menjadi lokasi pembangunan dermaga kapal perang Indonesia.

Pembangunan Dermaga Kapal Perang TNI AL Tunggu Izin Pertamina
Ilustrasi dermaga TNI AL | Antara.

Melansir Tribun Kaltim, berdasarkan hasil survei yang dilakukan markas besar TNI AL, kontur lahan dan perairan di sana cocok dengan kebutuhan. Namun, meski sudah mengantongi izin dari pemkot dan DPRD Kota Balikpapan, pembangunan dermaga kapal perang belum bisa dilakukan. Karena, masih menunggu izin dari Pertamina yang masih mengantongi kepemilikan tanah tersebut.

Robinson mengatakan, "Rencana lokasi kita sudah survei di sebelah pondok kelapo itu. Kita belum tahu arealnya yang diizinkan dengan Pertamina."