[Kisah Nyata] Serangan Udara Jepang yang Mengawali Taktik "Kamikaze"

Menurut istilahnya, "Kamikaze" berasal dari nama angin topan yang disebut-sebut dalam cerita legenda telah menyelamatkan Jepang dari invasi Mongol tahun 1281. Namun, sejak Perang Dunia II, istilah ini makin meluas penggunaannya untuk makna serangan bunuh diri. Nah, tahukah kisah nyata dibalik penyebutan "kamikaze" ini? Berikut ini merupakan sejarah Perang Dunia II dari kamikaze.

***

Saat tentara AS di bawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur melancarkan serangan balasan terhadap tentara Jepang, yang memakai "taktik lompatan katak" (frog jumping), prioritas utama adalah merebut Filipina. Tanpa diduga rencana serbuan balasan itu ternyata menginspirasi Jepang untuk membentuk pilot-pilot berani mati, "Kamikaze".

[Kisah Nyata] Serangan Udara Jepang yang Mengawali Taktik "Kamikaze"

Sebelum jatuh ke tangan Jepang pada bulan November 1941, McArthur dan pasukannya bermarkas di Filipina. Tapi begitu Filipina jatuh ke tangan pasukan Jepang, McArthur yang merasa sangat terpukul kemudian melarikan diri ke Australia untuk menyusun pasukan guna melancarkan serangan balasan. Setelah semua kekuatan tempur tersedia, McArthur pun siap mengambil alih lagi Filipina dari tangan pasukan Jepang sekaligus memenuhi janjinya yang tersohor sebelum meninggalkan Philipina, I shall return (Saya akan kembali).

Untuk menyerbu Filipina, pasukan McArthur harus terlebih dahulu melumpuhkan kekuatan tempur pasukan Jepang yang berpangkalan di Biak, Papua. Sebagai pangkalan militer Jepang untuk mempertahankan kawasan Asia Pasifik, kekuatan tempur Jepang di Biak terdiri dari sejumlah kapal perang, pesawat-pesawat tempur di tiga airstrip, dan lebih dari 11.000 personel pasukan yang terwadahi dalam satuan 2nd Area Army dan 7th Air Division. Pasukan Jepang di Papua berada di bawah komando Southern Area Army, Jenderal Juichi Terauchi, yang bermarkas di Jeffman, Sorong. Sebagai pasukan tempur yang bertarung demi membela kehormatan Kaisar Jepang, seluruh pasukan Jepang diperintahkan bertempur hingga mati.

Bombardemen

Kekuatan tempur Jepang di Biak perlu dilumpuhkan dan dikuasai terlebih dahulu oleh pasukan Sekutu, karena sebagai pulau yang paling terdekat dengan Filipina, pesawat-pesawat tempur Jepang yang berpangkalan di Biak akan menjadi ancaman serius. Selain itu, jika pangkalan Biak dapat dikuasai Sekutu , pangkalan militer yang berhasil direbut bisa digunakan untuk mendukung serbuan pasukan Sekutu merebut kembali Filipina. Tapi untuk merebut Biak bukan merupakan hal mudah bagi Sekutu. Selain didukung oleh pasukan tempur berani mati, kekuatan tempur pasukan Jepang di Biak juga dilindungi kekuatan tempur Jepang yang berada di Halmahera (Maluku) dan Papua Nugini.

Untuk melumpuhkan kekuatan tempur Jepang di Biak, Sekutu mengerahkan kapal-kapal perang dari Armada Ke-7 AS yang saat itu berpangkalan di Australia. Tugas kapal-kapal perang itu adalah berlayar hingga jarak 900 mil dari Biak dan kemudian melancarkan serangan bombardemen menggunakan meriam-meriam kapal perang. Tugas membumihanguskan pangkalan militer Jepang di Biak berlangsung sekitar satu bulan dan puluhan kapal-kapal perang Sekutu yang sedang melancarkan gempuran dilindungi oleh pesawat-pesawat tempur P-47 Thunderbolt yang terbang dari Australia.

Salah satu kapal perang AS yang dikerahkan untuk membumihanguskan Biak adalah kapal perang antikapal selam, submarine chaser 699 (SC-699). Sebagai kapal perang SC-699 merupakan kapal yang ringkih karena bahan-bahan untuk membuatnya berasal dari kayu. Sebanyak 580 unit kapal antikapal selam sejenis dibangun oleh AL AS dan mulai turun ke medan tempur PD II sejak 1942. Dengan panjang badan 110 kaki dan lebar 17 kaki, SC-699 juga dikenal sebagai kapal yang tipis dan diawaki oleh 27 pelaut. Senjata yang dimiliki oleh kapal perang antikapal selam itu antara lain meriam kaliber 40mm, senapan mesin kembar kaliber .50, sejumlah bom laut dalam, dan roket Mk 20 Moustrap. Sesuai rencana gempuran ke Biak oleh Sekutu menggunakan kapal perang dimulai pada pukul 06.00 tanggal 25 Mei 1944.

Untuk menghadapi gempuran Sekutu, Jepang semula akan mengerahkan kapal-kapal perang yang berpangkalan di Halmahera. Tapi pengerahan kapal-kapal perang yang akan dilakukan pada 26 Mei itu ditunda dan semua kapal perang hanya diperintahkan siaga. Jepang memilih membalas serangan Sekutu ke Biak menggunakan sejumlah pesawat tempur yang berpangkalan di Sorong dan Papua Nugini.

Pesawat tempur Jepang yang dikerahkan dari Sorong terdiri dari dua Mitsubishi A6M Zero dan tujuh Nakajima Ki-43 Oscar di bawah komando Vice Admiral Yoshiaki Itoh yang juga komandan 23rd Air Flotila. Sementara pesawat-pesawat tempur yang dikerahkan dari Papua Nugini terdiri dari empat Kawasaki Ki-45 yang bertugas melakukan pengawalan sejak penerbangan dari Sorong. Keempat pesawat Ki-45 itu berasal dari 5th Hiko Sentai (Air Regiment) di bawah komandan Mayor Katsushige Takada. Untuk menambah daya pukul, Mayor Takada juga mengajak rekannya yang dikenal jago terbang, Kapten Yasuhide Baba.

Pada 27 Mei pukul 06.30, kapal-kapal perang Sekutu, khususnya kapal penjelajah dan perusak, mulai melancarkan bombardemen ke arah Biak. Sedangkan kapal SC-699 yang berada sekitar 2.000 yard dari kapal-kapal perang tersebut bertugas melaksanakan patroli pantai, khususnya menghadang kapal-kapal selam Jepang yang dikhawatirkan akan mendekat.

Sekitar pukul 14.00 siang, pesawat-pesawat tempur Jepang yang telah berkumpul di pangakalan udara Jeffman, Sorong dan dipimpin oleh Mayor Takada, mulai memanaskan mesin dan siap melancarkan serangan balasan. Tapi serangan udara untuk menghantam kapal-kapal perang Sekutu di Biak ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Pesawat jenis Zero dan Nakajima tidak cocok lagi untuk menggempur kapal-kapal perang dan yang bisa digunakan hanya Kawasaki. Memasuki tahun 1944 Jepang memang sudah kekurangan pesawat dan pilot. Takada lalu memerintahkan empat pesawat Kawasaki melancarkan serangan ke kapal-kapal perang Sekutu di pantai Biak. Setelah melaksanakan missi serangan udara, semua pesawat sudah harus kembali ke Sorong sebelum matahari terbenam. Serangan udara itu dipimpin langsung oleh Mayor Takada sendiri.

Serangan Udara

Empat pesawat Kawasaki satu persatu terbang dari pangkalan udara Jepang, Sorong, dan setelah melintasi Pulau Numfor, keempat Kawasaki sempat memergoki sejumlah P-47 Thunderbolt yang sedang terbang patroli. Keempat Kawasaki segera menyelinap di balik awan dan lolos dari pengamatan para penerbang P-47. Ketika terbang di atas Selat Yapen, Biak keempat Kawasaki melihat 14 kapal perang Sekutu sedang sibuk membombardir pangkalan militer Jepang di Biak. (A Winardi)

Sejarah Perang: Serangan Jepang ke Pearl Harbor

Tanggal 7 Desember 1941, ratusan pesawat Jepang take off dari enam kapal induk, bergerak meninggalkan Teluk Hitokappu di Kepulaun Kuril sejak 26 November 1941. Pesawat-pesawat Jepang ini menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Serangan pesawat Jepang ke Pearl Harbor dimulai pukul 07.55 pagi dan berlangsung selama 35 menit. Serangan ini disusul oleh serangan lanjutan satu jam kemudian selama satu jam.

Menurut The History Channel, Jepang mengerahkan 360 pesawat tempur dan pengebom dari kapal-kapal induknya untuk membombardir pangkalan armada laut AS di Pearl Harbor. Kapal-kapal perang AS, yang tengah berlabuh dan dalam keadaan tidak siap, menjadi sasaran empuk. Begitu pula puluhan pesawat Angkatan Udara AS yang masih di parkir saat serangan berlangsung.

Sejarah Perang: Serangan Jepang ke Pearl Harbor

Sebenarnya, setelah putaran negosiasi diplomatik dengan Jepang menemui jalan buntu, pimpinan AS saat itu sudah memperkirakan bakal mendapat serangan militer sewaktu-waktu. Namun, mereka tidak langsung menyiagakan Pearl Harbor, yang merupakan benteng pertahanan barat AS di Lautan Pasifik.

Mengapa Jepang menyerang Pearl Harbor? Bagi Jepang, serangan dadakan itu merupakan langkah preventif untuk mencegah militer AS ikut campur atas ekspansi mereka di Asia Pasifik. Saat itu, Jepang sudah berencana menguasai wilayah-wilayah jajahan Inggris, Belanda, dan AS di Asia Tenggara untuk mengamankan pasokan sumber daya alam, seperti minyak mentah, karet, dan lain-lain.

Apalagi pada Juli 1941 AS menghentikan ekspor minyak ke Jepang. Embargo ini menyusul ekspansi militer Jepang ke wilayah jajahan Prancis di Indochina - kawasan yang kini menjadi Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Menurut stasiun televisi BBC, serangan di Pearl Harbor menyebabkan lebih dari 2.400 tentara Amerika tewas, di mana 1000 di antaranya tenggelam bersama kapal perang USS Arizona yang hancur dibom. Serangan tersebut juga menghancurkan lima kapal perang besar yang lain, 112 kapal kecil, dan 164 pesawat udara.

Namun Jepang tidak berhasil menghancurkan semua kekuatan militer AS di Pearl Harbor. Tiga kapal induk Amerika pada saat pengeboman berlabuh di tempat lain.

Sehari setelah serangan ke Pearl Harbor, Presiden Franklin Roosevelt mengumumkan perang AS terhadap Jepang. Namun hancurnya armada AS di Pearl Harbor membuat invasi Jepang ke Asia Tenggara tidak terbendung lagi.

Hanya dalam waktu kurang dari satu tahun, hampir seluruh wilayah Asia Pasifik jatuh ke tangan Jepang. Serangan Jepang ke Pearl Harbor menjadi pemicu keterlibatan militer AS dalam Perang Dunia Kedua, baik di Eropa maupun di Pasifik.

[Sejarah Perang] Serangan Jepang ke Pearl Harbor