Kepolisian Republik Indonesia Mengaku Telah Deteksi Ancaman Pemilu 2014

Pada 3 September 2013, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengklaim bahwa instansi Polri (Kepolisian Republik Indonesia) berhasil mendeteksi ancaman yang akan terjad pas Pemilu 2014. Dua di antaranya, yaitu: terkait teror bom serta konflik sosial.

"Saya kira, semua sudah terdeteksi dengan baik ya. Tadi itu lho, masalah sosial, teror, bom, masalah-masalah konflik sosial sudah (dideteksi)," ungkap Pak Timur Pradopo di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jalan Tirtayasa, Jaksel.

foto kapolri timur pradopo, blogmiliterindonesia
Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo | RODERICK ADRIAN MOZES, Kompas

Karena itu, beliau menghimbau kepada segenap lapisan masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin bisa muncul saat Pemilu 2014 berlangsung.

"Intinya gini, justru kita tahu (ancaman) ini (maka) masyarakat kita ajak mengeliminir masalah tadi. Tapi kalau semua masyarakat sudah tahu, kemudian bagaimana bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia itu kan jadi lebih bagus. Termasuk pada organisasi peserta pemilu ya, saya kira itu," tegas Pak Timur.

Sumber: Sindo

Pengadaan Alutsista Indonesia Perlu Melewati Proses Audit

Pada 3 September 2013, Helmi Fauzi, anggota Komisi I DPR RI, mengatakan perlunya audit dan transparansi dalam pengadaan alutsista Indonesia. Mengingat alokasi anggaran yang dikeluarkan untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan sangat besar.

"Jadi upaya penyalahgunaan anggaran alutista yang besar, jangan sampai menciptakan kebocoran. Potensi kebocoran harus ditutup sedini mungkin," tukas Helmi di Jakarta.

Dalam pandangan politisi PDI Perjuangan itu, pengadaan alutsista Indonesia terbaru demi menyokong militer Indonesia makin meningkat dan perlu ditingkatkan terus. Namun, dia mengingatkan perlunya audit supaya tidak terjadi kebocoran anggaran.

ilustrasi alutsista terbaru indonesia, blogmiliterindonesia
Ilustrasi.

"Sepanjang saya amati memang ada peningkatan dari alutista kita. Nah soal auiditnya seperti apa ini tentu lebih ke instansi terkait. Apakah TNI dan juga BPK," tuturnya.

Pihak Kemenhan (Kementerian Pertahanan) juga telah menyadari hal ini. Karena itu, mereka telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan pengawasan serta audit. Atas upaya itu, Helmi memberikan apresiasi yang besar.

Di samping itu, Helmi menyarankan sebelum memutuskan membeli alutsista terbaru TNI sebaiknya perlu dilakukan riset dan uji coba dulu. Benarkah alat pertahan tersebut sesuai kebutuhan.

Ya sejauh ini kita sudah melakukan upaya-upaya agar anggaran alutista tidak mubadzir, bukan hanya soal kebocoran, tapi ketepatan guna yang diadakan," tandasnya.

Sumber: Tribun

Tentara Nasional Indonesia Mulai Pakai BBG untuk Kendaraan Operasional

Pada 2 September 2013, dua instansi besar di Indonesia, yakni Institusi TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan PT Pertamina (Persero), sepakat jalin kerjasama. Bentuk kerjasama itu adalah penggunaan BBG (bahan bakar gas) "Pertamina Envogas" untuk dipakai sebagai bahan bakar kendaraan operasional di lingkungan TNI.

Tentara Nasional Indonesia Mulai Pakai BBG untuk Kendaraan Operasional, blogmiliterindonesia

Penggunaan BBG ini sebagai permulaan akan dilakukan di Jakarta dan Surabaya terlebih dahulu. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Menteri ESDM Jero Wacik, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, dan Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan penggunaan BBG ini merupakan langkah penting dalam rangka pengalihan beban konsumsi bahan bakar transportasi. Estimasi total konsumsi bahan bakar gas yang dibutuhkan di sektor ini dinilai cukup signifikan.

"Penggunaan energi ramah lingkungan ini pernah digerakkan sebelumnya merupakan program yang berkesinambungan dengan program diversifikasi BBM ke BBG yang dicanangkan pemerintah melalui Peraturan Presiden No.64 tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga BBG CNG (compressed natural gas) untuk transportasi," ujar dia di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (2/9).

Dengan diluncurkannya program penggunaan BBG di lingkungan TNI, diharapkan ke depannya kebutuhan bahan bakar transportasi bagi armada TNI dapat terpenuhi secara berkelanjutan. Langkah TNI ini juga diharapkan dapat memotivasi institusi dan lembaga-lembaga lainnya untuk beralih dari BBM ke BBG.
Menurutnya, penggunaan BBG bermanfaat agar udara lebih bersih, keberlanjutan pasokan bahan bakar dari ketersediaan gas yang berlimpah, serta mendukung program dunia dalam menahan laju pemanasan global.

"Tentunya, Pertamina juga akan terus melakukan upaya serius untuk mengembangkan SPBG dan infrastruktur yang diperlukan guna mendukung program diversifikasi ini," ungkapnya.

Untuk menyukseskan program diversifikasi BBM ke BBG, ketersediaan infrastruktur adalah salah satu faktor kunci kesuksesan. Saat ini, penyebaran SPBG telah ada di Jabodetabek, Palembang, Surabaya. Sebagai informasi, tahun ini, Pertamina akan membangun 6 (enam) unit SPBG baru di wilayah Jabodetabek dengan alokasi gas khusus transportasi sebesar 35.5 juta standar metrik kaki kubik per hari (MMSCFD).

Dalam pelaksanaannya, Pertamina bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Pemprov DKI Jakarta sebagai pusat konsumsi BBM nasional, Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian dalam pengadaan dan pendistribusian converter kit.[]

Rapat Persiapan Kedatangan Alutsista Indonesia Terbaru: Pesawat T 50 I Golden Eagle

T50 golden eagle TNI AU, blogmiliterindonesia

Pada 11 September 2013, rencananya alutsista Indonesia terbaru: pesawat T 50 I Golden Eagle dari Korea akan transit ke Lanud Balikpapan sebelum menuju Madiun. Untuk itu, demi menyambut kedatangannya Danlanud Balikpapan, yakni Kol. Pnb H R.M Djoko Senoputro S.E dan stafnya menggelar rapat koordinasi. dengan tim dari Dephan dan Mabes AU.

Pada rapat persiapan kedatangan pesawat T 50 I Golden Eagle tersebut dibahas berbagai hal yang terkait dengan kelancaran, kemudahan dan keamanan pesawat selama berada di Lanud Balikpapan. Hadir dalam rapat koordinasi tersebut kepala proyek pengadaan pesawat T 50 I Golden Eagle Kolonel Tek Agus Risnadi, tim dari Mabesau Letkol Tek pipip Ismulyanto, Kepala Dinas Operasi Lanud Balikpapan Mayor Lek Hari Budi Utomo, Kepala Dinas Logistik Mayor KaL W Hendratoko, Kepala Dinas Personel Mayor Adm Widiono Hadi Wijaya, Dansatpom Mayor Pom Karyanto, Kaintelpam Kapten sus Tomi Wahyu, Kapten Pnb Dharma Gultom dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi serta Perwira staf Lanud Balikpapan. Pesawat tersebut akan transit di beberapa Negara sebelum transit di Lanud Balikpapan.

Desember 2014, Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha Siap Kandangkan Astros II

Untuk meningkatkan kekuatan TNI Angkatan Darat (AD), pengadaan alutsista terbaru terus dilakukan. Selain membeli Tank Leopard dari Jerman, Tentara Nasional Indonesia (TNI) AD juga mendatangkan MLS Astros II yang dibeli dari Brasil.

Desember 2014, Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha Siap Kandangkan Astros II
Credit: Merdeka.com.
Menurut lansiran Merdeka (22/8), Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha, Singosari, Malang, Jawa Timur, kedapatan sebagai salah satu lokasi untuk menyimpan alutsista ini.

MLS Astros II adalah mobil tempur peluncur roket yang terdiri atas: 2 roket, 4 roket, dan 16 roket. Jarak tembak yang mampu diluncurkan untuk 2 roket adalah 300 km.

Pengiriman alutsista seharga miliaran rupiah itu direncanakan bulan Desember 2014. "Garasi yang telah kami siapkan untuk 18 unit," ujar Komandan Batalyon Armed I/105 Tarik Ajusta Yudha, Letkol Arm Arya Yudha di markasnya, pada hari Kamis (22/8).

Selain itu, Yudha menambahkan, prajurit yang ada juga telah dipersiapkan mulai dari pelatihan bahasa inggris, teknisi dan lain-lainnya. "Karena alat canggih menggunakan sistem komputering, makanya kita terus mempersiapkan personel yang ada," katanya.

Menurut dia alat tempur berat yang digunakan saat ini adalah Meriam 105 mm dengan jarak jangkauan 10 km. Nanti, jika Astros II tiba dari Brasil, Meriam 105 mm tersebut akan ditarik ke markas Armed pusat yang berada di Cimahi. "Diletakkan di mana itu urusan dari pusat," katanya.

Selain itu, alasan TNI AD memilih Astros II lantaran alat perang tersebut canggih dan pantas untuk menjaga kedaulatan Bangsa Indonesia. Jadi, jika terjadi pertempuran jarak jauh, Indonesia mampu menahan gempuran musuh.

"Tetapi untuk tempat latihan penggunaan Astros II masih dicari, karena membutuhkan tempat luas, bebas penduduk dan aman," tuturnya.

Tim Khusus sedang Melobi Harga Apache

Pada 29 Juni 2013 kemarin, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa Mabes TNI AD telah mengajukan penggelontoran tambahan anggaran khusus sebesar Rp 6 triliun demi membeli sejumlah helikopter serang Apache dari USA lengkap dengan persenjataannya.





”... Sekarang sedang proses negosiasi harga," kata Purnomo Yusgiantoro di Semarang.





Sebuah helikopter Apache ditaksir berharga senilai US$ 40 juta atau setara dengan Rp 388 miliar.





”Saat ini tim khusus dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai harga helikopter Apache,” imbuhnya.





Keberadaan skadron Apache itu, kata Menhan, untuk melengkapi kekuatan militer Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.





”Selain TNI AD, TNI Angkatan Laut juga menyiapkan helikopter antikapal selam dan membuat armada perusak kapal rudal,” ujarnya.




Solopos