Bagi negara berdaulat, seperti Indonesia, membangun sistem pertahanan negara mutlak diperlukan. Walaupun, dalam implementasinya pembangunan sistem pertahanan berbasis kekuatan militer Indonesia bukan didasarkan dengan niatan offensive dan membangun angkatan perang yang besar. Tetapi, didasarkan pada keinginan untuk memiliki MEF (Minumum Essential Force) yang berarti kekuatan pokok minimal.
Demikian Wamenhan (Wakil Menteri Pertahanan) Sjafrie Sjamsoeddin dalam pembekalan Perwira Siswa Pendidikan Reguler Angkatan 51 Sekolah Staf dan Komando TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat (Seskoad) pada hari Rabu (27/3) di Seskoad Bandung.
Wamenhan juga menegaskan bahwa kekuatan militer Indonesia yang dibentuk lebih difungsikan demi keutuhan wilayah, kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dimana, pembangunan sistem pertahanan tersebut mesti diiringi dengan pertumbuhan ekonomi juga. Jika ekonomi bertumbuh secara otomatis rakyat Indonesia juga sejahtera. Saat itulah baru dipikirkan bagaimana membangun sistem pertahanan negara.
"Kewajiban pemerintah untuk bisa melengkapi angkatan perangnya bisa dilaksanakan, apabila ada pertumbuhan ekonomi. Kita tahu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dari pertumbuhan ekonomi negara-negara di Eropa, yaitu bisa sampai sekitar 6,5 persen," jelas Wamenhan.
Akan tetapi, perlu untuk diingat, untuk mambangun sistem pertahanan negara tidak semata-mata mengandalkan kekuatan militer Indonesia, melainkan juga aspek nir militer. Implementasi pertahanan nir militer merupakan bagian lain untuk menghadapi ancaman non-militer.
Wamenhan menambahkan bahwa ancaman non militer merupakan ancaman tanpa bersenjata. Namun, gelombang ancaman non militer bisa jauh lebih besar dan lebih hebat dibanding ancaman militer.
“Ancaman non mliter dapat menganggu dan melumpuhkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kita tahu perang asimetrik bisa mempengaruhi pola pikir,” ungkapnya.
Pendidikan Reguler Angkatan 51 Seskoad diikuti 292 perwira yang terdiri dari 281 orang perwira TNI AD, dua orang perwira TNI AL, dua orang perwira TNI AU dan tujuh orang perwira siswa mancanegara. Selain diikuti Angkatan 51 Pasis Seskoad, pembekalan Wamenhan tersebut juga dihadiri sejumlah perwira organik Seskoad.
Demikian Wamenhan (Wakil Menteri Pertahanan) Sjafrie Sjamsoeddin dalam pembekalan Perwira Siswa Pendidikan Reguler Angkatan 51 Sekolah Staf dan Komando TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat (Seskoad) pada hari Rabu (27/3) di Seskoad Bandung.
Wamenhan juga menegaskan bahwa kekuatan militer Indonesia yang dibentuk lebih difungsikan demi keutuhan wilayah, kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dimana, pembangunan sistem pertahanan tersebut mesti diiringi dengan pertumbuhan ekonomi juga. Jika ekonomi bertumbuh secara otomatis rakyat Indonesia juga sejahtera. Saat itulah baru dipikirkan bagaimana membangun sistem pertahanan negara.
"Kewajiban pemerintah untuk bisa melengkapi angkatan perangnya bisa dilaksanakan, apabila ada pertumbuhan ekonomi. Kita tahu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dari pertumbuhan ekonomi negara-negara di Eropa, yaitu bisa sampai sekitar 6,5 persen," jelas Wamenhan.
Akan tetapi, perlu untuk diingat, untuk mambangun sistem pertahanan negara tidak semata-mata mengandalkan kekuatan militer Indonesia, melainkan juga aspek nir militer. Implementasi pertahanan nir militer merupakan bagian lain untuk menghadapi ancaman non-militer.
Wamenhan menambahkan bahwa ancaman non militer merupakan ancaman tanpa bersenjata. Namun, gelombang ancaman non militer bisa jauh lebih besar dan lebih hebat dibanding ancaman militer.
“Ancaman non mliter dapat menganggu dan melumpuhkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kita tahu perang asimetrik bisa mempengaruhi pola pikir,” ungkapnya.
Pendidikan Reguler Angkatan 51 Seskoad diikuti 292 perwira yang terdiri dari 281 orang perwira TNI AD, dua orang perwira TNI AL, dua orang perwira TNI AU dan tujuh orang perwira siswa mancanegara. Selain diikuti Angkatan 51 Pasis Seskoad, pembekalan Wamenhan tersebut juga dihadiri sejumlah perwira organik Seskoad.
0 komentar:
Post a Comment