Alutsista TNI Siap Pakai Teknologi Anti-Radar

Blog Militer Indonesia - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan teknologi anti-radar, yang bisa memperkuat alutsista TNI yang berhasil menang di ajang Lomba Inovasi TNI 2014. Avanti Fontana, wakil ketua Dewan Juri Lomba Inovasi 2014, menjelaskan bahwa teknologi anti-radar ini dibuat dari chitosan (cangkang udang) dan hidroksiapatit (tulang ikan), dan sudah dikembangkan sejak 2011.

Avanti yang juga menjabat Ketua Umum Yayasan Planet Inovasi itu menjelaskan cara kerja anti-radar, yaitu dengan menyerap pantungan gelombang frekuensi radar musuh yang diarahkan pada alutsista TNI. Ketika diarahkan, maka anti-radar ini akan menyerap gelombang frekuensi itu, sehingga musuh tak mampu mendeteksi keberadaan alat utama sistem persenjataan TNI. Pada akhirnya, TNI dengan bebas mengoperasikannya.

Baca juga: TNI Incar Radar Intai SLR-66 OTH Buatan Cina.

Teknologi anti-radar yang dikembangkan IPB (Institut Teknologi Bogor) siap diterapkan ke alutsista TNI, setelah memenangkan Lomba Inovasi 2014.

"Inovasi ini sangat membantu meningkatkan peran - tugas TNI," kata Avanti seperti Blogmiliterindonesia kutip dari Kompas (12/10/14).

Teknologi anti-radar ini dikembangkan tim dosen dan mahasiswa IPB - terdiri dari Bambang Riyanto, AKhiruddin Maddu, serta Esa Ghanim Fadhalah. Menang dalam kompetisi Lomba Inovasi 2014 ini membuat Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengapresiasi karya mereka. Bahkan, dia meminta teknologi ini cepat diteliti dan dikembangkan, sehingga bisa diterapkan di alutsista TNI terbaru.

Secara terpisah, Mayjen TNI Fuad Basya selaku Kepala Pusat Penerangan TNI menyatakan bahwa untuk penerapannya, pihak TNI akan menggandeng PT Pindad. Pihak TNI juga berencana untuk memproduksi massal teknologi anti-radar ini. Namun sebelum sampai di situ, teknologi anti-radar ini musti diuji-coba dulu di Badan Litbang TNI.

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand

Berita militer Indonesia - Pada 19 September kemarin, PTDI (PT Dirgantara Indonesia) menerima pesawat satu unit pesawat CN 235 dari Thai Aviation Industries Co. Ltd. (TAI) untuk digunakan kepada Royal Thai Police. Karena, CN 235 ini punya beragam fungsi.

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand

Dengan nilai kontrak sebesar 31,2 juta USD (atau setara RP 343 miliar), maka satu unit pesawat ini punya beberapa paket fungsi. Seperti untuk dijadikan sebagai pesawat penumpan, VIP/VVIP, penerjun, kargo, hingga ambulance udara (medical evacuation). Dilansir dari Detik.com, yang dikutip Blog Militer Indonesia, ada 6 fungsi pesawat yang PTDI kabarkan, antara lain:

Denah Pesawat

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
Pesawat CN235-220 buatan PTDI pesanan TAI tersebut, dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai sebagai tangga untuk VIP/VVIP, dan pintu belakang khusus yang dibuka ke arah dalam dan cukup besar untuk dipakai saat operasi terjun payung. Sementara ramp door tetap ada sebagai perlengkapan standar untuk keluar masuk barang, yang ukurannya cukup besar atau kendaraan kecil.

Ruang VVIP

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
Tak kalah dengan pesawat lainnya. Pesawat CN235 buatan PTDI yang dipesan oleh Thailand memiliki ruang khusus untuk VIP/VVIP. Bisa dilihat di gambar tersebut, tempat duduk khusus untuk penumpang VVIP yang tampak seperti di dalam pesawat jet pribadi.

Tempat Duduk Penumpang

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
CN 235 ini merupakan pesawat yang dibuat BJ Habibie dan mulai dikembangkan 1979, sementara diperkenalkan ke publik sejak 1983. Pesawat CN235-200M yang dipesan oleh Thailand Jumat pekan lalu, juga bisa dipasang untuk konfigurasi penumpang biasa. Terlihat nyamannya kursi penumpang dalam gambar.

Keperluan Militer 

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
Pesawat CN235-200M yang dipesan oleh Thailand juga bisa digunakan untuk konfigurasi misi militer. Terlihat dalam gambar, konfigurasi pesawat tersebut untuk kebutuhan militer, khususnya untuk misi penerjunan.

Barak Militer

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
Dalam misi militer, pesawat tersebut juga bisa difungsikan untuk menjadi barak militer. Terlihat pemasangan tempat tidur untuk tentara di dalam pesawat tersebut. Pesawat pesanan Thailand ini memiliki multi fungsi yang bisa diubah sesuai kebutuhan.

Pintu Besar di Belakang

6 Fungsi yang Ada dalam Pesawat CN 235 Pesanan Thailand
Pesawat pesanan Thailand ini memiliki pintu yang besar di bagian belakang. Fungsi pintu ini, selain untuk masuknay kargo atau barang, juga bisa untuk keperluan penerjunan pada misi militer.

Tentara Nasional Indonesia Incar Radar Intai SLR-66 OTH Buatan Cina

Dalam sela-sela kunjungannya ke Tiongkok, tanggal 22-23 September 2014, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia umumnya, dan Tentara Nasional Indonesia khususnya, akan kembali melihat tawaran radar intai SLR-66 OTH buatan negeri tirai bambu. Sebagaimana diketahui radar ini difungsikan demi mendukung pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa Tentara Nasional Indonesia tengah mengincar kembali radar intai SLR-66 OTH buatan Cina.

"Indonesia akan melihat kembali spesifikasi teknis yang dibutuhkan, dalam pengamanan di ALKI, lalu interoperability radar yang ditawarkan itu, dengan sistem patroli maritim yang telah dijalankan Indonesia," demikian Purnomo mengungkapkan kepada Antara yang dikutip Blog Militer Indonesia. Hingga kini, wilayah laut masih diamankan dengan patroli maritim lewat udara dan kapal-kapal patroli.

Kedua negara (Indonesia - Tiongkok) juga akan melihat kembali mekanisme pembiayaan pengadaan radar tersebut. "Jadi, masing-masing pihak akan melihat lebih dalam semua hal, yang terkait dengan penawaran radar pengintai tersebut," ujarnya.

Pesawat Hercules C-130 Mulai Operasi Hujan Buatan

Pada 21 September 2014, Kepala Humas BNPB Pusat, Sutopo, mengungkapkan bahwa pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU mulai melakukan operasi hujan buatan dalam dua hari di Sumatera dan Kalimantan. Pesawat tersebut mengangkut sedikitnya 4 ton garam yang disebar sejak pukul 14.00 WIB.

Pada 21 September 2014, Kepala Humas BNPB Pusat, Sutopo, mengungkapkan bahwa pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU mulai melakukan operasi hujan buatan dalam dua hari di Sumatera dan Kalimantan.
Gambar pesawat Hercules C-130 credit shared by istimewa.

Berkat operasi yang dilakukan, Kota Palembang dan sekitarnya mulai diguyur hujan dan sejumlah titik api juga mulai menghilang. "Hujan buatan telah mempercepat jatuhnya hujan dan meningkatkan intensitas hujan," kata Sutopo, seperti Blog Militer Indonesia kutip dari Antara.

BNPB akan terus memperkuat pemerintah daerah mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Penegakan hukum juga harus dikedepankan karena dianggap lebih efektif untuk upaya pencegahan.

"Peralatan yang dikerahkan meliputi sembilan helikopter pemboman air, yang saat ini empat unit ada di Sumatera Selatan, satu unit di Riau, Kalimantan Barat, dan tiga di Kalimantan Tengah," katanya.

Sumber: Antara

Tahun 2022 Indonesia Tidak Lagi Perlu Mengimpor Pesawat Tempur

Pada 2022, Indonesia tidak lagi mengimpor pesawat tempur dari luar negeri dengan satu catatan: industri pertahanan nasional sudah mandiri. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro terkait dukungannya terhadap kemandirian industri pertahanan nasional.

Sejauh ini kemandirian industri pertahanan Indonesia dituangkan dalam beberapa langkah yang dimulai tahun 2010. Sejak dibentuknya KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan), yang mengoordinasikan serta menyinergikan semua potensi dalam negeri. Setelah KKIP terbentuk lahir tujuh program nasional yang meliputi pembuatan pesawat tempur, kapal selam, roket, rudal, radar, tank, sampai propelan.

"Dengan adanya kemandirian ini, maka pada 2022, Indonesia bisa tidak lagi mengimpor pesawat tempur sejenis Sukhoi dari luar negeri," demikian dijelaskan Purnomor, seperti yang Blog Militer Indonesia kutip dari detik.com.

Selain itu, menurut Purnomo, KKIP juga membuatkan road map industri pertahanan dalam negeri dalam menjalakan tugas kepada industri pertahanan nasional sejalan dengan tupoksinya.

Khusus pembangunan pabrik propellant di Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA (Persero), Purnomo mengatakan bahwa akan ada dampak positif untuk dunia litbang. "Akan dibutuhkan SDM untuk industri propellant yang notabene baru di Indonesia disamping alih teknologi dari negara pemiliknya di EMC ini. Ini merupakan tantangan bagi dunia litbang kita,"tandasnya.

Pada kesempatan tersebut, ditandatangani nota kesepahaman antara PT DAHANA (Persero) dan Balitbang Kemhan RI. Kerja sama itu meliputi pengembangan sumber daya Manusia, penelitian, pengkajian dan pengembangan teknologi dalam bidang bahan peledak serta propelan. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT DAHANA (Persero) F Harry Sampurno dan Kabalitbang Kemhan Eddy S Siradz disaksikan oleh Menteri Pertahanan.

Sebagaimana diketahui, sejak peletakan batu pertama oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro pada 4 Desember 2010 lalu, pembangunan EMC rampung pada pertengahan 2012. Di lokasi seluas hampir 600 hektar ini diisi fasilitas perkantoran, gudang, laboratorium, dan pabrik, termasuk lokasi pabrik propelan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Dua Alutsista Terbaru, KCR-60 M dan CN-235, Diserah-terimakan

Blog Militer Indonesia - Pada 17 September 2014, dua alutsista terbaru diserah-terimakan kepada militer Indonesia, yaitu Kapal cepat rudal KCR-60M ketiga dan CN-235 Patroli Maritim ketiga. Serah-terima ini merupakan upaya Kemenhan untuk memenuhi target pengadaan alutsista dalam periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Pada 17 September 2014, dua alutsista terbaru diserah-terimakan kepada militer Indonesia, yaitu Kapal cepat rudal KCR-60M ketiga dan CN-235 Patroli Maritim ketiga.
KCR-60M credit ARC.

Sebelumnya, PT. Dirgantara Indonesia sudah menyerahkan 2 unit pesawat patroli sejenis. Seperti 2 pesawat sebelumnya, pesawat ketiga dengan nomor seri P-862 ini dilengkapi dengan mission suite besutan Thales yaitu Amascos 200. TNI-AL, Puspenerbal khususnya masih menunggu 2 pesanan lagi pesawat sejenis. Sehingga total nantinya ada 5 Pesawat CN-235 Patmar memperkuat Puspenerbal.

Pada 17 September 2014, dua alutsista terbaru diserah-terimakan kepada militer Indonesia, yaitu Kapal cepat rudal KCR-60M ketiga dan CN-235 Patroli Maritim ketiga.
CN-235 credit ARC.

Sementara, KCR-60M baru yang diresmikan diberi nama KRI Halasan 630. Pada Batch pertama ini, Kementrian Pertahanan memesan total 3 unit KCR-60M dari PT. PAL. Sebelumnya, PT. PAL telah menyerahkan KCR-60 meter pertama, yaitu KRI Sampari-628 pada 28 Mei lalu, dan diikuti KRI Tombak-629 pada 27 Agustus 2014. Total, Kementrian Pertahanan membutuhkan belasan unit KCR-60M serta KCR-40 untuk memperkuat armada laut Indonesia.

Sumber: ARC