Prasetyo Hadi, Personel TNI AD Jadi Wasit Pertandingan Final ISL

Ada yang menarik dalam pertandingan final Indonesia Super League (ISL) 2014 antara Persib melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang. Apa itu? Salah seorang personel TNI AD, yakni Prasetyo Hadi, memimpin jalannya pertandingan.

Prasetyo Hadi, personel TNI AD yang juga berprofesi sebagai wasit ISL.

Ia ditahbiskan sebagai wasit terbaik asal Surabaya di LSI bulan Juni kemarin, yang kerap memimpin laga-laga penting. Diketahui pangkat Prasetyo Hadi di TNI Angkatan Darat, Kodam V/Brawijaya adalah Pelda (Pembantu Letnan Dua).

Kapal Perang Indonesia Siap Diekspor ke Filipina

Pada 6 November 2014, Turitan Indaryo, Kepala Project SSV, menyatakan kapal perang Indonesia siap diekspor ke Filipina. Membuktikan industri alat pertahanan dalam negeri makin maju serta diakui di kancah internasional.

"Kita ekspor ke Filipina 2 unit. Jenisnya kapal SSV (strategic sealift vessel). Ini kebanggaan karena ini pertama Indonesia mengekspor kapal perang," ujarnya di booth PT PAL dalam acara Indo Defence 2014 Expo & Forum di JIE Kemayoran, Jakpus.

Kapal yang sudah masuk dalam proses desain ini, menurut Turitan, merupakan pengembangan dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang berfungsi sebagai kapal pengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. Indonesia memiliki 4 kapal LPD, di mana 2 di antaranya diproduksi PT PAL.

Menurut Turitan, Filipina membeli 2 kapal SSV seharga sekitar hampir Rp 1 triliun. Kapal ini disebutnya sangat cocok digunakan di negara-negara kepulauan. Senjata yang akan disematkan pada kapal ini salah satunya adalah meriam kaliber 76 mm. "SSV bisa menampung 120 kru, dan 500 pasukan tentara. Start produksi Januari 2015, sekarang masih desain. Intinya PT PAL bisa bangun sesuai dengan harapan yang diminta. Faktanya kita bisa," kata Turitan.

Tak hanya siap mengekspor kapal perang, PT PAL juga tengah mempersiapkan membangun kapal selam sendiri. Kemenhan saat ini memang sedang membeli 3 kapal selam di mana 2 dibeli di Korea Selatan, dan 1 akan dibuat oleh PT PAL di Dermaga Ujung Surabaya, Jatim.

"Kita lagi transfer teknologi dan persiapan fasilitas. Ada 206 orang dari tim kita baik bagian produksi, teknisi dan manajemen yang dikirim ke Korsel untuk transfer teknologi," ungkap Humas PT PAL, Bayu Witjaksono di lokasi yang sama.

Menurut Bayu, setelah 2 kapal selam yang dibangun di Korsel selesai, PT PAL pun bisa segera membangun 1 kapal selam yang dimaksud. "Tahun depan kita bangun fasilitas pembuatan kapal selam, harapannya kapal kesatu dan kedua selesai, kapal ketiga langsung dibangun di sini. Yang paling crusial adalah kemandiran untuk buat alutsista sendiri," tutup Bayu.

Beli Pesawat Tempur, Onderdil Harus Buatan Indonesia

Pada 7 November, mengutip dari Antara, Budi Santoso selaku Dirut PTDI mengungkapkan jika militer Indonesia mau mengadakan pembelian pesawat tempur dari luar negeri, maka akan ada syarat khususnya. “Jika mau menjual pesawat ke Indonesia, maka jangan menjual unitnya saja,” ujarnya, di Jakarta, “Rakitnya juga harus di Indonesia juga.”

India merupakan negara Asia yang sanggup menekan pabrikan. Dengan demikian komponen serta perakitannya dilakukan oleh mereka sendiri. Seperti diketahui, negeri Taj Mahal berada itu pernah membeli 178 unit Dassault Rafale dari perusahaan Dassault Aviation asal Perancis. Mereka bahkan cuma mengimpor 28 pesawat utuh dan sisanya dirakit di India. Namun di balik itu, tradisi manufaktur produk teknologi tinggi dan tradisi kedirgantaraan India sudah berjalan lama secara berkesinambungan dan diakui dunia. India juga memiliki pabrikan-pabrikan pesawat terbang dan komponen pesawat terbang di negaranya.

Menurut Santoso, dengan proses perakitan di Indonesia maka peluang mempelajari teknologi pesawat dapat dilakukan secara baik, sehingga mampu mematangkan kemandirian pertahanan Indonesia. Juga untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan pesawat tempur itu. "Pokoknya buat pabrik perakitannya di Indonesia, di manapun silahkan. Tidak harus di PT DI," kata Santoso, menjelaskan.

DIrut PTDI syaratkan milter Indonesia jika mau beli pesawat tempur harus pakai onderdil buatan dalam negeri.

Indonesia tengah menentukan calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU, yang telah hadir sejak dasawarsa '80-an. Sejauh ini, tiga besar calon pengganti telah masuk daftar untuk di-"peras" lagi menjadi hanya satu kandidat. Ketiga pesawat tempur itu adalah Sukhoi Su-35 Flanker (Rusia/Rosoboronexport), JAS-39 Gripen (SAAB/Swedia), dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon (General Dynamics/Amerika Serikat).

Sebelumnya, McDonnel-Douglas F-18 Hornet (Amerika Serikat) dan Dassault Rafale (Dassault Aviation/Prancis) juga masuk dalam daftar awal itu. Belakangan, Eurofighter Typhoon dari konsorsium Eurofighter (Jerman, Italia, Inggris, dan Spanyol), mencoba peruntungan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu. Tim pemasaran dan teknis didatangkan secara khusus ke Jakarta sebagai bagian Eurofighter dalam kesertaannya di Indo Defence 2014.

Alutsista Indonesia Tidak Kalah dengan Negara Tertangga

Pada 5 November 2014, Ryamizard Ryacudu yang menjabat sebagai Menhan menyatakan bahwa alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki militer Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga. Hanya saja, perlu dimodernisasi untuk menggantinya dari lama ke baru.

"Sudah ada semua sekarang alutsista Indonesia tidak kalah juga dengan negara tetangga," kata Ryamizard di JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Viva (5/11).

Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa alutsista Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga.

Salah satu buktinya, Ryamizard mengungkapkan bahwa sepekan terakhir ini personel TNI berhasil menangkap lima kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia secara ilegal. "Itu kan ada yang nyelonong, ada yang tidak sengaja kan gitu. Mudah-mudahan tidak ada lagi lah. Tapi bagus lah sudah ketangkep," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, seminggu ini, KRI TNI AL berhasil menangkap lima kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia. Lima di antaranya adalah KM Sudita 11, KM Cahaya Baru, dan tiga buah kapal asing yang diawaki warga negara Vietnam (KG 90433 TS. ATS 006, KG 94366 TS. ATS 005, dan KG 94266 TS. ATS 012) yang melanggar di perairan Indonesia.

Kelima kapal yang tertangkap melakukan pelanggaran wilayah perairan Indonesia, yang melakukan pelanggaran dan tidak dilengkapi dokumen sah tersebut, selanjutnya dikawal menuju PangkalanTNI AL terdekat guna proses pemeriksaan lebih lanjut.

Lima Orang Lebih Pemasok Amunisi dan Senjata Api di Papua Dicokok Polisi

Pada 2 November 2014, Kepolisian Daerah Papua berhasil mencokok lima orang lebih yang ditengarai pemasok amunisi dan senjata api di Jl. Raya Rendani, Manokwari, Papua Barat. Saat melakukan penangkapan di rumah A, polisi juga berhasil menggagalkan penjualan 180 butir amunisi serta senjata rakitan mirip revolver.

Lima orang yang diduga merupakan gerombolan pemasok amunisi dan senjata di Manokwari ini antara lain: SD (26) asal Ternate (pekerjaan tukang ojek), SS (37) (pekerjaan tukang batu), SH alias A (45) (pekerjaan tukang bangunan), LT alias L (34), dan HL (19) Mahasiswa Unipa.

Irjen Pol Yotje Mende selaku Kapolda Papua membenarkan penangkapan ini. Karena itu, pihaknya masih terus bekerja mengembangkan kasusnya. "Benar. Tapi kami belum bisa memberikan keterangan lanjutan. Tunggu pengembangannya ya," jelas Yotje di Mapolda Papua, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Liputan6 Minggu (2/11/2014).

Barang bukti yang berhasil disita dalam penggerebekan ini adalah sepucuk senjata rakitan, 180 butir amunisi kaliber 5,56 mm 5 TJ, sepucuk senjata rakitan berbentuk revolver, satu buah amunisi kaliber 38 spesial, 5 buah telepon seluler, uang tunai sebesar Rp 21 juta – diduga hasil penjualan senpi rakitan milik L –; dan uang tunai sebesar Rp 950.000 untuk upah penjualan senpi milik S.

Sementara itu, dalam pengembangan kasus tersebut, polisi juga mencokok A (34) warga Jalan Trikora Andai, Manokwari Selatan. Karena, diketahui memiliki dan menyimpan senpi yang tidak dilengkapi dengan dokumen. "A diduga membeli senjata dari komplotan ini seharga Rp 3 juta," kata salah satu penyidik di Polres Manokwari.

Tiga Pesawat Tempur Indonesia, Hawk 100/200, Ikut Latihan Maverick di SumUt

Pada 31 Oktober 2014, pesawat tempur Indonesia dari jenis Hawk 100/200 – terbagi dalam tiga Flight (Panther Flight, Macan Flight dan Hawk Flight) – telah berangkat ke Lanud Soewondo, Medan. Keberangkatan ini berada di bawah pimpinan Danskadron Udara 12, Letkol Pnb Jajang Setiawan dan dilepas Danlanud Rsn, Kolonel Pnb M. Khairil Lubis di Shelter Skadron Udara 12, Lanud Rsn.

Tujuan keberangkatan mereka adalah untuk melangsungkan kegiatan latihan Maverick seminggu penuh di kawasan darat serta perairan Sumatera Utara. Latihan Maverick yang bakal dilakukan adalah latihan menembak rudal dari udara, di mana sasarannya berada di darat dan laut, memakai rudal Maverick.

Tiga pesawat tempur Indonesia dari jenis Hawk 100/200 terbang ke Sumatera Utara untuk ikut latihan Maverick.
Pesawat Hawk 100/200 TNI AU - Antarasumbar.

Tentunya ini bertujuan meningkatkan kemampuan para penerbang. Namun, bukan hanya itu saja. Latihan yang memakai Smart Bombing ini punya tujuan juga untuk mencapai Currancy dalam melaksanakan penembakan menggunakan Rudal Maverick atau Air Guided Misille (AGM/TGM) 65. Pada saat merilis Rudal tersebut para penerbang menggunakan parameter yang ada di radar pesawat dan Multi Purpose Display (MPD).

Latihan ini merupakan latihan rutin Skadron Udara 12 yang dilaksanakan secara periodik. Sementara itu sejumlah personel pendukung dan peralatan yang digunakan selama latihan di Medan diangkut menggunakan pesawat Hercules C-130.