Sejarah Perang Dunia 2: Matthäus Hetzenauer Sang Sniper Tertangguh

Perang memang menciptakan kemalangan bagi banyak manusia. Namun, di sisi lain, perang telah menorehkan catatan prestasi tersendiri bagi seorang prajurit. Dalam hal ini adalah sniper, penembak jarak jauh.

Sejarah Perang Dunia 2: Matthäus Hetzenauer Sang Sniper Tertangguh

Sejarah Perang Dunia 2 telah mencatatkan nama sniper paling tangguh, yaitu Matthäus Hetzenauer (23 Desember 1924-3 Oktober 2004). Dia dikenal sebagai seorang sniper Austria yang bertugas di Gunung Divisi 3 di Front Timur dari Perang Dunia 2.

Dia telah membunuh 345 orang melalui pucuk senapannya. Jarak terjauhnya ada pada titik 1100 meter. Pada 17 April 1945, Matthäus Hetzenauer menerima penghargaan atas keberaniannya.

Sejarah Indonesia: Lima Pemimpin Dunia yang Bersahabat

Dalam sejarah Indonesia, nama Soeharto memang kontroversial. Mantan Presiden RI kedua ini, sejak memegang kendali Indonesia menggantikan Soekarno tahun 1966, berusaha memperbaiki hubungan diplomasi antara Indonesia dengan sejumlah negara tetangga, termasuk Barat. Dimana, hubungan ini sempat memanas saat masa pemerintahan Soekarno.

Langkah pertama Soeharto untuk memperbaiki hubungan ini adalah mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia, yang beberapa tahun sebelumnya memanas akibat pekikan Soekarno merebut Tanah Sabah dan Serawak. Ya, Pak Harto berhasil meredakan gejolak antara Indonesia dengan Malaysia dengan menyebut negeri Upin Ipin itu sebagai negara serumpun.

Selain Malaysia, Soeharto yang juga meningkatkan hubungan dengan Filipina. Kali ini dengan menonjolkan kekuatan militer Indonesia. Langkah taktis yang diambil Soeharto adalah membantu penyelesaian konflik bersenjata antara Filipina dengan milisi Moro.
Walaupun dalam catatan sejarah Indonesia pasca reformasi, nama Soeharto cenderung mengarah negatif, tapi langkah-langkah diplomatis tersebut membuat negara-negara tetangga memandang kekuatan militer Indonesia yang cukup kuat. Jalinan persahabatan yang dibina kemudian dengan sejumlah pemimpin, tentu membuahkan kerjasama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Berikut lima pemimpin dunia yang menjadi sahabat Soeharto:

1. Tun Mahathir Bin Mohamad

sejarah indonesia, militer indonesia, soeharto

Sebelum bertemu Pak Harto, Perdana Menteri (PM) Malaysia Tun Mahathir bin Mohamad sempat berkeinginan untuk bertemu langsung dengan presiden kedua Indonesia itu. Niat itu kesampaian usai dilantik menjadi PM Malaysia menggantikan Datuk Hussein Onn pada 1981 lalu.

Dalam kunjungan pertamanya, Mahathir mengaku terkesan dengan cara Soeharto menyambut kedatangannya. Tanpa melihat jabatan yang diemban, Pak Harto menjemputnya langsung dari Bandara Halim Perdanakusuma, mengajaknya ke dalam satu mobil, hingga mengantarnya ke kamar yang disiapkan untuk tamu negara.

"Pak Harto mengantar saya sampai ke kamar dan mengatakan apabila ada kekurangan bisa disampaikan kepada orang yang disiapkan untuk melayani," kata Mahathir dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama terbitan 2011.

Sejak itu, dirinya terus berkomunikasi dengan Pak Harto hingga akhir jabatannya. Jika ada masalah antara kedua negara, keduanya dengan cepat melakukan pembicaraan dan mencegahnya agar tidak lebih meluas.

2. Lee Kuan Yeuw

sejarah indonesia, militer indonesia, soeharto

Indonesia, Malaysia dan Singapura, merupakan negara yang berkonflik di era konfrontasi masa kepemimpinan Soekarno. Ketiga negara ini sempat terlibat perang karena ingin merebut Sabah dan Serawak dari Malaysia.

Ketegangan itu pun mulai mereda ketika Soeharto bertemu dengan PM Singapura Lee Kuan Yeuw di sela-sela Pertemuan Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok di Lusaka, Zambia. Lee mengaku, masih memiliki rasa curiga saat berjumpa dengan Pak Harto.

"Kami bicara sekitar 30 menit di villa Soeharto mengenai perkembangan regional, dan saat itu kami banyak menemukan kesepahaman pandangan," kata Lee dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama terbitan 2011.

Sejak itu, Lee memandang Pak Harto sebagai orang yang selalu memegang komitmen, selalu berusaha menjaga perdamaian negara kawasan serta terbuka terhadap hal-hal asing. Selama 30 tahun kepemimpinan Lee di Singapura, dia telah membangun persahabatan erat dengan Indonesia selama 30 tahun.

3. Sultan Haji Hassanal Bolkiah

sejarah indonesia, militer indonesia, soeharto

Sultan Hassanal Bolkiah, pemimpin dari sebuah negara kaya di utara Kalimantan. Dalam lawatan pertamanya pada April 1981, Sultan melihat Pak Harto sebagai orang yang tenang dan terhormat. Seorang negarawan yang memiliki kebijaksanaan dan kewibawaan.

"Gambaran ini memang betul dan tepat dan saya menganggap persahabatan yang terjalin sejak pertemuan itu sebagai satu kehormatan dan keistimewaan," tulis Sultan dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama terbitan 2011.

Sejak itu, hubungan kedua negara terus mengalami peningkatan. Dengan Soeharto, Sultan mengadakan banyak kerjasama di pelbagai bidang, mulai dari kebudayaan, pertukaran pelajar dan lainnya.

4. Fidel Ramos

sejarah indonesia, militer indonesia, soeharto

Baru saja menjabat empat bulan sebagai Presiden Filipina, Fidel Ramos langsung bertemu saat berlangsungnya penobatan Sultan Hassanal Bolkiah menjadi penguasa di Brunei Darussalam pada Oktober 1992 lalu. Kesempatan itu dipakainya untuk meraih dukungan membentuk cluster dalam Asean.

Bersama Pak Harto pula, selama kepemimpinan Fidel Ramos, pertikaian antara pemerintah Filipina dan milisi Moro di selatan Filipina bisa terselesaikan. Idenya untuk meredakan ketegangan mendapat dukungan penuh dari Soeharto dan meminta Fidel untuk berkomunikasi dengan pemimpin Libya, Kolonel Muamar Khadafi.

Keberhasilan itu tercapai di Cipanas, Bogor. Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri pertikaian. Tentu, tak lepas dari peran Soeharto yang dianggapnya senior dalam pemerintahan.

5. Paul Keating

sejarah indonesia, militer indonesia, soeharto

Paul Keating menjabat sebagai PM Australia dengan masa jabatan 1991-1996 dari tangan Hawke. Selamat menjabat sebagai kepala pemerintahan di negeri kangguru, dirinya memiliki kedekatan erat dengan Soeharto.

Di masa kepemimpinan Keating, Indonesia tengah menghadapi serangan dari sejumlah negara Barat. Terutama atas isu pembantaian masyarakat sipil di Timor Timur (sekarang Timor Leste) saat invasi Indonesia pada 1973 lalu. Banyak pemimpin dunia yang meminta Pak Harto bertanggung jawab atas kejadian itu.

Australia menjadi satu-satunya negara Barat yang mendukung pendudukan Indonesia di Timor Leste, Keating pula yang menutup jumlah korban sesuai dengan rilis resmi yang dikeluarkan Jakarta.

Langkah ini dianggap tidak populis, namun patut diakui bahwa pemerintahan Keating sangat tergantung dengan rezim Pak Harto demi membuka pintu diplomatik dan ekonomi di Asia.

Keating membutuhkan dukungan Soeharto menjadikan APEC sebagai forum pemimpin regional utama, sebab Malaysia dianggap menghalangi pengaruh Australia di kawasan Asia. Sebagai imbalannya, Keating meningkatkan hubungan pertahanan, mengisi kekosongan yang ditinggalkan Kongres AS yang membatasi hubungan militer dengan Indonesia setelah pembantaian Dili. Sehingga, membatasi kekuatan militer Indonesia.

Pengaturan ini memuncak dalam penandatanganan perjanjian keamanan bersama dengan Indonesia pada tahun 1995, membuka jalan untuk latihan militer bersama.

Demikian lima pemimpin dunia yang bersahabat dengan Pak Harto dalam Sejarah Indonesia.

Merdeka

Sejarah Indonesia: Evolusi Kavaleri Indonesia Sang Macan dan Martabat Garuda

Bulan November 1945, sejarah Indonesia pernah mencatat: kala itu pasukan Inggris tengah gencar-gencarnya membombardir Surabaya. Gelegar bom, mortir serta rentetan suara senapan membakar seisi kota. Dengan dalih balas dendam atas tewasnya Jenderal AWS Mallaby, terselip niat Inggris untuk menjajah Indonesia. Namun arek-arek Suroboyo tak tinggal diam. Mereka merencanakan suatu penyerangan ke kedudukan pasukan Inggris di HBS Straat.

Di tengah sengitnya pertempuran, salah seorang pemuda pejuang bernama Soebiantoro yang memimpin pasukan 14 melihat satu unit tank tergeletak di sebuah bengkel. Dia beserta rekannya, yakni Ibnu Arli dan Sasmito, menghampiri tank Vickers peninggalan tentara Jepang. Kondisi mesin tank tersebut rusak. Senjata kaliber 12,7 mm yang menempel pun sudah tidak berfungsi. Oleh Soebiantoro, kendaraan tempur itu diperbaiki dan ternyata berhasil. Tank tersebut dikemudikan lantas dipakai untuk bertempur. Akhirnya bendera putih nampak berkibar di atas gedung HBS. Pasukan Inggris menyerah.Demikan sepenggal kisah penggunaan tank dalam pertempuran 10 November 1945 sesuai yang dikisahkan oleh pemuda Biantoro dan Ibnu Arli selaku saksi hidup dari panggung sejarah Indonesia.

Peristiwa itu kemudian mengilhami berdirinya Satuan Kavaleri di Indonesia. Dalam perjalanannya, Satuan Kavaleri telah terlibat berbagai operasi militer. Antara lain Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Penumpasan G 30 S/ Partai Komunis Indonesia dan Operasi Seroja di Timor Timur. Selain itu, Korps Baret Hitam juga turut dalam operasi militer selain perang. Misalnya membantu penanganan bencana dan kegiatan yang bersifat sosial lainnya. Seperti slogan satuan: “Berjaya di Masa Perang dan Berguna di Masa Damai.”

Kini genap 63 tahun Satuan Kavaleri mengabdi. Selama itu pula Korps Baret Hitam telah membuktikan eksistensinya menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Kita bersyukur di usia yang semakin matang Satuan Kavaleri TNI Angkatan Darat telah dan sedang membenahi diri menuju profesionalisme prajurit dan satuan,” kata Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Purwadi Mukson, S.IP.

Yang paling membanggakan, pada HUT ke-63 Kavaleri TNI AD bakal diperkuat Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 revolution. Sebagai kendaraan tempur berkelas dunia, Tank Leopard 2 RI menjadi senjata pamungkas dalam pertempuran darat. Harapannya “Sang Macan” mampu meningkatkan kredibilitas dan kesetaraan prajurit TNI AD dalam kancah pergaulan kerjasama militer dengan negara asing, khususnya ASEAN.

Pengadaan MBT sendiri telah melalui berbagai tahap pengkajian panjang dan mendalam. Berbagai faktor dipertimbangkan dengan matang dalam mendukung rencana pembelian Tank MBT tersebut. Mulai dari faktor ancaman – baik yang aktual maupun potensial, peta kekuatan militer negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia. Modernisasi kendaraan tempur juga menjadi efek penangkal (deterrent effect) dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) Indonesia dalam percaturan diplomasi internasional.

Kita tahu, selama puluhan tahun TNI hanya diperkuat tank ringan. Seperti AMX 13 buatan Prancis dan Scorpion made in Inggris. Padahal dalam dunia kemiliteran, tank ringan kurang diperhitungkan dalam gelar kekuatan. Apalagi usia kendaraan lapis baja tersebut rata-rata sudah uzur. “Ketika datang pertama kali tank tersebut dikemudikan seorang tentara berpangkat Letnan. Sampai Si Letnan itu pensiun tanknya masih saja dipakai,” ucap pria kelahiran Jakarta 53 tahun silam ini sambil tertawa. Akibatnya negeri jiran kerap memandang sebelah mata militer Indonesia.

Walhasil pengadaan alutsista Main Battle merupakan keniscayaan. Sebab negara tetangga telah memiliki MBT lebih dulu. Malaysia memiliki 48 buah MBT (PT91M) buatan Polandia dengan meriam kaliber 125 mm. Australia memiliki 59 M1A1SAs (MBT Abrams) yang dibeli dari Amerika Serikat pada tahun 2006, untuk menggantikan AS1 Leopard pada tahun 2007. Singapore yang hanya seluas Jakarta memiliki 66 MBT Leopard 2A4 sejak tahun 2008.

Pemilihan MBT Leopard 2 untuk memperkuat satuan kavaleri TNI AD sangatlah tepat. Betapa tidak, di dalamnya sarat akan asupan teknologi terkini.

Bentuknya sangat futuristik. Ketangguhan dan daya jelajahnya telah teruji di berbagai palagan, baik di gurun maupun perkotaan. Tank Leopard 2 cocok pula dengan kondisi tanah di Indonesia. Boleh dikatakan Leopard 2 RI adalah yang paling tangguh di kawasan Asia Tenggara.

Sebelum menjatuhkan pilihan kepada tank Leopard 2, sebenarnya TNI AD telah menjajal beberapa MBT. Yakni Tank Abrams M1A2 buatan Amerika, Tank Leclerc bikinan Prancis, Tank T 90 punya Rusia, MBT 2000 made in China dan Tank Oplot dari Ukraina.

Dari hasil kajian Pussenkav dengan mempertimbangkan bobot dan fasilitas pendukung, akhirnya terpilih Leopard 2 buatan Jerman.

tank leopard 2 yang dibeli indonesia, alutsista indonesia terbaru, militer indonesia

”Abrams memang telah teruji di berbagai pertempuran tapi bahan bakarnya avtur (bahan bakar pesawat terbang) yang harganya mahal.

Sedangkan Leopard 2 bisa diisi tiga jenis minyak. Bensin, solar, juga minyak tanah. Jadi biaya operasionalnya mudah dan murah,” papar mantan Wakil Komandan Pussenkav ini.

Awalnya pembelian tank tempur utama (MBT) Leopard 2 menimbulkan polemik. Menurut Brigjen Purwadi Mukson, hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi dengan berbagai pihak terkait rencana kebutuhan MBT bagi Satuan Kavaleri TNI AD. “Komunikasi terus kami laksanakan secara intensif de-ngan berbagai pihak, termasuk dilaksanakannya Seminar dan Sarasehan oleh Pussenkav Kodiklat TNI AD yang mengundang Perwira Kavaleri aktif dan Perwira Kavaleri yang sudah purnawirawan. Pada akhirnya polemik dapat dituntaskan dengan baik dan secara umum memahami bahwa kebutuhan MBT merupakan tuntutan kebutuhan pertahanan,” jelasnya.

Terlepas dari semua polemik yang berkembang, toh Main Battle Tank Leopard 2 resmi dibeli pada pertengahan bulan Desember 2012. Kontrak pembeliannya ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan RI dan Rheinmetall Landsystem selaku produsen dari Jerman. Tahun 2014 kendaraan tempur tersebut sebagian sudah datang ke Indonesia untuk memperkuat jajaran Satuan Kavaleri TNI AD.

Proses pengadaan Tank Leopard 2 melalui skema G to G (government to government). Artinya kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Federal Jerman.

“Kita beli ke Jerman langsung tanpa melalui makelar. Kalau lewat makelar senjata, biaya bisa membengkak. Dengan demikian kita menghemat anggaran negara milyaran rupiah,” tandas alumnus Akademi Militer tahun 1982 ini. Langkah TNI Angkatan Darat tersebut menjadi percontohan dalam pengadaan alutsista.

Pembelian pun disertai transfer teknologi dan pengetahuan karena Undang-Undang mensyaratkannya. Jadi Indonesia melalui PT. Pindad memiliki kewenangan untuk merawat dan meng-upgrade MBT Leopard 2. Ini adalah tonggak kebangkitan industri pertahanan nasional dan menjadi catatan sejarah Indonesia yang membanggakan. Harapannya, Indonesia akan mandiri dalam membuat alutsista. Bahkan menjadi produsen senjata terkemuka di dunia.

Sumber: http://blogmiliterindonesia.blogspot.com/