Militer Indonesia Tempatkan Kapal Perang dan Pesawat Tempur Sukhoi di Perbatasan Australia-RI

Militer Indonesia telah menempatkan kapal perang serta pesawat tempur Sukhoi di perbatasan Australia-RI. Hal ini dilakukan guna menghalau kemungkinan kapal Australia memasuki perairan Indonesia dalam rangka menghentikan para pencari suaka.

Sebelumnya, pemerintah Australia di Canberra mengaku jika kapal-kapal AL telah memasuki teritorial Indonesia ketika menghalau para pencari suaka.

Militer Indonesia Tempatkan Kapal Perang dan Pesawat Tempur Sukhoi di Perbatasan Australia-RI
Gambar pesawat sukhoi Su-27 | dok. Istimewa.

Demi menjaga kawasan perbatasan Indonesia, beberapa kapal perang Indonesia, empat radar, dan satu batalion pesawat Sukhoi pun disiagakan. Sebagaimana diungkapkan oleh jubir militer Indonesia kepada The Jakarta Post.

"Jika kami mengetahui ada pelanggaran perbatasan, pangkalan udara kami di Makassar akan siap," demikian Komodor Udara Hadi Tjahjanto mengatakan, "Australia bisa dijangkau dari sana." Diketahui, jika pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30 terparkir rapi di pangkalan udara Sultan Hasanuddin di Makassar.

Sementara itu, jubir Komandan AL Laksamana Pertama Untung Suropati mengungkapkan jika kapal-kapal perang yang disiagakan di kawasan perbatasan, ada beberapa tipe. Beberapa diantaranya, yaitu: fregat, kapal cepat torpedo, kapal cepat rudal, dan korvet.

"Semua kapal-kapal ini tengah... berpatroli..." kata Untung Suropati.

Atas pelanggaran perbatasan ini, pihak Australia sebenarnya sudah meminta maaf. Mereka menjanjikan bila hal itu takkan terjadi lagi. Hal ini tentu memanaskan kembali suhu perpolitikan kedua negara.

Sementara itu, pemerintah Australia telah meminta bantuan kepada Indonesia untuk menahan para pencari suaka -sebagian besar adalah orang-orang dari Timur Tengah serta Asia Tengah- yang coba masuk Australia lewat perairan Indonesia dengan kapal nelayan.

TNI AD Kembangkan Alutsista Indonesia Bersama LAPAN

Pada 21 Januari 2014, TNI AD menandatangani MoU (Nota Kesepahaman) dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk bersama-sama kembangkan alutsista buatan Indonesia, terutama untuk pengembangan pesawat tanpa awak serta missil roket Indonesia. Penandatangan tersebut dilakukan oleh KSAD Jenderal TNI Budiman serta Kepala LAPAN Bambang S Tejakusuma di aula serbaguna Mabes AD, Jl. Veteran, Jakarta Pusat.

Sebagaimana dilansir Investor.co.id, MoU tersebut dibuat terkait perjanjian kerja sama yang sudah dilakukan Direktorat Topografi Angkatan Darat bersama LAPAN tentang pemanfaatan iptek kedirgantaraan. Meski berfokus mengembangkan alutsista terbaru TNI, namun kerjasama ini tidak terbatas itu saja. KSAD Budiman mengutarakan, "Beberapa kemampuan LAPAN nantinya bakal kita manfaatkan untuk kepentingan TNI AD." Seperti teknologi penerbangan roket, satelit penginderaan jarak jauh, sains antariksa, sains atmosfir, dan teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) pesawat tanpa awak guna mengintai serta memonitor program pembangunan kekuatan militer Indonesia.

TNI AD Kembangkan Alutsista Indonesia Bersama LAPAN

Guna mendukung kerja sama ini, TNI AD menggelontorkan dana sebesar Rp 3,5 miliar. Menurut Budiman, apa yang dimiliki LAPAN juga bisa membantu TNI dalam tugas operasi non-militer, seperti SAR, penanggulangan bencana alam, dan sebagainya. Namun, tetap yang menjadi prioritas adalah pengembangan metode serta pembuatan prototipe. Untuk itu, LAPAN tetap bekerjasama dengan perusahaan yang bergerak dalam industri pertahanan.

"LAPAN tetap bekerja sama dengan industri untuk membangun kompetensi industri itu dalam melayani AD," jelas Budiman.

Di samping, membuat nota kesepahaman dengan TNI Angkatan Darat, LAPAN juga melakukan kerja sama dengan TNI AL. Ke depan, LAPAN juga sedang menyusun kerja sama dengan TNI AU.

Presiden SBY Pernah Sedih Waktu Gus Dur Tak Menunjuknya Jadi KSAD

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sempat sedih kala dirinya masih menjadi di TNI. Pasalnya, pada 1999, Presiden Abdurrahman Wahid a.k.a Gus Dur tak memilihnya sebagai KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Padahal, Panglima TNI sudah menggadang-gadang namanya...

"Dengan suatu pertimbangan tertentu dan masukan dari pihak-pihak tertentu, singkatnya Presiden tidak memilih saya jadi KSAD," demikian SBY menulis dalam bukunya yang berjudul SBY Selalu Ada Pilihan, sebagaimana mengutip dari laman Liputan6.com.

"Saya dan keluarga sungguh sedih, karena sebagai perwira lulusan Akademi Militer tentulah menjadi pucuk pemimpin Angkatan Darat adalah sebuah dambaan dan cita-cita besar," tukasnya lebih lanjut.

Presiden SBY pernah sedih waktu Gus Dur tak menunjuknya jadi KSAD

Walau sedih gara-gara tak dipilih jadi KSAD, Susilo Bambang Yudhoyono mengaku tak marah dan membuat jurang permusuhan antara dirinya dengan Gus Dur. Dia mengira semuanya merupakan takdir Tuhan. "Tidak pernah mengatakan Presiden saya bodoh serta salah."

Ketika dirinya menjadi Presiden, SBY mengerti bagaimana rasanya berposisi jadi pemimpin. Walau begitu, beliau mengaku tak bosan melakoni tugas serta pekerjaan sebagai presiden.

"Tetapi, soal 'kehilangan banyak teman', tampaknya seperti benar adanya," demikian SBY menutupnya dalam bagian 'Kemarahan "Calon" yang Tidak Jadi' itu.

Panglima TNI Bertandang ke Lanud Abd. Saleh untuk Melihat Pesawat Tempur Super Tucano

Pada 17 Januari 2014, Panglima TNI Jenderal Moeldoko bertandang ke Lanud Abdulrachman Saleh, setelah bertandang ke Universitas Brawijaya dan Muhammadiyah Malang. Kegiatan ini dilakukan dalam rangkaian pembukaan Parade Pangan Nusantara di Lapangan Rampal sehari sebelumnya.

Panglima TNI Bertandang ke Lanud Abd. Saleh untuk Melihat Pesawat Tempur Super Tucano

Mengutip dari Jurnas.com, dalam kesempatan ini, Panglima TNI juga melihat kesiapan para skadron Lanud Abd Saleh dan mendengarkan penjelasan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Pnb Toto Ginoto mengenai perkembangan pesawat tempur ringan Super Tucano. Saat di Lanud Abd Saleh, Jenderal Moeldoko didampingi Marsekal Pertama TNI Gutomo (Komandan Lanud) dan sejumlah pejabat Lanud Abd Saleh.

Tidak hanya mendengar penjelasan, Panglima juga naik pesawat Super Tucano untuk melihat suku cadang pesawat. Berikutnya, Jenderal Moeldoo dan rombongan bertandang ke Skadron Udara 32 untuk melihat kesiapan pesawat-pesawat Hercules. Di sini, juga Jenderal Moeldoko mendapat penjelasan dari Letkol Pnb Reza dan menjelaskan kondisi pesawat-pesawat yang menjadi tanggungannya.

Pengiriman Dua Mobil Ambulance dengan Pesawat Hercules C-130/H

Pada 15 Januari 2014, Komandan Lanud Sjamsudin Noor Letkol Pnb Esron S.B. Sinagar, S.Sos., menyambut kedatangan pesawat Hercules C-130/H, bersama Kadisops Lanud Sjamsudin Noor Mayor Lek Petrus Prihatin dan para pendukung Penerbangan.

Pengiriman Dua Mobil Ambulance dengan Pesawat Hercules C-130/H

Pesawat yang dipiloti Kapten Pnb Sandi bertolak dari Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Kedatangan pesawat Hercules tersebut guna mengangkut mobil ambulance pendukung kegiatan RS TNI AU Sjamsudin Noor.

Pesawat Hercules C-130/H tersebut akan melanjutkan perjalanan ke Lombok untuk membawa mobil ambulance ke RS Lanud Rembiga.

Lagi, Datang 2 Pesawat Tempur T50i Golden Eagle

Pada 9 Januari 2014, PT Korean Aerospace Industries (KAI) mengedrop lagi 2 pesawat tempur T50i Golden Eagle di Lanud Iswahjudi. Dua pesawat Korea ini masih kelanjutan dari pesanan Kemenhan RI untuk latihan tempur militer Indonesia, terutama di ranah udara.

Lagi, Datang 2 Pesawat Tempur T50i Golden Eagle

Pesawat yang diterbangkan oleh pilot-pilot asal Korea ini disambut kedatangannya oleh Kepala Dinas Operasi Kolonel Pnb Djoko Hadi Purwanto, di Shelter Skadron Udara 15. Sehingga, saat ini, sudah ada 14 pesawat T50i Golden Eagle yang terparkir di hanggar Skadron Udara 15. Dimana, terdiri dari 8 pesawat aerobatic berwarna biru garis kuning menyala dan 6 pesawat berwarna biru loreng. [Lanud Iswajudi]