[Kisah Nyata] Serangan Udara Jepang yang Mengawali Taktik "Kamikaze"

Menurut istilahnya, "Kamikaze" berasal dari nama angin topan yang disebut-sebut dalam cerita legenda telah menyelamatkan Jepang dari invasi Mongol tahun 1281. Namun, sejak Perang Dunia II, istilah ini makin meluas penggunaannya untuk makna serangan bunuh diri. Nah, tahukah kisah nyata dibalik penyebutan "kamikaze" ini? Berikut ini merupakan sejarah Perang Dunia II dari kamikaze.

***

Saat tentara AS di bawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur melancarkan serangan balasan terhadap tentara Jepang, yang memakai "taktik lompatan katak" (frog jumping), prioritas utama adalah merebut Filipina. Tanpa diduga rencana serbuan balasan itu ternyata menginspirasi Jepang untuk membentuk pilot-pilot berani mati, "Kamikaze".

[Kisah Nyata] Serangan Udara Jepang yang Mengawali Taktik "Kamikaze"

Sebelum jatuh ke tangan Jepang pada bulan November 1941, McArthur dan pasukannya bermarkas di Filipina. Tapi begitu Filipina jatuh ke tangan pasukan Jepang, McArthur yang merasa sangat terpukul kemudian melarikan diri ke Australia untuk menyusun pasukan guna melancarkan serangan balasan. Setelah semua kekuatan tempur tersedia, McArthur pun siap mengambil alih lagi Filipina dari tangan pasukan Jepang sekaligus memenuhi janjinya yang tersohor sebelum meninggalkan Philipina, I shall return (Saya akan kembali).

Untuk menyerbu Filipina, pasukan McArthur harus terlebih dahulu melumpuhkan kekuatan tempur pasukan Jepang yang berpangkalan di Biak, Papua. Sebagai pangkalan militer Jepang untuk mempertahankan kawasan Asia Pasifik, kekuatan tempur Jepang di Biak terdiri dari sejumlah kapal perang, pesawat-pesawat tempur di tiga airstrip, dan lebih dari 11.000 personel pasukan yang terwadahi dalam satuan 2nd Area Army dan 7th Air Division. Pasukan Jepang di Papua berada di bawah komando Southern Area Army, Jenderal Juichi Terauchi, yang bermarkas di Jeffman, Sorong. Sebagai pasukan tempur yang bertarung demi membela kehormatan Kaisar Jepang, seluruh pasukan Jepang diperintahkan bertempur hingga mati.

Bombardemen

Kekuatan tempur Jepang di Biak perlu dilumpuhkan dan dikuasai terlebih dahulu oleh pasukan Sekutu, karena sebagai pulau yang paling terdekat dengan Filipina, pesawat-pesawat tempur Jepang yang berpangkalan di Biak akan menjadi ancaman serius. Selain itu, jika pangkalan Biak dapat dikuasai Sekutu , pangkalan militer yang berhasil direbut bisa digunakan untuk mendukung serbuan pasukan Sekutu merebut kembali Filipina. Tapi untuk merebut Biak bukan merupakan hal mudah bagi Sekutu. Selain didukung oleh pasukan tempur berani mati, kekuatan tempur pasukan Jepang di Biak juga dilindungi kekuatan tempur Jepang yang berada di Halmahera (Maluku) dan Papua Nugini.

Untuk melumpuhkan kekuatan tempur Jepang di Biak, Sekutu mengerahkan kapal-kapal perang dari Armada Ke-7 AS yang saat itu berpangkalan di Australia. Tugas kapal-kapal perang itu adalah berlayar hingga jarak 900 mil dari Biak dan kemudian melancarkan serangan bombardemen menggunakan meriam-meriam kapal perang. Tugas membumihanguskan pangkalan militer Jepang di Biak berlangsung sekitar satu bulan dan puluhan kapal-kapal perang Sekutu yang sedang melancarkan gempuran dilindungi oleh pesawat-pesawat tempur P-47 Thunderbolt yang terbang dari Australia.

Salah satu kapal perang AS yang dikerahkan untuk membumihanguskan Biak adalah kapal perang antikapal selam, submarine chaser 699 (SC-699). Sebagai kapal perang SC-699 merupakan kapal yang ringkih karena bahan-bahan untuk membuatnya berasal dari kayu. Sebanyak 580 unit kapal antikapal selam sejenis dibangun oleh AL AS dan mulai turun ke medan tempur PD II sejak 1942. Dengan panjang badan 110 kaki dan lebar 17 kaki, SC-699 juga dikenal sebagai kapal yang tipis dan diawaki oleh 27 pelaut. Senjata yang dimiliki oleh kapal perang antikapal selam itu antara lain meriam kaliber 40mm, senapan mesin kembar kaliber .50, sejumlah bom laut dalam, dan roket Mk 20 Moustrap. Sesuai rencana gempuran ke Biak oleh Sekutu menggunakan kapal perang dimulai pada pukul 06.00 tanggal 25 Mei 1944.

Untuk menghadapi gempuran Sekutu, Jepang semula akan mengerahkan kapal-kapal perang yang berpangkalan di Halmahera. Tapi pengerahan kapal-kapal perang yang akan dilakukan pada 26 Mei itu ditunda dan semua kapal perang hanya diperintahkan siaga. Jepang memilih membalas serangan Sekutu ke Biak menggunakan sejumlah pesawat tempur yang berpangkalan di Sorong dan Papua Nugini.

Pesawat tempur Jepang yang dikerahkan dari Sorong terdiri dari dua Mitsubishi A6M Zero dan tujuh Nakajima Ki-43 Oscar di bawah komando Vice Admiral Yoshiaki Itoh yang juga komandan 23rd Air Flotila. Sementara pesawat-pesawat tempur yang dikerahkan dari Papua Nugini terdiri dari empat Kawasaki Ki-45 yang bertugas melakukan pengawalan sejak penerbangan dari Sorong. Keempat pesawat Ki-45 itu berasal dari 5th Hiko Sentai (Air Regiment) di bawah komandan Mayor Katsushige Takada. Untuk menambah daya pukul, Mayor Takada juga mengajak rekannya yang dikenal jago terbang, Kapten Yasuhide Baba.

Pada 27 Mei pukul 06.30, kapal-kapal perang Sekutu, khususnya kapal penjelajah dan perusak, mulai melancarkan bombardemen ke arah Biak. Sedangkan kapal SC-699 yang berada sekitar 2.000 yard dari kapal-kapal perang tersebut bertugas melaksanakan patroli pantai, khususnya menghadang kapal-kapal selam Jepang yang dikhawatirkan akan mendekat.

Sekitar pukul 14.00 siang, pesawat-pesawat tempur Jepang yang telah berkumpul di pangakalan udara Jeffman, Sorong dan dipimpin oleh Mayor Takada, mulai memanaskan mesin dan siap melancarkan serangan balasan. Tapi serangan udara untuk menghantam kapal-kapal perang Sekutu di Biak ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Pesawat jenis Zero dan Nakajima tidak cocok lagi untuk menggempur kapal-kapal perang dan yang bisa digunakan hanya Kawasaki. Memasuki tahun 1944 Jepang memang sudah kekurangan pesawat dan pilot. Takada lalu memerintahkan empat pesawat Kawasaki melancarkan serangan ke kapal-kapal perang Sekutu di pantai Biak. Setelah melaksanakan missi serangan udara, semua pesawat sudah harus kembali ke Sorong sebelum matahari terbenam. Serangan udara itu dipimpin langsung oleh Mayor Takada sendiri.

Serangan Udara

Empat pesawat Kawasaki satu persatu terbang dari pangkalan udara Jepang, Sorong, dan setelah melintasi Pulau Numfor, keempat Kawasaki sempat memergoki sejumlah P-47 Thunderbolt yang sedang terbang patroli. Keempat Kawasaki segera menyelinap di balik awan dan lolos dari pengamatan para penerbang P-47. Ketika terbang di atas Selat Yapen, Biak keempat Kawasaki melihat 14 kapal perang Sekutu sedang sibuk membombardir pangkalan militer Jepang di Biak. (A Winardi)

Kekuatan Alutsista TNI 2014 Tidak Bisa Dianggap Remeh!

Pada 23 Februari 2014, diberitakan bahwa kekuatan alutsista terbaru TNI terus bertambah dan mulai harus diperhitungkan oleh negara-negara lain, terutama Asia Tenggara. Hal ini disampaikan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro belum lama ini. "Renstra pertama (2010-2014), kekuatan TNI yang terkuat di Asia Tenggara lantaran pengadaan alutsista oleh pemerintah yang melengkapi TNI AL, TNI AU, dan TNI AD dengan senjata dan peralatan baru," tukas Purnomo.

Contohnya, kekuatan TNI Angkatan Udara akan terus meningkat. Bahkan, ada 102 alat utama sistem senjata baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014, seperti pesawat tempur F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.

Kekuatan Alutsista TNI 2014 Tidak Bisa Dianggap Remeh!

"Pada 2014 ini, sejumlah pesawat tempur yang telah dipesan akan berdatangan dan semakin memperkuat TNI AU," tukas Menhan, ketika acara serah-terima pesawat tempur T-50i di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dalam pandangannya, ke-16 unit pesawat tempur ringan bermesin jet T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan itu juga menambah kekuatan alutsista TNI AU.

Pesawat tempur T-50i yang dibeli Pemerintah Indonesia dengan nilai kontrak sebesar 400 juta Dollar Amerika ini akan digunakan sebagai pesawat pengganti Hawk MK-53 yang menjadi bagian dari Skuadron Udara 15, Lanud Iswahyudi Madiun, di bawah Komando Operasi AU-II. "Pesawat ini akan meningkatkan peran TNI dalam mengemban tugas yang lebih besar dalam menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa mendatang," kata Purnomo.

Pesawat T-50i adalah pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea Selatan dan dikembangkan oleh Korean Aerospace Industry dengan bantuan Lockheed Martin. Pesawat ini mampu ditempatkan digaris depan sebagai Light Fighter yang dilengkapi dengan peralatan tempur. (Missile Guided/Unguided, Rocked, Bomb, Canon 20 mm serta radar. "Dengan kehadiran pesawat T-50i tersebut, maka status pembangunan kekuatan matra udara pada renstra 2010-2014 dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata baru, yaitu skadron pesawat tempur strategis Sukhoi telah lengkap sebanyak 16 unit," ujarnya.

Selain itu, lanjut Menhan, tahun ini akan datang pesawat tempur F-16 setara Blok 52 buatan Amerika Serikat sebanyak 24 unit. Sampai awal semester II tahun 2014 akan hadir 16 pesawat tempur Super Tucano untuk melengkapi 1 skadron dalam rangka mendukung operasi pengamanan dalam negeri. Di samping itu, juga akan segera tiba UAV (pesawat terbang tanpa awak) untuk mengisi skadron UAV dalam rangka memperkuat operasi pemantauan perbatasan yang dipusatkan di Lanud Supadio Pontianak.

Menhan juga mengungkapkan, untuk pesawat angkut sedang, secara berurutan telah tiba di Indonesia sebagian besar dari 9 unit pesawat CN-295 yang merupakan hasil kerjasama produksi antara PT DI dengan Airbus Military dan rencananya akan menjadi 1 skadron CN-295, dan 2 unit CN-235 serta 1 unit Casa-212 untuk angkut ringan. Dalam rangka mendukung kegiatan airlif dan OMSP, telah dilakukan penambahan kekuatan sebanyak 9 unit pesawat angkut berat Hercules C-130H yang sudah mulai tiba secara bertahap.

TNI AU juga telah menerima dan mengoperasikan pesawat latih lanjut KT-1B Wong Be buatan Korea Selatan yang digunakan oleh Tim Aerobatik TNI AU, Jupiter sebanyak 1 skadron. Selain itu, peremajaan pesawat-pesawat latih TNI AU telah dilakukan dengan mengganti pesawat latih T-34 C dan AS-202 Bravo yang sudah berusia sekitar 30 tahun dengan pesawat latih generasi baru yaitu Grob G-120 TP buatan Jerman sebanyak 18 unit yang direncananya akan menjadi 24 unit. Menhan menambahkan, untuk rotary wing, telah ditambah beberapa jenis Helikopter yaitu Helly Super Puma NAS-332 sebanyak 3 unit dan Helly Full Combat SAR EC-725 Caugar dari Euro Copter sebanyak 6 unit.

Sedangkan untuk pertahanan udara nasional, telah diperkuat dengan pengadaan PSU (Penangkis Serangan Udara) sebanyak 3 batere/6 firing unit buatan Rainmetall Air Defence Switserland untuk satuan-satuan di Korps Paskhas TNI AU 7 unit radar canggih yang telah dan akan dipasang di beberapa lokasi antara lain Merauke, Saumlaki, Timika dan Morotai. Khusus TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014.

Demikian pula dengan Meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. Masih dari TNI-AD, rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.

Sementara itu untuk matra laut, terdapat Upgrade Kapal perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci, pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses uji terima. Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak 5 unit, dimana 2 unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.

Target MEF 42 PERSEN

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menargetkan tahun 2014 ini kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) pada rencana strategis I dapat mencapai 40-42 persen. "MEF pada 2013 telah lampaui target 28,7 persen. Pada 2014 diharapkan mencapai 40-42 persen," kata Panglima TNI, selepas membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.

Masyarakat Indonesia bisa melihat sendiri bagaimana kekuatan alutsista TNI 2014 ini, diantaranya adalah sejumlah Alutsista yang akan datang pada tahun ini untuk memperkuat matra darat, laut dan udara. Kementerian Pertahanan optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal dapat dilakukan pada 2019 atau lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan pada 2024. Pada awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019).

Pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan itu merupakan sebuah terobosan dan keberhasilan berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan. Anggaran pertahanan pada 2013 mencapai Rp 77 Triliun, namun pada 2014 ini meningkat menjadi Rp 83,4 Triliun.

Transformasi TNI AD

TNI Angkatan Darat (AD) akan lebih memfokuskan diri untuk melakukan transformasi organisasi pada 2014 ini guna menghadapi rencana strategis II periode 2015-2019. "Transformasi ini akan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis yang mungkin dihadapi Indonesia pada lima hingga sepuluh tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar TNI AD semakin profesional dan mampu menjawab tuntutan dan perkembangan jaman," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Budiman usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) 2014 TNI AD, di Markas Besar TNI AD, Jakarta.

Pertambahan alutsista membuat TNI AD harus segera mendesain ulang organisasi. Jika dulu TNI AD hanya memiliki meriam 105 mm yang jarak ledaknya hanya 12 kilometer, saat ini sudah memiliki meriam 155 mm dengan daya jangkau 42 kilometer. TNI AD juga sudah memiliki Multilauncher Rocket System (MLRS) dengan daya jangkau hingga 100 kilometer. "Kita juga punya tank (Leopard) yang kapabilitasnya luar biasa," ujarnya.

Ada pula penangkis serangan udara yang kemungkinan perkenaannya mencapai 96 persen. Semua itu bisa didapat walaupun anggaran belanja pertahanan Indonesia masih kurang dari satu persen GDP. "Bahkan, kita sudah bisa membuat beberapa alutsista sendiri," ucapnya.

Sumber:
Antara

EC-725 Cougar, Alutsita Indonesia Terbaru untuk Squadron Helikopter Baru TNI AU

Pada 23 Februari 2014, diberitakan bahwa TNI Angkatan Udara menambah satuannya (skuadron), yakni Skuadron 9. Ini merupakan upaya TNI AU untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam menjaga pertahanan Tanah Air, baik melalui pelatihan rutin maupun pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) terbaru.

Nantinya, menurut rencana, Skuadron 9 (skad) akan ditempatkan di Subang/Kalijati, Jawa Barat untuk tugas SARPUR (Safe and Resque Tempur). Alutsista terbaru Indonesia yang dipilih untuk mengisi skuadron ini adalah 16 helikopter canggih EC-725 Cougar asal Eurocopter.

"Skad 9 adalah skad baru yang berkedudukan di Lanud SDM Subang/kalijati dengan kekuatan 16 pesawat cougar full combat," kata Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, Kadispen TNI AU, sebagaimana dikutip Liputan6.com.

Pihak TNI AU sudah menandatangani pembelian 6 unit dengan Eurocopter lewat PT. Dirgantara Indonesia sejak Maret 2012. Helikopter ini dijadwalkan akan menjadi alutsista Indonesia tahun 2014. Sedangkan, 10 unit sisanya baru akan dipesan tahun 2015 ini.

"Rencana menjadi kekuatan squadron udara 9 lanud SDM, akan tiba secara bertahap pada tahun 2015 dengan kekuatan satu squadron," kata Hadi Tjahjanto lebih lanjut.

EC-725 Cougar, Alutsita Indonesia Terbaru untuk Squadron Helikopter Baru TNI AU

EC-725 Cougar atau super Cougar merupakan helikopter transportasi jarak jauh yang bisa memuat 29 penumpang beserta 2 crew. Heli multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti LCD multi fungsi 6"x8" pada cockpit, terintegrasi dengan peta digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dan lain-lain.

EC-725 Cougar menggunakan mesin ganda yaitu 2x Tubomeca Makila 1A4 tuboshafts dengan kecepatan maksimum 324 km/jam (175 kts) dan dapat mengudara selama 6 jam lebih. Selain Indonesia, negara-negara yang telah menggunakan EC-725 Cougar adalah Perancis, Brazil, dan Malaysia.

Helikopter canggih ini bisa juga dipersenjatai dengan gun pod dan roket pod. Untuk melindungi diri, terdapat pelapis baja untuk pilot dan co-pilot dan juga senjata berkaliber 7.62 mm atau 12.7 mm.

Pemilihan EC-725 Cougar karena selama ini TNI AU telah terbiasa menggunakan produk dari Eurocopter. Selain itu, spesifikasinya sudah sangat memenuhi syarat TNi AU.

"Karena kita sudah terbiasa dengan produk Perancis. Dan ini merupakan kerjasama PT DI dengan Eurocopter. Spek untuk combat SAR sudah terpenuhi," pungkas Hadi.

Lanud Adisucipto Menerima Empat Pesawat Latih

Pada 20 Februari 2014 dikabarkan jika tim akrobatik udara TNI AU Jupiter Aerobatic Team (JAT), tiba kembali di home base Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto. Delapan pesawat KT-01 Wong Bee ini selanjutnya akan menempati shelter Wingdik di Skadik 102.

Kedatangan JAT ke Lanud ini merupakan pertama kali sejak mengikuti ajang Singapore Airshow 2014, yang berlangsung di Bandara Changi 11 hingga 16 Februari. Dan mengisi acara Gebyar Dirgantara tanggal 18 Februari 2014 di Palembang.

Lanud Adisucipto Menerima Empat Pesawat Latih

Pesawat ini sempat tertahan beberapa hari di pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma. Hal ini dikarenakan guyuran abu yang mendera DI Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Kedatangan pesawat yang didominasi warna merah putih yang dipimpin oleh Kol Pnb Wahyu Anggono, SE. Serta Flight Leader adalah Mayor Pnb Ferry Yunaldi ini, disambut oleh Komandan Wingdik Terbang Kol Pnb Ir Bob H Panggabean.

Selain kedatangan tim akrobatik kebanggaan Indonesia, Lanud Adisutjipto juga menerima empat unit pesawat latih jenis Grob G120TP-A. Pesawat buatan Jerman ini merupakan upaya untuk modernisasi Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AU. Direncanakan, Angkatan Udara akan memunyai 18 pesawat berjenis Grob.

18 pesawat ini diserahkan secara bertahap oleh Kementerian Pertahanan RI. Pada 2013 silam, telah diserahkan 10 armada Grob. Penyerahan ini dimaksudkan untuk menggantikan pesawat latih yang lama.

Sementara ini di Skadik 102 Lanud Adisutjipto, telah memiliki 14 pesawat Grob. Empat sisanya akan diterbangkan dari Lanud Halim tanggal 21 Februari 2014.

Sumber:
Tribunnews

KRI Banjarmasin 592 Angkut Tujuh Alutsista Buatan Banyuwangi

Pada 7 Februari 2014, KRI Banjarmasin 592 berlabuh di Dermaga Tanjung Wangi, Kec. Kalipuro, Kab. Banyuwangi. Kapal kebanggaan produksi dalam negeri itu berlabuh di Banyuwangi untuk mengangkut 4 unit kapal jenis Combat Boat Catamaran dan 3 unit speed boat yang dipesan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut lewat PT Lundin Industry Invest di Banyuwangi.

Tujuh alat utama sistem senjata (alutsista) itu akan didistribusikan ke sejumlah perairan di wilayah barat Indonesia.

Perwira Pelaksana (Palaksa) KRI Banjarmasin 592 Mayor (P) Mohammad Nizarudin di geladak E (bridge deck) menguraikan, ketujuh alutsista terbaru TNI ini akan dikirim ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjung Balai Asahan di Sumatera Utara, Lanal Ranai di Kepulauan Riau, kepulauan Natuna dan Lanal Tarempa di Batam dan sejumlah perairan di Kepulauan Natuna.

KRI Banjarmasin 592 Angkut Tujuh Alutsista Buatan Banyuwangi

"Untuk didistribusikan ke pulau-pulau luar bagian barat, memperkuat keamanan wilayah laut," jelas Nizarudin.

Setelah menyelesaikan tugas mendistribusikan alutsista, sambung Mayor Nizar, KRI Banjarmasin 592 dengan ABK 145 orang itu juga mempunyai misi lain. Yaitu untuk mengikuti Komodo Multilateral Exercise di perairan Kepulauan Riau yang digelar Maret hingga April 2014 mendatang.

"Selepas pendistribusian alutsista selesai, kami mengikuti pelatihan komodo juga," tutupnya.

Sementara itu, Pendiri PT Lundin Industry Invest Lizza Lundin saat dikonfirmasi detikcom menolak memberikan keterangan lebih lanjut perihal pemesanan alutsista TNI AL tersebut. Kepada detikcom, Lizza hanya meninggalkan pesan singkat yang menunjukkan bahwa dirinya sedang berada di luar kota untuk kepentingan bisnisnya.

"Maaf, saya lagi di Jakarta ada rapat, lewat sms saja," pesannya.

Saat detikcom bertandang ke lokasi perusahaannya yang berlokasi di Jalan Lundin 1, Kelurahan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, detikcom juga belum berhasil mendapatkan keterangan.

Namun, informasi yang berhasil di himpun di lapangan, saat ini PT Lundin memiliki 16 produk kapal dengan kategori kapal militer, komersial, rekreasi dan kepentingan SAR. Perusahaan yang telah memiliki cabang di Singapura ini memberi nama North Sea Boats pada semua produk buatannya.

Hasil produksi kapal yang didirikan pada 2011 lalu itu ternyata banyak diminati di luar negeri. Semisal kapal rekreasi yang dikirim ke Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong, Australia, Dubai, hingga Eropa.

Selain bermitra dengan TNI AL, PT Lundin yang telah mengantongi ISO 9001-2008 itu juga telah menjalin kerjasama dengan Badan Koordinasi Keamanan Laut, Badan SAR Nasional, serta berbagai organisasi konservasi. Selain pasar dalam negeri, kapal militer buatan PT Lundin juga dipercaya memperkuat alutsista Australia, Belanda, Hongkong, Kamboja, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Swedia, dan Arab Saudi.

Sumber:
Detik

Ada Kemungkinan Timor Leste Membeli Alutsista Indonesia

Pada 10 Februari 2014, Xanana Gusmao selaku Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Timor Leste tidak pungkiri bila negaranya akan membeli alutsista Indonesia. "Ya, mungkin senjata, mungkin amunisi. Kenapa tidak? Kita, kan, tetangga. Kalau boleh dibilang, kita bahkan bersahabat," jelas Xanana di Kemenhan.


Mengutip Solopos, Xanana berharap untuk bisa membangun kekuatan militer untuk mempertahankan wilayah Timor Leste. Karena itu, pembelian alutsista didasari oleh harapan Xanana tersebut. “Kita membeli apa yang kita butuhkan untuk membangun kemampuan angkatan darat kami,” imbuh Xanana.

Xanana Gusmao menyambangi Kemenhan Indonesia sebagai bentuk tindak lanjut dari memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani kedua pihak tahun 2012 silam di Dili. Dalam pertemuan bilateral ini, Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dan Xanana Gusmao membahas mengenai kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan, kerjasama militer angkatan darat, laut, dan udara, serta kerja sama industri militer.