Produksi Alutsista Indonesia Harus Ditingkatkan Biar TNI Lebih Mandiri

Pada 10 November 2014, Ryamizard Ryacudu melakukan kunjungan ke PT Pindad. Ia mengapresiasi kinerja perusahaan pemroduksi alutsista Indonesia yang terus meningkat. “Saya melihat banyak kemajuan, sangat pesat. Tapi apa yang sudah dicapai, harus dilanjutkan,” ujarnya, seperti Blog Militer Indonesia kutip dari Okezone (10/11).

Menhan meminta produksi alutsista Indonesia terus digenjot untuk lebih memandirikan TNI.
Foto: Tri Ispantoro/Okezone.

Ryamizard berharap PT Pindad terus meningkatkan produksi guna menyokong visi-misi TNI lebih mandiri. Dalam pandangannya, tingkat kemandirian TNI belumlah mencapai angka 100 persen. “Untuk mencapai 100 persen, mungkin bisa satu sampai dua tahun ke depan, sekarang bertahap dulu,” jelasnya.

Karena itu, demi mendukung visi-misi itu, pihaknya berencana mengajukan penambahan anggaran pada Presiden Jokowi. “Pak Joko Widodo juga memperhatikan ketahanan, untuk pengajuan anggaran, nanti akan diajukan kalau memang diperlukan ada penambahan, kita harapkan bisa diberi,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Letjen Gatot Nurmantyo selaku Kastaf AD bahwa kemandirian TNI baru akan tercapai tiga tahun ke depan. Karena itu, ia juga berharap PT Pindad Untuk itu, Gatot sangat berharap agar PT Pindad sanggup bersaing dengan perusahaan pertahanan lainnya supaya dapat memenuhi kebutuhan alusita TNI.

Biar Alutsista Tak Ketinggalan, Militer Indonesia Akan Impor Senjata Tercanggih

Pada 5 November 2014, Jenderal TNI Moeldoko selaku Panglima TNI menyatakan takkan menutup kemungkinan bagi pihaknya untuk mengadakan impor senjata tercanggih. Tujuannya supaya teknologi persenjataan militer Indonesia tak ketinggalan negara lain.

Moeldoko memberi contoh bahwa pihak TNI telah berencana membeli pesawat tempur baru unttuk menggantikan F5 Tiger. Beberapa produsen pesawat, seperti Gripen, Sukhoi, dan F16, telah masuk daftar kandidat pengganti F5 Tiger. Pembelian ini dinilai perlu sebab TNI harus menjaga kualitas teknologi persenjataan dengan negara-negara lain. “Jika tidak, kami akan ketinggalan...” kata Moeldoko yang Blog Militer Indonesia kutip dari Republika (5/11) di pameran Indo Defence Expo 2014.

Jenderal TNI Moeldoko mengatakan bahwa militer Indonesia akan impor senjata tercanggih.

Walau demikian, Panglima TNI ini menegaskan bahwa TNI tetap akan memprioritaskan untuk membeli produk-produk buatan dalam negeri untuk melengkapi kebutuhan alutsista yang ada. Salah satunya adalah pembelian senjata tercanggih.

Ketentuan ini sesuai dengan aturan perundang-undangan tentang industri pertahanan, yaitu UU No. 16 tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut, TNI/Polri diwajibkan membeli senjata dari industri lokal. Bila teknologi lokal belum memadai, baru diizinkan mengimpor senjata dengan ketentuan transfer of tecnology (TOT).

''Produk-produk lokal itu bisa membackup kebutuhan alutsista. Sehingga kalau kami beli produk dari luar, terjadinya transfer teknologi. Nantinya industri pertahanan bisa memproduksi sendiri 100 persen,'' pungkasnya.

Modernisasi Alutsista TNI AL Prioritas!

Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) akan diprioritaskan untuk TNI AL. Hal itu sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah Kabinet Kerja yang berencana membangun tol laut. Presiden Jokowi telah meminta secara khusus kepada Menhan untuk memaksimalkan pengamanan seluruh alur perairan di kepulauan Indonesia.

Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa modernisasi alutsista TNI AL menjadi prioritas
Menhan Ryamizard Ryacudu - VOA.

Karena itulah, modernisasi alutsista TNI AL menjadi prioritas untuk sekarang ini. ''Kami akan lihat, tapi untuk sementara ke laut, karena Pak Jokowi kan konsepnya ke laut,'' ujar Ryamizard, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Republika (10/11).

Pada 2015, ada tujuh Kementerian Negara dan Lembaga yang akan memperoleh dana alokasi dari APBN besar – lebih dari 40 triliun Rupiah. Salah satunya adalah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), yang setidaknya akan mendapat gelontoran dana sebesar 95 triliun Rupiah.

Alokasi dana ini akan dipakai untuk melanjutkan pemenuhan kekuatan dasar yang diperlukan (Minimum Essential Forces/MEF), meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan melalui peningkatan peran industri pertahanan dalam negeri, baik produksi alutsista maupun pemeliharaannya.

Prasetyo Hadi, Personel TNI AD Jadi Wasit Pertandingan Final ISL

Ada yang menarik dalam pertandingan final Indonesia Super League (ISL) 2014 antara Persib melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang. Apa itu? Salah seorang personel TNI AD, yakni Prasetyo Hadi, memimpin jalannya pertandingan.

Prasetyo Hadi, personel TNI AD yang juga berprofesi sebagai wasit ISL.

Ia ditahbiskan sebagai wasit terbaik asal Surabaya di LSI bulan Juni kemarin, yang kerap memimpin laga-laga penting. Diketahui pangkat Prasetyo Hadi di TNI Angkatan Darat, Kodam V/Brawijaya adalah Pelda (Pembantu Letnan Dua).

Kapal Perang Indonesia Siap Diekspor ke Filipina

Pada 6 November 2014, Turitan Indaryo, Kepala Project SSV, menyatakan kapal perang Indonesia siap diekspor ke Filipina. Membuktikan industri alat pertahanan dalam negeri makin maju serta diakui di kancah internasional.

"Kita ekspor ke Filipina 2 unit. Jenisnya kapal SSV (strategic sealift vessel). Ini kebanggaan karena ini pertama Indonesia mengekspor kapal perang," ujarnya di booth PT PAL dalam acara Indo Defence 2014 Expo & Forum di JIE Kemayoran, Jakpus.

Kapal yang sudah masuk dalam proses desain ini, menurut Turitan, merupakan pengembangan dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang berfungsi sebagai kapal pengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. Indonesia memiliki 4 kapal LPD, di mana 2 di antaranya diproduksi PT PAL.

Menurut Turitan, Filipina membeli 2 kapal SSV seharga sekitar hampir Rp 1 triliun. Kapal ini disebutnya sangat cocok digunakan di negara-negara kepulauan. Senjata yang akan disematkan pada kapal ini salah satunya adalah meriam kaliber 76 mm. "SSV bisa menampung 120 kru, dan 500 pasukan tentara. Start produksi Januari 2015, sekarang masih desain. Intinya PT PAL bisa bangun sesuai dengan harapan yang diminta. Faktanya kita bisa," kata Turitan.

Tak hanya siap mengekspor kapal perang, PT PAL juga tengah mempersiapkan membangun kapal selam sendiri. Kemenhan saat ini memang sedang membeli 3 kapal selam di mana 2 dibeli di Korea Selatan, dan 1 akan dibuat oleh PT PAL di Dermaga Ujung Surabaya, Jatim.

"Kita lagi transfer teknologi dan persiapan fasilitas. Ada 206 orang dari tim kita baik bagian produksi, teknisi dan manajemen yang dikirim ke Korsel untuk transfer teknologi," ungkap Humas PT PAL, Bayu Witjaksono di lokasi yang sama.

Menurut Bayu, setelah 2 kapal selam yang dibangun di Korsel selesai, PT PAL pun bisa segera membangun 1 kapal selam yang dimaksud. "Tahun depan kita bangun fasilitas pembuatan kapal selam, harapannya kapal kesatu dan kedua selesai, kapal ketiga langsung dibangun di sini. Yang paling crusial adalah kemandiran untuk buat alutsista sendiri," tutup Bayu.

Beli Pesawat Tempur, Onderdil Harus Buatan Indonesia

Pada 7 November, mengutip dari Antara, Budi Santoso selaku Dirut PTDI mengungkapkan jika militer Indonesia mau mengadakan pembelian pesawat tempur dari luar negeri, maka akan ada syarat khususnya. “Jika mau menjual pesawat ke Indonesia, maka jangan menjual unitnya saja,” ujarnya, di Jakarta, “Rakitnya juga harus di Indonesia juga.”

India merupakan negara Asia yang sanggup menekan pabrikan. Dengan demikian komponen serta perakitannya dilakukan oleh mereka sendiri. Seperti diketahui, negeri Taj Mahal berada itu pernah membeli 178 unit Dassault Rafale dari perusahaan Dassault Aviation asal Perancis. Mereka bahkan cuma mengimpor 28 pesawat utuh dan sisanya dirakit di India. Namun di balik itu, tradisi manufaktur produk teknologi tinggi dan tradisi kedirgantaraan India sudah berjalan lama secara berkesinambungan dan diakui dunia. India juga memiliki pabrikan-pabrikan pesawat terbang dan komponen pesawat terbang di negaranya.

Menurut Santoso, dengan proses perakitan di Indonesia maka peluang mempelajari teknologi pesawat dapat dilakukan secara baik, sehingga mampu mematangkan kemandirian pertahanan Indonesia. Juga untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan pesawat tempur itu. "Pokoknya buat pabrik perakitannya di Indonesia, di manapun silahkan. Tidak harus di PT DI," kata Santoso, menjelaskan.

DIrut PTDI syaratkan milter Indonesia jika mau beli pesawat tempur harus pakai onderdil buatan dalam negeri.

Indonesia tengah menentukan calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU, yang telah hadir sejak dasawarsa '80-an. Sejauh ini, tiga besar calon pengganti telah masuk daftar untuk di-"peras" lagi menjadi hanya satu kandidat. Ketiga pesawat tempur itu adalah Sukhoi Su-35 Flanker (Rusia/Rosoboronexport), JAS-39 Gripen (SAAB/Swedia), dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon (General Dynamics/Amerika Serikat).

Sebelumnya, McDonnel-Douglas F-18 Hornet (Amerika Serikat) dan Dassault Rafale (Dassault Aviation/Prancis) juga masuk dalam daftar awal itu. Belakangan, Eurofighter Typhoon dari konsorsium Eurofighter (Jerman, Italia, Inggris, dan Spanyol), mencoba peruntungan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu. Tim pemasaran dan teknis didatangkan secara khusus ke Jakarta sebagai bagian Eurofighter dalam kesertaannya di Indo Defence 2014.