Biografi Pahlawan Nasional: Cut Nyak Dien Sang “Ratu Aceh”

Mendekati kekalahannya, Cut Nyak Dien terpojok! Namun, pejuang wanita yang masih ada keturunan Sultan Aceh ini menolak menyerah!

Ringkasan Biografi Cut Nyak Dien

Foto pahlawan nasional dalam biografi pahlawan nasional Cut Nyak Dien
Wikipedia.
Salah seorang tokoh pahlawan nasional kali ini, yang hendak saya ulas adalah sang “Ratu Aceh”. Siapa dia? Tak lain tak bukan adalah Cut Nyak Dien.

Ya, Cut Nyak Dien yang juga seorang pejuang asal Aceh ini lahir sekira tahun 1848 dari keluarga bangsawan Aceh. Menurut catatan sejarah Indonesia, Cut Nyak Dien masih memiliki garis keturunan langsung dari Sultan Aceh dari garis ayahnya. Di usianya yang masih belia, yakni 14 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Dari pernikahan ini lahir seorang anak laki-laki.

Ketika Perang Aceh meletus tahun 1873, Cut Nyak Dien berada di garis depan pertempuran melakukan perlawanan terhadap Belanda yang memiliki alutsista lebih lengkap dan modern. Namun, itu tak berarti, Cut Nyak Dien bisa ditaklukkan dengan mudah. Dalam masa periodenya, Belanda membutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk “menekannya” sampai dia dan anak buahnya memutuskan mengungsi ke daerah di Aceh yang lebih terpencil.

Suami pertama Cut Nyak Dien, Teuku Ibrahim Lamnga, gugur saat pecah perang di Sela Glee Tarun. Di sinilah, muncul tokoh pahlawan nasional lainnya, yakni Teuku Umar, yang kelak menjadi suami kedua bagi Cut Nyak Dien sekaligus rekan seperjuangan.

Bersama-sama, keduanya membangun kembali kekuatan untuk “menghajar” markas Belanda di sejumlah titik penting. Namun, duka kembali merundung Cut Nyak Dien. Pada 11 Februari 1899, kembali dia harus kehilangan orang yang disayanginya saat Teuku Umar gugur di medan perang. Kekuatan militer pasukan Cut Nyak Dien pun melemah. Mereka hanya bisa menghindar dari tekanan Belanda yang terus mengejar.

Tak hanya pasukan yang melemah, rupanya kondisi fisik dan psikis Cut Nyak Dien pun turut drop. Walaupun, tetap saja dia dan pasukannya melakukan pertempuran demi pertempuran. Melihat situasi yang genting, Pang Laot Ali sang panglima perang berdiskusi dengan Cut Nyak Dien mengenai penyerahan dirinya kepada Belanda. Tujuannya supaya Belanda tak mengganggu rakyat Aceh lagi. Namun, Cut Nyak Dien marah. Dia memerintahkan untuk terus bertempur sampai akhir.

Karena kekuatan militer pasukan Cut Nyak Dien melemah, pihak Belanda dengan mudah menangkapnya. Namun tidak dibunuh. Hal ini demi menghindari konflik yang lebih luas akibat pengaruh Cut Nyak Dien yang cukup kuat terhadap rakyat Aceh. Karena itu, pihak Belanda mengasingkannya ke Jawa Barat, tepatnya ke Sumedang. Di sinilah Cut Nyak Dien berada, hingga akhir hayatnya mengajar agama Islam. Tak ada masyarakat sekitar yang mengetahui siapa dia sebenarnya.

Pada 6 November 1908, ketika pergerakan nasional Indonesia dimulai, Cut Nyak Dien menghembuskan napas pungkasan di tempat pembuangannya. Hingga tahun 1960-an, tak ada yang mengetahui secara pasti di mana makam Cut Nyak Dien berada. Baru setelah Pemda Aceh dengan sengaja melakukan penelusuran makamnya pun ditemukan.

Perjuangan Cut Nyak Dien yang pantang menyerah membuat seorang penulis Belanda, Ny Szekly Lulof, terinsiprasi sekaligus kagum. Dia pun lantas menjuluki Cut Nyak Dien sebagai "Ratu Aceh". Demikianlah, ringkasan biografi pahlawan nasional: Cut Nyak Dien. Semoga memberi manfaat!

Diadaptasi dari Angkasa

Penyempurnaan Strategi Militer Indonesia Harus Diseriusi Tentara Nasional Indonesia

Pada 30 September 2013, Jenderal Moeldoko selaku Panglima Tentara Nasional Indonesia menegaskan bahwa anggota TNI tak boleh “main-main” di wilayah inkonsistensi demi menyempurnakan strategi militer Indonesia dan membangun interoperabilitas Trimatra terpadu. Dalam pandangan Jenderal Moeldoko, interoperabilitas merupakan salah satu faktor penentu yang bisa membentuk TNI secara profesional, militan, serta solid.

Penyempurnaan Strategi Militer Indonesia Harus Diseriusi Tentara Nasional Indonesia
Sebagaimana disampaikan Jenderal Moeldoko dalam amanatnya ketika memimpin serah terima jabatan (sertijab) tiga pejabat di Mabes TNI. "Untuk itu, fungsi dan tugas perencanaan menempati peran yang sangat penting dalam proses pembangunan, pengembangan dan gelar kekuatan TNI dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan."

Dalam penjelasan lebih lanjut, Jenderal Moeldoko mengatakan jika saat ini Tentara Nasional Indonesia dihadapkan pada rencana kompartementasi wilayah pertahanan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Wilayah pertahanan ini terbagi dalam tiga komando wilayah gabungan. Di mana, dalam operasionalisasinya memakai dua pendekatan.

Pertama, pendekatan unilateral, yang mengedepankan konsep Trimatra terpadu dengan penguatan interoperability base capacity di setiap matra – baik darat, laut, maupun udara. Pendekatan ini dikembangkan pada konsep kerja sama sipil dan militer joint civil-military operation bagi kepentingan tugas OMSP menjaga kepentingan nasional, termasuk menghadapi ancaman bencana alam.

Kedua, pendekatan multilateral, dengan menempatkan kawasan sebagai bagian dari strategi militer Indonesia dalam rangka menjaga dan mencapai kepentingan Indonesia, serta bagi kepentingan negara-negara tetangga. Perencanaan tersebut juga menyangkut pentingnya interoperabilitas komunikasi elektronik, yang menjadi fungsi dan tugas Satkomlek.

"Interoperabilitas Komlek TNI memiliki dua peran sekaligus, baik pada tataran strategis maupun operasional dan taktis, yang merupakan salah satu faktor penentu suksesnya setiap pelaksanaan tugas TNI," demikian Panglima menjelaskan.

Namun, di lain sisi, pengembangan serta penyempurnaan pembinaan kapasitas sumber daya manusia, sinkronisasi doktrin, strategi militer Indonesia, taktik dan prosedur, mesti terus dikaji secara cermat di Pusjiantra Tentara Nasional Indonesia. Sehingga, tercipta konsep interoperabilitas Trimatra terpadu, sebagai sebuah kekuatan yang utuh.

Diadaptasi dari BeritaSatu

Pameran Alutsista Indonesia Terbaru Besutan Anak Negeri

Pada 30 Agustus 2013, di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) digelar acara RITech Expo 2013 di areal parkir Keong Mas untuk memamerkan Litbanghan (Penelitian Pengembangan Pertahanan). Dalam acara tersebut dipamerkan hasil penelitian dan pengembangan alutsista terbaru Indonesia buatan anak negeri. Salah satu dari alutsista tersebut yaitu prototipe senjata mesin multilaras (SMML) kal 7,62 mm (namanya belum resmi).

Pameran Alutsista Indonesia Terbaru Besutan Anak Negeri

Walaupun masih berupa prototipe, senjata mesin untuk digunakan militer Indonesia ini digadang-gadang sebagai senjata rahasia. Bentuk dari SMML sangatlah gahar. Berwarna hitam legam, senjata mesin ini punya berat 90 kilogram, dengan laras sepanjang 962,5 milimeter. Jumlah laras itu tak hanya satu, tapi ada enam. Dalam tempo satu menit, moncong SMML sanggup memuntahkan 2.000 butir peluru. Cukup mengerikan. Apalagi, daya jangkau senjata rahasia militer Indonesia adalah 800-1.000 meter.

Seorang Letnan Satu TNI-AD bernama Suryono yang berdiri di balik senapa mesin ini asli besutan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat divisi penelitian dan pengembangan. Di mana, proyek ini dibuat tahun 2012, yang tentu saja membutuhkan penyempurnaan-penyempurnaan di kemudian hari.

Dibanginkan senapan mesin yang sudah ada sebelumnya, senapan ini punya kelebihan khusus. "Pelurunya menggunakan kaliber 7,62 mm, dan dapat diaplikasikan untuk angkatan darat, laut dan udara," demikian Lettu Suryono menjelaskan.

Karya Lain
Di samping mengembangkan alutsista Indonesia terbaru, TNI-AD juga mengembangkan alat penyuling air tawar langsung bisa diminum yang ditenagai panel surya. Seorang Letnan Satu lainnya bernama Joko mengungkapkan jika alat penyuling ini mampu mengubah air sungai paling cokelat sekalipun untuk langsung layak minum.

"Air jadi tak berwarna, tak berbau, dan tak memiliki rasa. Dan kami menggunakan panel surya karena untuk markas di daerah-daerah terpencil belum masuk listrik," ujar Lettu Joko.

Selain menggunakan panel surya, alat ini bisa memakai listrik atau aki untuk mengisi dayanya. Bobotnya hanya 55 kilogram. Sehingga, bisa dikatakan alat penyuling ini adalah portable (man-pack) – bisa dibawa ke mana-mana bahkan oleh pemuda sipil biasa.

Namun, alat-alat yang dipamerkan di acara tersebut baru berupa rancangan yang belum diproduksi massal. Untuk itu dibutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Harapannya bisa dipakai untuk kebutuhan kekuatan militer Indonesia.

Diadaptasi dari okezone.com

Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia

Pada 1 Maret 1942, Jepang sukses mendaratkan serdadu-serdadunya di tiga titik di Jawa, yakni: Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), serta Kranggan (Jawa Tengah). Keadaan ini mengubah suhu politik di Indonesia kala ini. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, yang masih memerintah saat itu pun segera menyerah tanpa syarat kepada Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Untuk melakukan serah terima kekuasaan diadakan pertemuan kedua belah pihak di Kalijati tanggal 8 Maret 1942.

Pertemuan ini menandai akhir pemerintah kolonial Belanda, kemudian menempatkan Pemerintah Militer Jepang sebagai penguasa baru Indonesia sementara waktu. Sambil menunggu kedatangan para ahli pemerintahan sipil datang ke Indonesia (baca: Perintah Pertama Pemerintah Militer Indonesia), Jepang membentuk pemerintah militernya. Mereka kemudian membagi kekuasaannya menjadi tiga wilayah komando, yakni tentara ke-16 di pulau Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia, tentara ke-25 di Sumatera yang berpusat di Bukit Tinggi dan armada selatan ke-2 di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Barat yang berpusat di Makassar.

Sejarah indonesia, Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia

Tentara angkatan ke-16 pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura diberikan mandat untuk memegang kekuasaan di wilayah Jawa. Pada umumnya Jawa dianggap sebagai daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting, sumber dayanya yang utama adalah manusia. Hal ini memang sangat dibutuhkan oleh Jepang, mengingat niat awal mereka untuk menduduki kawasan Asia Tenggara adalah membangun Kawasan Persemakmuran Bersama Asia Raya.

Pada awal kedatangannya Jepang disambut baik oleh orang-orang Jawa yang beranggapan bahwa kedatangan tentara Jepang sesuai dengan ramalan Joyoboyo. Oleh sebab itu, ketika tentara Jepang mendirikan pemerintahan militernya orang-orang Jawa menerimanya dengan sukarela. Di samping itu, bagian propaganda (Sendenbu) Jepang telah pula melakukan aksinya dengan berbagai macam pendekatan terhadap rakyat, diantaranya; mendirikan Gerakan Tiga A dengan slogannya yang terkenal: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Saudara Asia; mengangkat orang-orang pribumi dalam pelbagai pemerintahan yang prinsip turun-temurunnya dihapuskan; menetapkan wilayah-wilayah voorstenlanden sebagai kochi (daerah istimewa).

Maksudnya agar tentara Jepang yang mendirikan pemerintah militernya dapat diterima oleh penduduk pribumi. Tujuan utama pendudukan Jepang di Jawa adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian peninggalan pemerintah Hindia Belanda dalam rangka menopang upaya perang Jepang dan rencana-rencananya bagi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan Tenggara. Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Sejak membentuk pemerintahan militernya, Jepang membuat banyak sekali perubahan dalam bidang pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi di tingkat atas maupun di tingkat bawah.

Tanggal 1 Agustus 1942, saat dikeluarkannya undang-undang perubahan tata pemerintahan di Jawa, Jepang menetapkan bahwa seluruh daerah di Jawa dibagi menjadi Syu, Si, Ken, Gun, Son, dan Ku, kecuali Surakarta dan Yogyakarta yang ditetapkan sebagai kooti (kerajaan) dan Batavia sebagai Tokubetsu Si (ibukota pemerintah militer). Pembagian pulau Jawa atas provinsi-provinsi juga dihapuskan.

Sejarah Jepang masuk ke Indonesia, khususnya ketika menduduki Pulau Jawa tahun 1942-1945 telah membawa banyak perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan Jawa di masa berikutnya. Periode ini merupakan salah satu bagian dari perjalanan penting sejarah besar bangsa ini untuk melangkah ke masa depan. Masa ini telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada alam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat sebanding dengan masa penjajahan Belanda sebelumnya dengan jangka waktu yang lebih lama.[]

Perintah Pertama Pemerintah Militer Jepang Masuk ke Indonesia

Dalam buku-buku sejarah Indonesia disebutkan bahwa sejarah Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942. Sekurun waktu 3,5 tahun, 1942-1945, mereka menguasai bekas jajahan Belanda itu dengan menjadikannya basis demi menyokong perang Pasifik. Tentu saja, demi memenuhi kebutuhan perang tersebut, pemerintah militer Jepang menguras habis potensi sumber daya alam dan manusia Indonesia. Penderitaan rakyat pun melebihi zaman Belanda karena makin tertekan.

Perintah Pertama Pemerintah Militer Jepang Masuk ke Indonesia
Namun, sebenarnya tujuan militer Jepang sangat jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Menurut sumber yang saya dapat dari koran Kan Po, koran tua yang terbit tahun 1942, rupanya pembentukan pemerintah militer Jepang di Indonesia harusnya hanya berlangsung beberapa hari saja. Hal ini untuk menjaga ketertiban karena kekosongan pemerintahan. Selanjut, pihak Jepang akan mengirimkan pemerintahan sipil untuk melanjutkan pemerintahan.

Hal ini adalah perintah pertama dari Pemerintahan Militer Jepang tertuang dalam Undang-undang No. 1, Pasal 1, Tahun 1942, yang berbunyi: "Balatentara Nippon melangsoengkan pemerintahan militer sementara waktoe di daerah-daerah jang telah ditempati, agar soepaja mendatangkan keamanan jang sentosa dan segera." [Kan Po 2602/1942].

Perintah resmi perdana tersebut ditindaklanjuti Kemerinterian Perang Jepang di Tokyo dengan mengirimkan rombongan kedua yang terdiri atas para ahli di bidang pejabat pemerintah dan orang-orang berpendidikan dalam bidang ekonomi dan hukum. Para ahli inilah yang rencananya akan menggantikan pemerintah militer dalam tugasnya mengatasi berbagai urusan kemasyarakatan.

Sayang, rombongan para ahli tersebut tidak pernah menginjakkan kaki di Indonesia. Pasukan Sekutu berhasil mengkaramkan kapal yang mereka tumpangi dengan torpedo. Dan cerita pun bergulir tentang sejarah Jepang masuk ke Indonesia sebagaimana kita ketahui saat ini.[]

Sejarah Perang Dunia 2: Matthäus Hetzenauer Sang Sniper Tertangguh

Perang memang menciptakan kemalangan bagi banyak manusia. Namun, di sisi lain, perang telah menorehkan catatan prestasi tersendiri bagi seorang prajurit. Dalam hal ini adalah sniper, penembak jarak jauh.

Sejarah Perang Dunia 2: Matthäus Hetzenauer Sang Sniper Tertangguh

Sejarah Perang Dunia 2 telah mencatatkan nama sniper paling tangguh, yaitu Matthäus Hetzenauer (23 Desember 1924-3 Oktober 2004). Dia dikenal sebagai seorang sniper Austria yang bertugas di Gunung Divisi 3 di Front Timur dari Perang Dunia 2.

Dia telah membunuh 345 orang melalui pucuk senapannya. Jarak terjauhnya ada pada titik 1100 meter. Pada 17 April 1945, Matthäus Hetzenauer menerima penghargaan atas keberaniannya.