Pesawat T50i Golden Age Gantikan Hawk MK-53

Militer Indonesia – Sebelumnya telah diberitakan bahwa pesawat tempur Hawk MK-53 yang telah 35 tahun mengabdi menjaga langit Indonesia dipensiunkan secara resmi. Pesawat ini diterbangkan terakhir kali Lanud Iswahyudi, Madiun ke Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta, dimana di sana digelar farewell flight.

Untuk mengganti Hawk MK-53 telah dipersiapkan pesawat T-50i Golden Eagle. Sejak akhir 2013, sebanyak 16 pesawat buatan Korea Aerospace Ind. Ltd ini mulai didatangkan ke Indonesia. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 13 Februari 2014, Kementerian Pertahanan menyerahkan pesawat latih ini ke TNI AU.


Diketahui, T-50i merupakan pesawat jet serang ringan. Pesawat ini juga biasanya digunakan sebagai pesawat latih lanjutan bagi penerbang tempur. Melihat spesifikasinya, T-50i sangat mirip dengan F-16. Wajar saja, Korea Selatan memang menjadikan T-50i sebagai pesawat latih sebelum pilot-pilot tempur mereka menggunakan F-16.

Hal ini pun diakui oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto. Menurutnya si elang emas ini cocok digunakan untuk melatih penerbang tempur TNI AU. Apalagi TNI AU juga memiliki skadron F-16.

"Pesawat ini memang mirip sekali dengan F-16, memiliki kelincahan dan kemampuan persenjataan yang maksimal," kata Hadi saat itu.

Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan 1.600 km per jam. Sosoknya terlihat ramping dengan spesifikasi panjang 43 kaki, lebar sayap 31 dan tinggi 16 kaki. T-50i juga mampu mengusung persenjataan seberat 10.500 pound. Termasuk gatling gun tiga laras yang bisa menyemburkan 2.000 peluru per menit serta aneka rudal dan roket.

T-50i versi pesawat latih dicat biru terang dengan strip berwarna kuning. Sementara versi tempur, dicat hijau dan abu-abu seperti F-16 block 52 ID yang didapat dari AS.

Pesawat-pesawat T-50i sudah tampil dalam beberapa acara kedirgantaraan seperti HUT TNI, Latgab TNI dan Sertijab Kepala Staf TNI AU.

Semoga pesawat latih baru yang masih gress dari pabrik ini meneruskan tradisi mencetak pilot-pilot handal TNI AU. Para penjaga langit Indonesia. [MI - Merdeka]

Pesawat Tempur TNI AU Hawk MK-53 Pensiun

Militer Indonesia – Pada 12 Maret 2015, pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 dilaporkan dipensiunkan secara resmi, setelah mengabadi menjadi kedaulatan wilayah Indonesia sekurun waktu 35 tahun. Dikawal oleh lima pesawat T-50i Golden Eagle, pesawat buatan Inggris ini berangkat dari Base Ops Skadron 15 Iswahjudi ke Base Ops Lanud Adisucipto.

Komandan Skuadron Udara 15 Letkol (Pnb) Marda Sarjono dan Co-Pilot Lettu (Pnb) Kurniadi Sukmo Jatmiko yang menerbangkan pesawat ini. Setibanya di Yogyakarta, mereka disambut KSAU Marsekal Agus Supriatna.

Sebelum pesawat menghuni Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta, para personel TNI AU melakukan farewell flight. Bahkan, mereka menulis pesan-pesan perpisahan yang ditulis di badan pesawat. Berikut beberapa foto yang memperlihatkan pesan-pesan tersebut.

Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi
Pesawat tempur TNI AU Hawk MK-53 yang dipensiunkan resmi

Pesawat Hawk MK-53 didatangkan dari Inggris pada 1 September 1980 sebanyak dua pesawat dengan tail number TT-5301 dan TT-5302. Setelah itu, pesawat sejenis didatangkan 20 unit. Yang terakhir datang pada 6 Maret 1984 dengan tail number TT-5320. Pesawat buatan Inggris ini memiliki dua kursi atau tandem seat. Dalam pengoperasiannya, pesawat bermesin turbofan ini mampu membawa amunisi berupa bom seberat 250 kilogram, roket dan gun dengan diameter 30mm. Serta mampu menjelajah ke seluruh wilayah udara nusantara.

Ini merupakan pesawat Hawk MK-53 TNI AU yang masih bisa dioperasikan. Pesawat ini kemudian diganti oleh pesawat T-50i Golden Eagle yang merupakan pesawat tempur generasi ke empat. Saat ini, sudah dioperasikan sebanyak 16 unit yang ditempatkan di skadron udara 15. Pesawat ini kali pertama didatangkan pada bulan September 2013 dari Korea Selatan. [Militer Indonesia | Tribunnews]

Prajurit TNI Kumpulkan Buku Bekas untuk Bekal Misi

Militer Indonesia – Pada 11 Maret 2015, prajurit TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) 521/Dadaha Yudha Kediri mengumpulkan buku bekas dari para pelajar untuk bekal misi mengawal perbatasan Indonesia-Malaysia, Kab. Nunukan, Kal-Ut, bulan Mei 2015. Sekitar 350 prajurit akan diberangkatkan dalam misi ini.

Melansir dari Tempo (11/03), disebutkan oleh Letkol. Nevra Firdaus selaku Komandan Brigade Infanteri 16 Kediri bahwa misi sembilan bulan ini merupakan misi rutin. Meski begitu, misi kali ini sedikit berbeda, karena para prajurit diminta untuk membawa buku bekas untuk dibagi-bagikan pada anak-anak di kawasan perbatasan tersebut.

Ilustrasi prajurit TNI

Prajurit TNI yang akan berangkat telah mengumpulkan buku-buku bekas yang akan dibawa. Mereka melakukan koordinasi Dinas Pendidikan Kediri. Tiap sekolah diminta menyumbangkan buku, baik buku pelajaran maupun buku cerita.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari para pelajar di Kediri. Mereka ikhlas menyerahkan buku-buku mereka, yang rata-rata bergenre non-fiksi. Program ini diharapkan mampu mengumpulkan buku yang bisa dibaca anak-anak di perbatasan Indonesia-Malaysia. [bmi - tempo]

Pesawat Tempur TNI F5 Mendarat Mendadak di Halim

Pada 18 November, dilaporkan ada pesawat tempur TNI dari jenis F5 mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma. Katanya pesawat yang dipakai untuk latihan ini mengalami gangguan teknis.

Pesawat Tempur TNI F5 Mendarat Mendadak di Halim

"Jadi, hari ini ada latihan yang namanya 'Tangkis Petir'. Misi latihan ini CAP (Combat Air Patrol) memakai pesawat F5. Pesawat ini kembali ke Halim sekisaran pukul 9 pagi tadi, karena setelah dicek ada malfungsi. Bagian hidroliknya," tutur Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto selaku Kadispen TNI AU, yang Blog Militer Indonesia kutip dari Detik (18/11).

Pendaratan darurat ini sempat membuat jadwal penerbangan pesawat reguler di Halim delay selama 20 menit. "Harus prioritas landing. Jadi nge-delay pesawat reguler kira-kira 20 menit lamanya. Pesawat itu mendapat prioritas landing karena rodanya kurang angin. Lalu, ditarik masuk ke parkir ramp," jelas Tjahjanto.

Sekarang, jadwal penerbangan telah kembali normal tanpa gangguan. Namun, pihaknya masih mencari lebih dalam terkait malfungsi hidrolik pesawat F5 ini.

KRI Sutedi Senaputra Tangkap Dua Kapal Nelayan (Malaysia dan Thailand)

Pada 14 November 2014, KRI Sutedi Senaputra-378 di bawah komando Mayor Laut P Hendra Astawan menangkap dua kapal nelayan asing yang sedang 'mencuri' ikan di wilayah perairan Indonesia. Tepatnya di wilayah Laut Natuna, Kepulauan Riau. Dua kapal itu berbendera Malaysia serta Thailand.


Dijelaskan oleh Ariris Miftachurrachman bahwa penangkapan dilakukan saat radar KRI Sutedi Senaputra, yang tengah melakukan Operasi Rakata Jaya di sekisaran perairan yang memang kerap dilanggar itu, menangkap dua titik yang diketahui kapal nelayan yang sedang 'mencuri' ikan. Mengetahui hal itu, komandan KRI memerintahkan kedua kapal itu menghentikan aktivitasnya dan segera merapat ke lambung KRI Sutedi Senaputra.

Pihak TNI AL ini segera melaksanakan prosedur geledah dan periksa. Saat itu diketahui bahwa dua kapal ini berbendera Malaysia (MV KNF 7424 dengan ABK 9 orang) dan Thailand (MV Kour Son 77 dengan ABK 6 orang). "Kedua kapal ini langsung dikawal ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tarempa untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Letkol Ariris seperti yang Blog Militer Indonesia kutip dari Detik (15/11).

Militer Indonesia Datangkan 5 Pesawat Tanpa Awak (Drone)

Pada 13 November 2014, Jenderal TNI Moeldoko sebagai Panglima TNI menyampaikan bahwa militer Indonesia mendatangkan lima pesawat tanpa awak atau lebih dikenal dengan istilah pesawat drone untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Menyampaikan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Moeldoko enggan menyebut negara asal dan spesifikasi detail kelima drone tersebut.

Militer Indonesia mendatangkan 5 pesawat tanpa awak atau lebih dikenal dengan pesawat drone untuk memperkuatan pertahanan perbatasan.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko - Puspen.

Moeldoko mengaku jika sebetulnya pihak TNI sudah punya drone buatan industri pertahanan dalam negeri. Tapi, kelima drone asal luar negeri itu bisa menjadi bahan bermanfaat guna mengembangkan teknologi pesawat drone dalam negeri. PT Pindad dibantu Dislitbang AU, dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sempat membuat serta mengembangkan pesawat tanpa awak itu.

Sebelumnya, Menhan Ryamizard Ryacudu sempat mengutarakan niatnya untuk untuk mendatangkan drone baru untuk memperkuat kekuatan militer Indonesia. Di mana, nantinya drone itu akan dimaksimalkan untuk menjaga wilayah perbatasan Indonesia yang biasanya luput perhatian.

Meskipun demikian, ia menegaskan akan mencoba membeli drone lebih canggih daripada yang sudah ada, supaya teknologinya bisa dikembangkan oleh industri pertahanan nasional. "Untuk sementara, kami akan coba beli lagi, yang jauh lebih canggih. Nantinya dari pembelian itu akan kami kembangkan lagi," tuturnya yang dikutip dari Republika (14/11).