Tambah Kekuatan Militer Indonesia, Alasan Panglima TNI Beli Pesawat Tempur Terus

Pada 6 Januari 2014, bertempat di Mabes Tentara Nasional Indonesia Cilangkap, Jakarta Timur, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan telah melakukan diskusi bersama Menhan Purnomo Yusgiantoro untuk menambah kekuatan militer Indonesia, khususnya kesatuan Angkatan Udara. "Tapi, ini baru tahap diskusi. Kalau maunya Panglima sih iya (menambah pesawat Sukhoi, Red.)," demikian Jenderal Moeldoko menerangkan seperti dikutip Pelita Online.

Lebih lanjut Panglima menjelaskan, "Ada beberapa pilihan, apakah kita ke depannya akan mengambil Sukhoi-35 atau F-16 dan generasi terbarunya. Kalau kita punya kemauan Insya Allah bisa."

Tambah Kekuatan Militer Indonesia, Alasan Panglima TNI Beli Pesawat Tempur Terus

Di samping pesawat tempur tercanggih, Jenderal Moeldoko berencana mengirimkan timnya untuk bertandang ke Rusia akhir bulan ini atau awal bulan Februari. Tim ini ditugasi untuk menemani wakil dari Kemenhan untuk membicarakan adanya kemungkinan untuk melakukan pembelian kapal selam Rusia. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kemenhan memang berencana membeli pesawat perang dan kapal selam (baca berita disini).

Meski belum ditentukan, apakah kapal selam yang dibeli baru atau second dengan skema hibah. Pihak TNI tentu saja berharap bisa membeli kapal selam baru. "Kami akan lihat dan dalami dua pilihan. Mudah-mudahan saja, kondisi pemerintah bagus," pungkasnya.

Perwira PLAAF Cina Diterima Wakasau di Mabes TNI AU

Pada 6 Januari 2014, Wakasau (Wakil Kepala Staf Angkatan Udara) Marsdya TNI Sunaryo menerima kunjungan Maj. Gen. Zhou Weaping, Deuty Director, Political Command PLAAF (People's Liberation Army Air Force) Cina di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur.

Perwira PLAAF Cina Diterima Wakasau di Mabes TNI AU
Wakasau dan Maj. Gen. Zhou Weaping | Poskota.

Berita TNI AU yang dilansir Poskota menyebutkan pertemuan keduanya ini ditujukan guna membahas kerjasama militer Indonesia-Cina, terutama untuk Tentara Nasional Indonesia dari satuan Angkatan Udara. Titik berat dari kerjasama kedua militer adalah peningkatan pendidikan serta latihan yang telah terjalin dengan baik selama ini.

Dalam pertemuannya Wakasau didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Zulhasymi. Sedangkan, Maj. Gen. Zhou Weaping didampingi Col. Wang Fengbin, Air Force Airborne Troops College, Col. Zhang Xiaozhong, Air Force Logistic College, Col. Cao Shunquan, Deputy Section Chief training Departement of PLAAF HQ, Col. Xu Daxhuang, Chinese Defence Attache.

Panglima TNI Menerima 175 Prajurit Tentara Nasional Indonesia Perdamaian dari Kongo

Pada 6 Januari 2014, didamping para Kepala Staf Angkatan, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menerima 175 prajurit Satuan Tugas Kompi (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-J/MONUSCO (Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) dari Republik Demokratik Kongo. Kontingen yang berjumlah 175 personel itu terdiri dari tiga satuan TNI: 151 dari Angkatan Darat, 19 Angkatan Laut, dan 5 Angkatan Udara, penerimaan itu melalui upacara militer yang bertempat di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur.

Dalam pernyataannya Jenderal Moeldoko mengungkapkan, "Penugasan Kontingen Garuda merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea empat yang berbunyi 'ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial'."

Panglima TNI Menerima 175 Prajurit Tentara Nasional Indonesia Perdamaian dari Kongo

Tekad mulia ini sudah tercantum dalam pasal 20 ayat 3 UU RI No. 34 Th 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, yang menegaskan tentang penggunaan kekuatan militer Indonesia dalam rangka tugas perdamaian dunia. Pasal yang sama juga menyebutkan secara tegas bila Tentara Nasional Indonesia melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia.

Lebih lanjut Jenderal Moeldoko mengatakan, "Profesionalisme Kontingen Garuda selama setahun masa penugasan di Kongo telah menunjukkan berbagai prestasi yang sangat luar biasa, diantaranya berhasil membangun jembatan bailley yang menghubungkan desa Durba dengan desa Nzopi, memperbaiki jalan Duru-Bitima dan jembatan Moke sepanjang 25 Km, merehab bangunan penjara yang terletak di Dungu Town dan membangun jalan antara Dungu-Ngilima sepanjang 40 Km."

Sekadar perlu diketahui, saat melakukan tugasnya Satgas Kizi Tentara Nasional Indonesia Konga XX-J mendapat apresiasi warga masyarakat, pengakuan serta penghargaan dari petinggi MONUSCO-PBB.

Pesawat Tanpa Awak Buatan Dua Mahasiswa Undip Semarang

Pada 3 Januari 2014, terkait karya pesawat tanpa awak buatan Muhammad Izzudin Shofar dan Havez Varirani Al Kautsar, Dr Muhammad Nur selaku dekan FSM (Fakultas Sains dan Matematika) Undip mengatakan bahwa Indonesia mampu menjadi negara unggul teknologi seandainya pemerintahnya mau mengakomodasi inovator muda dari berbagai penjuru Indonesia. "Indonesia ke depan akan menjadi negara luar biasa hebat bila pemerintah mau memakai inovasi dan kreasi anak-anak muda yang hebat-hebat dari segala penjuru negeri ini," demikian M. Nur berkata seperti dikutip Pelita Online.

Pesawat Tanpa Awak Buatan Dua Mahasiswa Undip Semarang

Pernyataan ini disampaikannya di kampus ketika menerima keduanya pasca meraih tropi penghargaan juara II Lomba Karya Cipta TNI AD dari Litbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Keduanya berhasil membuat model pesawat tanpa awak Indonesia yang ditambahi teknologi telemetri dan multi fungsi. Kedua mahasiswa ditemani oleh PD III FSM Ngadiwiyana Ssi,Msi.

Atas prestasinya membuat pesawat tanpa awak buatan Indonesia di lomba yang berlangsung pertengahan Desember 2013 di Jakarta dan Surabaya ini, keduanya berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp 35 juta rupiah. Bahkan, menjadi "semacam" konsultan untuk TNI bila karyanya diproduksi oleh pihak militer.  

Pembangunan Dermaga Kapal Perang TNI AL Tunggu Izin Pertamina

Pada 3 Januari 2014, Pasintel Lanal Balikpapan Mayor Laut Robinson Hendrik Atwiyori menyatakan awal Desember 2013 pihaknya telah merampungkan survei di areal yang ditunjuk untuk menjadi lokasi pembangunan dermaga kapal perang Indonesia.

Pembangunan Dermaga Kapal Perang TNI AL Tunggu Izin Pertamina
Ilustrasi dermaga TNI AL | Antara.

Melansir Tribun Kaltim, berdasarkan hasil survei yang dilakukan markas besar TNI AL, kontur lahan dan perairan di sana cocok dengan kebutuhan. Namun, meski sudah mengantongi izin dari pemkot dan DPRD Kota Balikpapan, pembangunan dermaga kapal perang belum bisa dilakukan. Karena, masih menunggu izin dari Pertamina yang masih mengantongi kepemilikan tanah tersebut.

Robinson mengatakan, "Rencana lokasi kita sudah survei di sebelah pondok kelapo itu. Kita belum tahu arealnya yang diizinkan dengan Pertamina."

Kemenhan Kukuh Incar Simulator Pesawat Tempur Sukhoi

Pada 2 Januari 2014, Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis menetapkan pagu anggaran USD 45 juta untuk membeli simulator pesawat tempur Sukhoi. "Pagu itu hanya untuk satu unit simulator Sukhoi," terang Rachmad seperti dikutip Tempo.

Dia juga menjelaskan bila saat ini Kementerian tengah memproses evaluasi dokumen penawaran simulator Sukhoi. Selanjutnya, pemaparan oleh peserta lelang. Rachmad enggan menyebutkan pihak-pihak yang sudah mengajukan penawaran ke Kementerian Pertahanan. Namun dia membenarkan jika PT Dirgantara Indonesia masuk sebagai penawar simulator Sukhoi dari dalam negeri.

Dari pemaparan setiap produsen simulator, dia melanjutkan, Kementerian akan menyeleksi dan menuangkan dalam daftar peringkat peserta lelang. Setelah itu dipilih beberapa produsen simulator berdasarkan urutan peringkat tertinggi. "Tahapan selanjutnya," kata Rachmad, "Akan ditinjau fasilitas produksi dari beberapa peserta yang paling potensial.” Rachmad mengatakan, pertimbangan pihak Kementerian dalam penentuan pemenang adalah berdasarkan kemampuan produsen memproduksi simulator yang paling menyerupai kemampuan asli Sukhoi."

Kemenhan Kukuh Incar Simulator Pesawat Tempur Sukhoi

Pertimbangan lainnya, lama waktu pembuatan dan pengiriman serta jaminan purnajual. "Termasuk alih teknologi apabila pemenangnya dari luar negeri," ujar dia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengungkapkan rencana pemerintah membeli simulator pesawat buatan Rusia, Sukhoi SU-27 dan SU-30. Kementerian Pertahanan tengah memilah produsen simulator Sukhoi tersebut.

Sebab ada tiga negara yang sanggup memproduksi simulator ini: Cina, Rusia, serta Kazakstan. Andi Alisjahbana selaku Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia memberi saran supaya tidak membeli simulator pesawat terbang untuk Sukhoi dari luar negeri. Alasannya adalah pertimbangan melindungi rahasia negara dan materi pelatihannya banyak yang sifatnya universal.

Karena itu, dalam pandangannya, negara-negara yang menggunakan pesawat Sukhoi akan memilih membuat sendiri simulator kemudinya. Contohnya, Cina dan Malaysia yang membuat sendiri simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia itu. Selain itu, di dalam simulator sebaiknya disisipkan dokter tempur TNI AU.

Sementara itu, Rizal Dharma Putra, pengamat militer, menilai harga simulator kemudi Sukhoi dinilai terlalu mahal. Menurutnya, dengan biaya sebesar itu, pemerintah juga harus memperhitungkan jangka panjang. Pesawat perang yang dipunyai Indonesia bukan hanya Sukhoi. Ada pesawat F-16, F-5 Tiger, dan T-50 Golden Eagle yang dipakai untuk latihan. Bila, pembelian itu jadi, maka itu mubazir alias buang-buang duit. Lagipula, Indonesia belumlah perlu membeli simulator kemudi Sukhoi, karena milliter Indonesia baru memiliki satu skuadron (16 pesawat Sukhoi). Jika nekat beli simulator Sukhoi, dia melanjutkan, pemerintah harus konsisten ketika membutuhkan penambahan pesawat tempur. Pemerintah mau tak mau harus membeli pesawat tempur jenis Sukhoi lagi.

Menanggapi hal itu, Kementerian Pertahanan membantah jika dikatakan bahwa harga simulator kemudi pesawat tempur Sukhoi itu kemahalan. Menurut Kementerian, pagu anggaran US$ 45 juta untuk satu unit simulator Sukhoi sudah sesuai harga pasaran.

"Simulator yang rumit, risiko tinggi dengan kecepatan supersonik, harganya pun hampir sama dengan pesawat asli," tutur Rachmad. Karena alasan itu, kata dia, pemerintah baru berani membeli simulator untuk Sukhoi SU-24 dan SU-30 yang dimiliki TNI Angkatan Udara genap satu skuadron atau 16 unit.