Panglima TNI: "Kita Harus Selalu Memordernisasi Alutsista"

Pada 27 Januari 2014, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan jika Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI, terutama milik Marinir, rata-rata sudah tua. Karena itu, sudah saat diganti atau diremajakan.

"Kita harus selalu memordernisasi alutsista. Kita up date, termasuk tank-tank yang sudah tua. Kalau sudah tua, dimodifikasi seperti apa juga tak bisa. Lupakan yang lama, cari yang baru," demikian Jenderal Moeldoko mengungkapkan kepada wartawan. Pasca mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam acara serah-terima tank amfibi BMP-3F dari Rusia di Puslatpur Karang Tekok, Kab. Situbondo, Jawa Timur.

Panglima TNI: "Kita harus selalu memordernisasi alutsista"
Tank Amfibi dari Rusia | pertahananbangsa.blogspot.com

Sang Jenderal juga mengatakan bila kelengkapan alutsista adalah bagian dari kesejahteraan para personel TNI. Menurut pandangannya, jika seorang prajurit berangkat ke medan tempur dengan senjata tua, maka moral prajurit akan turun.

"... Kedatangan tank baru ini akan sangat baik bagi pembangunan kekuatan Marinir ke depan. Marinir Indonesia tentu makin hebat!" pungkasnya, seperti dikutip dari MetroTV.com (27/01/14).

Kisah Personel Kostrad TNI AD Turun ke Rawa-rawa untuk Cek Patok Perbatasan

Berita militer Indonesia hari ini kabarkan tentang para personel Kostrad TNI AD, yang tergabung dalam Satgas Yonif Linud, yang turun ke rawa-rawa demi mengecek patok perbatasan RI-Papua Nugini.

Untuk sampai ke lokasi patok, anggota Pos Rawa Biru ini mesti mendayung sampan dengan waktu tempuh dua jam. Kemudian dilanjutkan berjalan kaki selama lima jam. Lokasi medan yang sulit memaksa sebagian personel melepas sepatu dan berjalan tanpa alas kaki.

Kisah Personel Kostrad TNI AD Turun ke Rawa-rawa untuk Cek Patok Perbatasan
Personel Satgas Yonif Linud yang bertugas cek patok | Merdeka.com

"Jangan pernah lelah serta ragu dalam melaksanakan tugas mulia ini," tutur Mayor Inf Aji Mimbarno yang ikut dalam tim patroli patok kepada para anggotanya, seperti dikutip dari Merdeka (24/01/14).

Rombongan Satgas tiba sampai di patok MM 13,3 setelah berjam-jam mencari. Mereka puas dan lega mengetahui patok masih kokoh dan utuh. Kemudian, mereka membersihkan lingkungan sekitar patok batas dua negara itu.

Bila dihitung-hitung, mereka menghabiskan waktu sehari semalam dalam mengecek patok. Inilah upaya yang dilakukan militer Indonesia demi menjaga kedaulatan dan pergeseran batas wilayah RI.

Militer Indonesia Tempatkan Kapal Perang dan Pesawat Tempur Sukhoi di Perbatasan Australia-RI

Militer Indonesia telah menempatkan kapal perang serta pesawat tempur Sukhoi di perbatasan Australia-RI. Hal ini dilakukan guna menghalau kemungkinan kapal Australia memasuki perairan Indonesia dalam rangka menghentikan para pencari suaka.

Sebelumnya, pemerintah Australia di Canberra mengaku jika kapal-kapal AL telah memasuki teritorial Indonesia ketika menghalau para pencari suaka.

Militer Indonesia Tempatkan Kapal Perang dan Pesawat Tempur Sukhoi di Perbatasan Australia-RI
Gambar pesawat sukhoi Su-27 | dok. Istimewa.

Demi menjaga kawasan perbatasan Indonesia, beberapa kapal perang Indonesia, empat radar, dan satu batalion pesawat Sukhoi pun disiagakan. Sebagaimana diungkapkan oleh jubir militer Indonesia kepada The Jakarta Post.

"Jika kami mengetahui ada pelanggaran perbatasan, pangkalan udara kami di Makassar akan siap," demikian Komodor Udara Hadi Tjahjanto mengatakan, "Australia bisa dijangkau dari sana." Diketahui, jika pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30 terparkir rapi di pangkalan udara Sultan Hasanuddin di Makassar.

Sementara itu, jubir Komandan AL Laksamana Pertama Untung Suropati mengungkapkan jika kapal-kapal perang yang disiagakan di kawasan perbatasan, ada beberapa tipe. Beberapa diantaranya, yaitu: fregat, kapal cepat torpedo, kapal cepat rudal, dan korvet.

"Semua kapal-kapal ini tengah... berpatroli..." kata Untung Suropati.

Atas pelanggaran perbatasan ini, pihak Australia sebenarnya sudah meminta maaf. Mereka menjanjikan bila hal itu takkan terjadi lagi. Hal ini tentu memanaskan kembali suhu perpolitikan kedua negara.

Sementara itu, pemerintah Australia telah meminta bantuan kepada Indonesia untuk menahan para pencari suaka -sebagian besar adalah orang-orang dari Timur Tengah serta Asia Tengah- yang coba masuk Australia lewat perairan Indonesia dengan kapal nelayan.

TNI AD Kembangkan Alutsista Indonesia Bersama LAPAN

Pada 21 Januari 2014, TNI AD menandatangani MoU (Nota Kesepahaman) dengan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk bersama-sama kembangkan alutsista buatan Indonesia, terutama untuk pengembangan pesawat tanpa awak serta missil roket Indonesia. Penandatangan tersebut dilakukan oleh KSAD Jenderal TNI Budiman serta Kepala LAPAN Bambang S Tejakusuma di aula serbaguna Mabes AD, Jl. Veteran, Jakarta Pusat.

Sebagaimana dilansir Investor.co.id, MoU tersebut dibuat terkait perjanjian kerja sama yang sudah dilakukan Direktorat Topografi Angkatan Darat bersama LAPAN tentang pemanfaatan iptek kedirgantaraan. Meski berfokus mengembangkan alutsista terbaru TNI, namun kerjasama ini tidak terbatas itu saja. KSAD Budiman mengutarakan, "Beberapa kemampuan LAPAN nantinya bakal kita manfaatkan untuk kepentingan TNI AD." Seperti teknologi penerbangan roket, satelit penginderaan jarak jauh, sains antariksa, sains atmosfir, dan teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) pesawat tanpa awak guna mengintai serta memonitor program pembangunan kekuatan militer Indonesia.

TNI AD Kembangkan Alutsista Indonesia Bersama LAPAN

Guna mendukung kerja sama ini, TNI AD menggelontorkan dana sebesar Rp 3,5 miliar. Menurut Budiman, apa yang dimiliki LAPAN juga bisa membantu TNI dalam tugas operasi non-militer, seperti SAR, penanggulangan bencana alam, dan sebagainya. Namun, tetap yang menjadi prioritas adalah pengembangan metode serta pembuatan prototipe. Untuk itu, LAPAN tetap bekerjasama dengan perusahaan yang bergerak dalam industri pertahanan.

"LAPAN tetap bekerja sama dengan industri untuk membangun kompetensi industri itu dalam melayani AD," jelas Budiman.

Di samping, membuat nota kesepahaman dengan TNI Angkatan Darat, LAPAN juga melakukan kerja sama dengan TNI AL. Ke depan, LAPAN juga sedang menyusun kerja sama dengan TNI AU.

Presiden SBY Pernah Sedih Waktu Gus Dur Tak Menunjuknya Jadi KSAD

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sempat sedih kala dirinya masih menjadi di TNI. Pasalnya, pada 1999, Presiden Abdurrahman Wahid a.k.a Gus Dur tak memilihnya sebagai KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat). Padahal, Panglima TNI sudah menggadang-gadang namanya...

"Dengan suatu pertimbangan tertentu dan masukan dari pihak-pihak tertentu, singkatnya Presiden tidak memilih saya jadi KSAD," demikian SBY menulis dalam bukunya yang berjudul SBY Selalu Ada Pilihan, sebagaimana mengutip dari laman Liputan6.com.

"Saya dan keluarga sungguh sedih, karena sebagai perwira lulusan Akademi Militer tentulah menjadi pucuk pemimpin Angkatan Darat adalah sebuah dambaan dan cita-cita besar," tukasnya lebih lanjut.

Presiden SBY pernah sedih waktu Gus Dur tak menunjuknya jadi KSAD

Walau sedih gara-gara tak dipilih jadi KSAD, Susilo Bambang Yudhoyono mengaku tak marah dan membuat jurang permusuhan antara dirinya dengan Gus Dur. Dia mengira semuanya merupakan takdir Tuhan. "Tidak pernah mengatakan Presiden saya bodoh serta salah."

Ketika dirinya menjadi Presiden, SBY mengerti bagaimana rasanya berposisi jadi pemimpin. Walau begitu, beliau mengaku tak bosan melakoni tugas serta pekerjaan sebagai presiden.

"Tetapi, soal 'kehilangan banyak teman', tampaknya seperti benar adanya," demikian SBY menutupnya dalam bagian 'Kemarahan "Calon" yang Tidak Jadi' itu.

Panglima TNI Bertandang ke Lanud Abd. Saleh untuk Melihat Pesawat Tempur Super Tucano

Pada 17 Januari 2014, Panglima TNI Jenderal Moeldoko bertandang ke Lanud Abdulrachman Saleh, setelah bertandang ke Universitas Brawijaya dan Muhammadiyah Malang. Kegiatan ini dilakukan dalam rangkaian pembukaan Parade Pangan Nusantara di Lapangan Rampal sehari sebelumnya.

Panglima TNI Bertandang ke Lanud Abd. Saleh untuk Melihat Pesawat Tempur Super Tucano

Mengutip dari Jurnas.com, dalam kesempatan ini, Panglima TNI juga melihat kesiapan para skadron Lanud Abd Saleh dan mendengarkan penjelasan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Pnb Toto Ginoto mengenai perkembangan pesawat tempur ringan Super Tucano. Saat di Lanud Abd Saleh, Jenderal Moeldoko didampingi Marsekal Pertama TNI Gutomo (Komandan Lanud) dan sejumlah pejabat Lanud Abd Saleh.

Tidak hanya mendengar penjelasan, Panglima juga naik pesawat Super Tucano untuk melihat suku cadang pesawat. Berikutnya, Jenderal Moeldoo dan rombongan bertandang ke Skadron Udara 32 untuk melihat kesiapan pesawat-pesawat Hercules. Di sini, juga Jenderal Moeldoko mendapat penjelasan dari Letkol Pnb Reza dan menjelaskan kondisi pesawat-pesawat yang menjadi tanggungannya.