Putra Mahkota Brunei Jajal Rantis dan Senapan Ss 2 Tipe V 5 Buatan PT. Pindad

Pada 6 Mei, setelah mendapatkan penghargaan sebagai warga kehormatan Korpaskhas, Pangeran Al Muhtadee Billah, Putra Mahkota Brunei Darussalam, mendapat kesempatan melakukan uji coba kendaraan Taktis (rantis) 4x4 Komodo tipe intai produksi PT. Pindad. Selain itu, Pangeran Al-Muhtadee Billah juga berkesempatan menjajal senapan SS 2 tipe V 5 Silencer - yang lagi-lagi juga hasil produksi PT.Pindad. Pangeran terkesan setelah menjajal dan menguji sendiri rantis serta senapan.


Peninjauannya ke PT. Pindad ini merupakan tindak lanjut dari ketertarikan Brunei Darussalam akan produk Alutsista besutan PT.Pindad, setelah partisipasi PT. Pindad dalam Brunei Internasional Defence EXPO (BRIDEX) Febuari silam. Kunjung ini juga merupakan langkah awal menjalin persahabatan dan kerjasama dua negara antara Indonesia - Brunei Darussalam.

KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 Latihan Passage Exercise (Passex) Bersama Kapal Perang Jepang

Pada 7 Mei, telah diberitakan latihan Passex dengan durasi 3 jam dengan lancar dan aman. Latihan Passex ini diikuti oleh dua kapal, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaefuddin dengan Komandan Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., dengan kapal perang Jepang Japan Maritime Self Defense Forces (JMSDF), JDS Sazanami (DD-113), dan JDS Samidare (DD-106), di perairan Laut Jawa.


Latihan Passex bersama kapal perang Jepang dilakukan saat KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 berangkat dalam rangka melakukan Operasi Rakata Jaya. Pelaksanaan Passex dilakukan materi latihan: Comms Check, Flaghoist, Photo Exercise (Photex), Tactical Manouvering (Manuvra taktis), SAU Procedure (Prosedur pencarian dan penghancuran kontak kapal selam), Semaphore, dan Sailing Pass.

Kedua kapal perang Jepang yang melakukan Passex itu adalah kapal perang jenis Destroyer Guided Missile (Perusak Kawal Rudal) yang dikomandani Commander Yasuhiro Hayashi dan Commander Takashi Saito. Kapal perang adalah merupakan salah satu unsur CTF-151 yang telah selesai penugasannya dalam Gugus Tugas Angkatan Laut Internasional, sebagai respons atas berbagai tindakan pembajakan atas pelayaran kapal-kapal di sepanjang garis pantai Somalia dan sekitar perairan Teluk Aden.[TNI]

Lima Kapal Perang Indonesia Dikerahkan untuk Mencari MH370

Pada 9 Maret 2014, lima kapal perang Indonesia ditambah satu helikopter telah dikerahkan untuk membantu mencari pesawat terbang Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370. Hal ini disampaikan oleh Laksamana TNI Marsetio selaku Kasaf TNI AL di Jakarta. "Tadi saya berkomunikasi dengan Panglima Tentera Laut Diraja Malaysia, Laksamana Tan Sri Abdul Aziz. Intinya, mereka meminta kami membantu mencari pesawat terbang Malaysia Airlines yang dinyatakan hilang kontak itu," kata Marsetio, yang dikutip Antara.

Lima Kapal Perang Indonesia Dikerahkan untuk Mencari MH370

Lima kapal perang yang ditugaskan tersebut tergabung dalam Komando Armada Indonesia Kawasan Barat Indonesia TNI AL. Dan wilayah operasi pencariannya ada di wilayah perairan Indonesia di Selat Malaka. "Kami kerahkan kekuatan militer yang kita miliki agar misi pencarian ini segera menunjukkan hasil. Kami senantiasa berkoordinasi dan saling membagi informasi dengan rekan-rekan internasional kami dalam misi pencarian ini," kata Marsetio.

Informasi menyebutkan, radar Tentera Udara Diraja Malaysia dikabarkan "menangkap" pantulan gelombang radar satu wahana udara di sekitar ruang udara Penang, Semenanjung Malaka. MH370 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing pada pukul 00.41 waktu setempat, Sabtu (8/3). Seharusnya, dia mendarat di Beijing pada 06.40 waktu setempat pada hari sama dalam penerbangan tanpa henti itu.

Akan tetapi, radar Pengendali Ruang Udara Subang, Malaysia, kehilangan kontak - baik di layar monitor radar ataupun suara - dengan MH370 pada pukul 02.41 waktu setempat. Di dalam MH370 yang memakai Boeing B-777-200ER itu terdapat tujuh warganegara Indonesia; semula dikabarkan ada 12.

Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses

Pada 6 Maret 2014, telah berhasil dilakukan uji coba penembakan Rhan - roket Indonesia 122 mm buatan LAPAN melalui kendaraan militer buatan anak-anak Indonesia. Uji coba ini dilangsungkan di Garut, Jawa Barat.

Balitbang Kemhan sukses melakukan uji coba kendaraan buatan PT Pindad dan konsorsium lainnya, termasuk PT AIU dalam mendesain kendaraan militer ini demi mengusung Multi Launcher Rocket System (MLRS), Rhan berdiameter 122 mm. Bisa juga disebut roket LAPAN.

Kendaraan militer ini belum begitu menggaung namanya. Kecuali diberitakan jika mesinnya memakai Mercedes dan kemungkinan kedepan menggunakan mesin Jepang (tergantung pilihan pengguna). Apapun mesin maupun namanya, kita nantikan peresmiannya oleh Kemhan kedepan.

Ini adalah kemajuan anak bangsa dalam proses mencapai kemandirian demi tercapainya kebutuhan alutsista Indonesia.

Berikut Foto-foto penampakan Kendaraan berserta Ujicobanya diposkan Supermarine dari website PT AIU.

Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses
Uji Coba Kendaraan dan Roket LAPAN di Garut Sukses

Pengadaan Alutsista TNI Gagal, Komisi I DPR RI Sesalkan Kegagalan Pemerintah

Pada 25 Februari 2014, Komisi I DPR RI sesalkan kegagalan pemerintah dalam melakukan amanah rencana strategis dari Kemenhan untuk pengadaan alutsista yang memang dibutuhkan militer Indonesia. Tubagus Hasanuddin selaku Wakil Ketua Komisi I DPR menyatakan bahwa rencana strategis Kemenhan sudah dikepreskan dan penambahan dana sebesar Rp 50 triliun untuk periode 2009-2014. Tapi hingga kini belum bisa terbeli anggaran itu belum turun seluruhnya. "Pemerintah hanya mampu mengadakan alutsista TNI sebesar Rp 23 triliun," ungkap Hasanuddin.

Pengadaan Alutsista TNI Gagal, Komisi I DPR RI Sesalkan Kegagalan Pemerintah

Sisanya sebesar Rp 27 triliun belum bisa dibayarkan lantaran alasan situasi keuangan negara sedang tidak menguntungkan. "Negara tak punya duit. Risikonya target minimum essential force tak tercapai," ungkapnya.

Dalam kacamata Hasanuddin, sebenarnya hal seperti ini memerlukan political will dari presiden, supaya masalah tersebut tidak diwariskan kepada pemerintah selanjutnya. Yang paling disesalkan, lanjutnya, adalah dari Rp 23 triliun yang sudah diprogramkan, pemerintah belum membayar Rp 1,1 triliun untuk cicilan yang jatuh tempo April 2014. Padahal kontrak sudah diteken dan proses pengadaan bertahap sudah dijalankan.

Dengan pembayaran sebagian besar sudah masuk, ada potensi kerugian besar bila kontrak tak dipenuhi. Komisi I DPR sendiri sudah mendesak agar dicarikan dana itu, namun Kemenkeu sudah menyatakan sikap "lempar handuk". "Saya melihat ada mismanajemen, bagaimana kebijakan kepala negara tak bisa diteruskan oleh menteri," pungkasnya.

Sumber:
BeritaSatu

Militer Indonesia Menerima Medali Kehormatan "Prins Hendrik" dari Militer Belanda

Pada 27 Februari 2014, pemerintah Belanda memberikan medali kehormatan, "Prins Hendrik", kepada TNI AL sebagai bentuk apresiasi kerja sama dan persahabatan yang sudah dijalin selama ini. Pemberian medali kehormatan ini dilakukan dalam upacara militer di KRI Ahmad Yani-351 yang sedang melabuh di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, oleh Matthieu JM Borsboom selaku Commander of The Royal Netherlands Navy (RNN) kepada Laksamana TNI Marsetio Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal). Upacara militer ini dihadiri juga oleh Dubes Belanda untuk Indonesia HE Mr Tjeer de Zwaan dan stafnya, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, dan para pejabat TNI AL.

Militer Indonesia Menerima Medali Kehormatan "Prins Hendrik" dari Militer Belanda

Dalam pidatonya Matthieu JM Borsboom mengatakan jika medali kehormatan Prins Hendrik diperuntukkan bagi institusi atau perorangan yang memberikan sumbangsih positif kepada RNN (AL Belanda). "TNI AL adalah institusi kedua, yang mendapatkan penganugerahan medali kehormatan Prins Hendrik ini," demikian diakuinya. Sebelumnya, Matthieu Borsboom sudah melakukan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko, KSAL Laksamana TNI Marsetio, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, serta Pangkotama TNI AL. Kunjungan pimpinan AL Belanda tersebut untuk bersilaturahmi sekaligus memperkuat hubungan kedua negara, khususnya RNN dengan TNI AL.

KSAL Laksamana Marsetio menyambut baik kunjungan tersebut dan memberikan apresiasi terhadap segala perhatian AL Belanda yang diaktualisasikan dalam bentuk penganugerahan medali kehormatan Prins Hendrik. "Ke depan, kami berharap hubungan kerja sama TNI AL dengan RNN dapat terus berjalan dengan baik dan konstrukstif, bahkan lebih ditingkatkan," katanya. Selama ini, lanjut KSAL, kerja sama AL kedua negara telah menunjukan tren ke arah yang semakin positif dengan meningkatnya kunjungan pejabat AL kedua negara. Selain itu, juga kerja sama di bidang pendidikan, pemberian asistensi dan akses perolehan informasi terkait penulisan buku sejarah perjuangan TNI AL, serta pengadaan alutsista TNI AL dari Belanda, antara lain kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal korvet SIGMA Class.

Sumber:
Republika