Pernyataan ini muncul terkait dugaan adanya oknum TNI dan Polri yang menjual amunisi buatan Pindad kepada kelompok separatis. Sebab, ditemukan selongsong peluru saat terjadi sejumlah kasus penembakan di Papua. Hal ini dikemukakan oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe, di Jakarta beberapa waktu lalu. Karena itu, Lukas meminta Kapolri dan Panglima TNI untuk menertibkan perdagangan amunisi yang diduga salah jalur tersebut.
Tidak hanya Lukas, anggota Komisi I DPR Yorrys Raweyai (dari Fraksi Partai Golkar) juga mensinyalir hal yang sama. Dalam pandangannya, sebutir peluru bisa diharga 1.500 rupiah.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun tetap menolak. Beliau menduga jika amunisi-amunisi tersebut berasal dari rampasan. "Masa kita mau jual (peluru) untuk bunuh teman. Pernah ada perampasan dari institusi lain," tukasnya.
Laksamana Muda Iskandar Sitompul selaku Kapuspen (Kepala Pusat Penerangan) TNI juga tidak berkomentar banyak mengenai hal ini. Sebagaimana dilansir BeritaSatu (10/02/14), beliau hanya berucap, "Kan baru diduga. Silakan saja duga-duga."
0 komentar:
Post a Comment