Hendi Jo dan Atjep Abidin (sersan purn.) saksi pembantaian 18 orang di Takokak. |
Kawasan gerilyanya adalah Takokak - sebuah wilayah di Cianjur yang persis berbatasan dengan Sukabumi. Empat bulan pasca-Jawa Barat ditinggal Divisi Siliwangi, di suatu siang, dia melihat dari jarak sekira 200 meter truk militer Belanda berhenti tepat di pinggir jalan dekat hutan daerah Pasawahan.
"Mereka ada tiga orang, yang terdiri dari dua orang militer Belanda dan satu orang pribumi," ungkap Mbah Atjep dua minggu lalu kepada Hendi Jo yang Blog Militer Indonesia kutip dari Garuda Militer.
Saat truk berhenti, salah satu di antara dua militer Belanda itu turun dan pergi ke bagian belakang truk. Di sana, dia menurunkan kurang lebih 18 orang republik dengan kasar. Militer Belanda dengan badan tegap berpakaian loreng, berbaret hijau, dan senjata laras panjang itu menendangi orang-orang republik yang dirantai itu sampai tersungkur di bawah truk.
Si pribumi ini kemudian bergerak secara beriringan ke Jalan Lima - kawasan hutan tutupan yang tak jauh dari jalan besar. Sekitar 15 menit meninggalkan jalan, terdengar suara tembakan. Setengah jam berikutnya, si pribumi dan serdadu Belanda itu muncul kembali, langsung naik truk. Selepas itu mereka bergerak meninggalkan hutan.
Mbah Atjep mengungkapkan jika si pribumi bernama Ateng (kaki tangan NICA). Sedangkan si serdadu Belanda disebutnya dengan nama Si Werling.
Apakah ada kemungkinan si Werling ini yang dimaksud Sersan (Purn.) Atjep itu adalah Kapitan Raymond Piere Westerling - si algojo KST (Korps Speciaale Troepen) - yang sohor akan kebrutalannya dalam menangani kaum republik. Hendi Jo mengaku belum bisa memastikannya.
Satu hal yang pasti adalah pada 17 April 1948, ada laporan yang dibuat Mayor KL R.F. Schill (komandan pasukan 1-11 RI di Tasikmalaya) untuk atasannya, Kolonel KL M.H.P.J. Paulissen. Laporan ini memuat kekesalan Schill terhadap ulah anak buah Westerling yang antara tanggal 13 dan 16 April 1948 diketahui membantai 10 orang penduduk sipil Tasikmalaya dan Ciamis. Kemudian mereka membiarkan mayat-mayat ini teronggok begitu saja di jalanan tanpa diurus.
Kebrutalan pasukan KST dan pemimpinnya (Westerling) bocor ke media, sehingga memicu protes keras di Belanda sana juga. Pada 16 November 1948, kira-kira dua setengah tahun memimpin pasukan DST (Depot Speciaale Troepen, yang diubah menjadi KST), Westerling dipecat dari jabatannya dan dinas kemiliteran. Orang yang menggantikannya adalah Letnan Kolonel KNIL W.C.A. van Beek.
Pasca-dipecat, Westerling banting stir jadi pengusaha sayur di Pacet - daerah yang terletak 90 km dari Takokak. Mungkinkah Westerling ini sama dengan Si Werling yang dimaksud Mbah Atjep?
Ditulis ulang dari artikel Hendi Jo sumber Garudamiliter.
0 komentar:
Post a Comment