Alusista TNI di Daerah Perbatasan Akan Ditambah

Pada 11 November 2013, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan ada kekurangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia di daerah perbatasan. Karena itu, rencananya Tentara Nasional Indonesia akan menambahnya dalam waktu dekat.

Alusista TNI di Daerah Perbatasan Akan Ditambah

Hal tersebut disampaikan oleh Jenderal Moeldoko di Gedung Kesenian, Jakarta. "Kami akan hadirkan ada 12 Helikopter Fennec dari Prancis, lalu helikopter serangnya ada Apache minimum 6."

Tidak cuma itu, akan ditambahkan pula Helikopter Chinook yang berfungsi sebagai helikopter pengangkut untuk kawasan perbatasan. "Ke depan mungkin Chinook untuk memindahkan personel di perbatasan khususnya. Kita sangat membutuhkan itu," tambahnya.

Jenderal Moeldoko menjelaskan jika jumlah alusista terbaru itu sudah mendapat legalitas dari Komisi I DPR. Harapannya pengadaan alutsista Indonesia di daerah-daerah perbatasan bisa terpenuhi sampai tahun 2015.

"Chinook belum, Apache sudah clear, Chinook harapan kami nanti. Mudah-mudahan tahun 2015 bisa dianggarkan, karena tidak terlalu mahal," pungkas Moeldoko.

Presiden SBY dan PM Rutte Sepakat Tingkatkan Kerjasama Militer Indonesia-Belanda

Pada 21 November 2013, Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) kedatangan PM Belanda Mark Rutte. Dalam pertemuan yang dilakukan dua pembesar negara itu, Presiden SBY mengungkapkan jika Indonesia ingin meningkatkan kerjasamanya di segala bidang, termasuk kerjasama militer Indonesia (pertahanan). Presiden juga mengatakan bahwa total perdagangan Indonesia dan Belanda pada 2012 lalu mencapai angka lebih dari US$5 miliar, sementara, investasi lebih dari US$1 miliar.

Presiden SBY dan PM Rutte Sepakat Tingkatkan Kerjasama Militer Indonesia-Belanda

Dalam pandangan Presiden SBY, ekonomi Belanda cukup kuat. Terbukti dengan berhasil bertahan dari krisis yang melanda kawasan Eropa beberapa tahun terakhir. "Saya dan para Menteri bersepakat untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, yang nyata-nyata berjalan baik akan kami jaga dan tingkatkan, sementara kami sepakat untuk mencari peluang-peluang baru di berbagai bidang," kata SBY dalam jumpa pers bersama PM Rutte di Istana Negara.

Usulan kerjasama yang ditawarkan pihak Indonesia kepada Belanda mencakup bidang-bidang sebagai berikut: perdagangan dan investasi; pengelolaan air dan pengendalian banjir; pembangunan infrastruktur dan logistik; pertanian dan pendidikan. Di samping itu, Presiden SBY memaparkan, "Kita juga ingin meningkatkan kerjasama di bidang pariwisata, kesehatan, kerjasama militer Indonesia utamanya industri pertahanan, di bidang energi, di bidang science dan teknologi dan kerjasama tiga pihak, Indonesia, Belanda, dan negara yang lain."

PM Rutte sendiri kemudian mengatakan jika Indonesia punya peranan penting di kawasan ASEAN dan global. "Belanda ingin memanfaatkan peluang ini dan banyak yang ingin kita berikan kepada Indonesia," demikian papar Rutte.

Rutte menyatakan keinginan Belanda untuk belajar dari Indonesia, terutama di bidang pertanian dan pengelolaan air. Di tempat yang sama, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, banyak kerjasama yang bisa digarap oleh Indonesia dan Belanda. Hatta mengatakan, Belanda bisa menjadi pintu masuk produk sawit Indonesia ke Eropa.

"Jadi, memang menurut saya penting untuk meng-goal-kan sawit kita terutama di Eropa, sehingga kita mengharapkan belanja untuk bersama-sama kita dalam join riset bahwa sawit ini ya enviromentaly good (ramah lingkungan), hal-hal seperti itu penting tentunya karena Belanda punya kepentingan juga, ekspor CPO kita terbesar juga melalui Rotterdam," kata Hatta.

Dikutip dari http://finance.detik.com/read/2013/11/20/192005/2418945/4/ketemu-pm-belanda-sby-tawarkan-sejumlah-kerjasama

TNI AU Bangun Fasilitas Pendukung Skadron Pesawat Tempur F-16 di Pekanbaru

Pada 7 November 2013, Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Kol Pnb Andyawan menyatakan bahwa persiapan pembangunan fasilitas pendukung untuk skadron pesawat tempur F-16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, akan selesai pertengahan 2014 mendatang. "Persiapan ditargetkan selesai pada pertengahan 2014," jelas Roesmin Nurjadin.

TNI AU Bangun Fasilitas Pendukung Skadron Pesawat Tempur F-16 di Pekanbaru

Dilansir dati TVOne, Andyawan menjelaskan, fasilitas pendukung yang dibangun di antaranya berupa hanggar, "shelter" dan "taxi way". Penambahan satu skadron F-16 diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan, khususnya untuk wilayah udara.

"Dengan ini, kemampuan untuk pertahanan wilayah udara di Sumatera, khususnya Riau dan sekitarnya, akan bertambah. Karena meningkatnya ekonomi Riau, tentunya harus diimbangi dengan peningkatan keamanan," ujarnya.

Menurut dia, skadron F-16 yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru bisa berjumlah 16 sampai 18 pesawat. Pesawat F-16 tersebut merupakan generasi terbaru dari jenisnya. Sejauh ini, Lanud Roesmin Nurjadin sudah memiliki alutsista berupa pesawat tempur jenis Hawk.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia pada April lalu mengatakan TNI AU berencana menambah tiga skadron udara, yakni skadron udara tempur, angkut, dan pesawat intai menyusul program pembelian 102 unit pesawat berbagai jenis.

Skadron udara yang tengah disiapkan ada di Pekanbaru, Makassar, dan skadron udara Pontianak. Skadron udara 16 akan dipakai sebagai "home base" pesawat tempur F-16 yang merupakan hibah dari Amerika Serikat.

Pembangunan skadron udara untuk pesawat angkut di Makassar, Sulawesi Selatan, kemungkinan akan diisi Hercules C-130 pembelian teranyar dan hibah dari Australia yang totalnya 10 unit. Sedangkan, skadron udara Pontianak akan menjadi markas pesawat tanpa awak (UAV).

TNI AU memprogramkan pembelian total 102 pesawat guna mencapai target kekuatan pokok minimal (MEF), antara lain, enam unit Sukhoi SU-30 MK2, 24 unit F-16, Super Tucano, Hercules C-130, Grobb, T-50 Golen Eagle, C-295 dan beberapa jenis pesawat "rotary wing" (helikopter).

Petembak Tentara Nasional Indonesia Unggul di AARM 2013

Pada 1 November 2013, dikabarkan dalam berita militer Indonesia bahwa diadakan AARM (ASEAN Armies Rifle Meet) 2013 di Myanmar. Dan petembak dari Tentara Nasional Indonesia unggul sampai hari ke-6 ini dalam perolehan medali - 14 emas, 4 perak, 2 perunggu.

Petembak Tentara Nasional Indonesia Unggul di AARM 2013
AARM 2013.

Mengutip Tribunnews, rombongan TNI yang berada di bawah kendali Mayor Inf Akhirudin (Danyon Ban Sat 81 Kopassus) dengan gilang gemilang melesat meninggalkan para peserta dari negara lain. Posisi kedua ditempati oleh Thailand yang baru mengantongi 2 emas, 8 perak, 4 perunggu. Sedangkan, Filipina yang menempati posisi ketiga baru berhasil memperoleh 1 emas, 2 perak, 6 perunggu; Brunei baru mendapat 1 emas dan 1 perunggu; Vietnam 3 perak dan 2 perunggu; dan Singapura dengan 1 perak dan 3 perunggu.

Mayor Inf Akhirudin meminta dukungan segenap rakyat Indonesia supaya Indonesia bisa menjadi juara umum di AARM yang ke-23, seperti tahun sebelumnya.

Choirul Anam selaku Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf mengatakan dalam keterangan persnya. "Lomba ini diikuti oleh 10 negara (Indonesia, Thailand, Filipina, Brunei, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, Kamboja, dan Laos."

Lomba menembak di kalangan tentara ini dijadwalkan berlangsung sampai 6 November dan ditutup 9 November.

Selama Pameran TEI 2013, Produk Militer Indonesia Banyak Peminatnya

Selama Pameran TEI 2013, Produk Militer Indonesia Banyak Peminatnya
Pos M. Hutabarat
Pada 16 sampai 20 Oktober lalu di JIE (Jakarta International Expo), Kemayoran, Jakarta digelar TEI (Trade Expo Indonesia) 2013 yang bertujuan untuk menggenjot promosi ekspor. Termasuk juga produk-produk militer Indonesia di dalamnya.

Sebagaimana dilansir Jaringnews (24/10/13) disampaikan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Pos M. Hutabarat di sela-sela konferensi pers mengenai hasil TEI 2013 di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta. “Ini amanat UU No 16 tahun 2012, yaitu kita harus mempromosikan industri pertahanan bukan hanya untuk dipakai sendiri tetapi juga diekspor,” kata Hutabarat.

Hutabarat  tidak mempunyai data negara mana dan komoditas pertahanan apa saja yang ditransaksikan selama pameran. “Kita banyak menyuplai komponen pesawat terbang ke negara-negara Eropa. Komponen itu diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Selain itu kita memproduksi peluru. Sedangkan PT Pindad membuat panser, selain untuk dipakai juga untuk diekspor,” kata Hutabarat merinci beberapa produk militer yang telah banyak menjajal pasar luar negeri.

Selain itu, Hutabarat menambahkan, simulator untuk keperluan pelatihan para pilot banyak juga dibuat oleh BUMN strategis untuk kemudian diekspor. “Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) itu tidak bisa dibuat oleh perusahaan swasta, harus dibuat oleh BUMN. Sebab kalau dibuat oleh swasta, berbahaya,” kata dia.

Pasar produk-produk militer di dunia memang terus berkembang. Pasar di wilayah ASEAN saja diperkirakan mencapai US$ 25 miliar saat ini. Sebagai bagian dari upaya memandirikan industri pertahanan, menembus pasar ekspor menjadi salah satu prioritas pemerintah.

“Target kita saat ini adalah setidak-tidaknya 35 persen dari keseluruhan produk dibuat di Indonesia. Dan setiap tahun kita harapkan kandungan lokalnya bertambah 5 persen. Sehingga dalam lima tahun sudah mencapai 70 persen,” pungkasnya.

Sumber: Jaringnews.com

Sikumbang, Pesawat Indonesia untuk Misi Pengintaian Sekaligus Penyerangan

Sikumbang, Pesawat Indonesia untuk Misi Pengintaian Sekaligus Penyerangan
Pada 1 Agustus 1954, sebuah pesawat tempur Indonesia yang cukup ringan mengudara langit di Indonesia. Nama pesawat itu adalah NU-200 Sikumbang, yang saat ini sudah berubah fungsi menjadi monumen di kawasan pabrik PT DI (Dirgantara Indonesia). Berikut ini merupakan penjelasan lebih detail mengenai filosofi dan hasil uji terbang Sikumbang, yang pernah ditulis Mayor Udara Nurtanio selaku perancang dan pembuat pesawat Indonesia ini di Majalah Angkasa edisi TH.VI Oktober 1955.


*

Ada salah kaprah dalam penggolongan jenis pesawat Sikumbang. Dalam literatur masa kini, disebutkan Sikumbang adalah jenis pesawat anti-gerilya (Counter Insurgency). Namun pada kenyataannya, Nurtanio merancang Sikumbang sebagai pesawat pengintai ringan bersenjata. Dalam benak Nurtanio, pesawat-pesawat yang dioperasikan AURI (sebutan TNI AU zaman dulu, red.) medio 1950-an belum ada yang tepat untuk melakukan misi pengintaian bersenjata. AURI memang sudah mengoperasikan pesawat intai Auster atau L-4J. Namun pesawat itu dinilai terlalu lamban, serta tidak dilengkapi senjata. Alhasil sasaran-sasaran yang telah ditemukan akan dibiarkan terlebih dahulu. Namun, dengan pesawat semacam Sikumbang, maka sasaran bisa langsung ditindak. Sementara, jika pengintaian menggunakan pesawat Mustang atau Jet, maka hasilnya tidak optimal lantaran dinilai terlalu cepat. Lebih daripada itu, Nurtanio juga membayangkan, Sikumbang ini nanti bisa menembak jatuh pesawat intai yang terbang sangat pelan, dimana pesawat sejenis itu justru sukar ditembak pesawat pemburu berkecepatan tinggi.

Sikumbang, Pesawat Indonesia untuk Misi Pengintaian Sekaligus Penyerangan
Selanjutnya, dalam hal perancangan, Nurtanio juga memikirkan banyak hal terkait proses produksi nantinya serta operasional. Nurtanio sangat menggaris bawahi, bahwa pesawat ini harus dapat dibuat sendiri oleh AURI, meski mesin tetap beli dari luar negeri. Lalu ongkos operasional yang lebih murah dari pesawat Harvard atau Mustang. Desain pesawat Sikumbang akan dibuat dengan sederhana, sehingga penerbang-penerbang AURI dapat mudah mengemudikan, tanpa perlu latihan transisi yang panjang dari pesawat lain. Kesederhanaan pesawat juga diperlukan agar pesawat bisa operasional di garis depan tanpa dukungan memadai. Untuk misi pengintaian, kanopi akan dibuat lebar dan leluasa, sehingga pilot mempunyai bidang pandang yang baik untuk misi pengintaian dan penyerangan. Selain itu, Sikumbang juga bisa digunakan untuk Gerilya Udara maupun Lawan Gerilya. Filosofi demikian ini tentu mengingatkan kita pada pesawat OV-1 Mohawk atau OV-10 Bronco yang muncul beberapa dekade setelahnya. Sungguh luar biasa pemikiran para pendahulu kita itu.

Untuk memenuhi hal tersebut maka Sikumbang harus memenuhi beberapa syarat. Di antaranya, konstruksi pesawat musti amat sederhana namun kuat, sehingga bisa mendarat di lapangan kecil dan kasar seukuran 30x350 meter, serta gampang diperbaiki meski di garis depan. Untuk misi pengintaian, pesawat diharapkan dapat terbang cukup pelan dan stabil dengan kecepatan sekitar 80 mil/jam. Namun demikian, untuk pertahanan diri, serta memburu pesawat intai (capung) musuh, Sikumbang mampu melaju hingga 160 mil/jam. Sikumbang juga dipersyaratkan mudah dikemudikan dan manuverability-nya bagus. Untuk eksekusi sasaran darat dan udara, nantinya Sikumbang akan dilengkapi dengan 2 buah senapan mesin kaliber 7,7mm dan tambahan 4 buah roket atau 2 buah bom napalm. Komunikasi dengan pasukan di darat pun sudah dipikirkan dengan menempatkan radio secukupnya.

Sikumbang, Pesawat Indonesia untuk Misi Pengintaian Sekaligus Penyerangan
Namun demikian, pada saat proses pembuatannya ternyata tidak lah mudah. Hambatan utama datang dari material dan bahan pembuatan pesawat. Untuk membuat prototipe pertama ini, Nurtanio dan kawan-kawan menggunakan bahan-bahan yang sudah tak terpakai oleh AURI, alias rongsokan. Hal ini bisa diduga lantaran situasi negara yang belum benar-benar stabil, sehingga dukungan keuangan untuk mencari bahan ke luar pun sangat terbatas.

Kesulitan utama yang dihadapi tim perancang adalah dari mesin. Menurut literaturnya mesin De Havilland Gipsy Six mampu menyemburkan tenaga sebanyak 200HP. Namun kenyataannya, mungkin lantaran sudah tua dan bekas, saat dipasangkan mesin hanya mampu menggenjot hingga 175HP saja. Ditambah bobot mesin yang cukup berat, yaitu sekitar 450 lbs, maka kemampuan Sikumbang pun melorot jauh dari persyaratan yang diminta. Namun Nurtanio sendiri sudah mencatat kelemahan itu. Ia berharap, pada seri produksi akan digunakan mesin Continental 470-A yang memiliki daya 225HP namun beratnya hanya 350lbs.

*

Demikian penjelasan detail mengenai pesawat tempur Indonesia bernama NU-200 Sikumbang.